8. Attitude (2)

22 14 0
                                    

Maaf. Bisa-bisanya chapter ini lupa nggk dipublish :')

×_____∆_____×

.

.

.

Tap ...

Tap ...

Tap. Tap. Tap.

Brak!

"Bangun lo, cewek sial!"

Mendengar bentakan merendahkan, Habibah langsung terkesiap dan bangun begitu saja dari tidurnya.

Dia sedang menunggu Zoya di dalam kelas. Dan karena mengantuk, Habibah tertidur sebentar karena terlalu lelah. Lalu seperti biasa, Ragha selalu hadir untuk mengacaukan harinya.

"Sekarang apa lagi?" Tanya Habibah mulai jengah dengan sikap Ragha yang semena-mena.

"Ada apa dengan wajah itu, hah? Berani banget lo natap gue KAYAK GITU, DASAR KACUNG!"

Tidak hanya sekali dua kali Ragha bertindak kasar pada Habibah. Membentak, menghina, mencaci dan segala hal yang buruk, Ragha seperti tanpa beban menyiramkan semuanya pada Habibah.

Tidak ingin terlibat dengan pria kasar seperti Ragha, teman-teman sekelas Habibah pun memutuskan untuk pergi diam-diam. Mereka tidak mau dijadikan sasaran empuk oleh kemarahan Ragha.

Seperti biasa. Pikir Habibah. Dia tidak merasa kecewa apalagi menyalahkan teman-temannya. Itu karena Habibah tahu, jika hubungannya dengan Ragha memang sudah sangat menggangu ketenteraman kelas.

"Kenapa diem aja, sialan?"

"Lalu aku harus apa, Gha? Kamu tiba-tiba datang dan marah begini. Aku bahkan tidak tahu sudah berbuat salah apa lagi!" Teriak Ha bibah frustasi yang kian menambah rasa jengkel Ragha.

"Lo yang laporin ke Mama kalau gue pacaran sama Namira, kan?!"

"Ha? Kamu ... Pacaran sama Namira?"

"Jangan sok polos, bitch!"

"Tapi aku memang benar-benar tidak tahu!"

"BERHENTI SOK SUCI DI HADAPAN GUE, HABIBAH-"

BUGH!

"AHHHH!"

Itu momen yang mengejutkan bagi Habibah. Bayu yang tiba-tiba muncul dan memukul Ragha, itu sesuatu yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

"Bayu ..."

"Brengsek!" Desis Bayu murka. Dia baru saja kembali dari pertemuan dengan guru saat mendengar suara teriakan Ragha.

Bayu sudah tahu apa yang terjadi. Karena pemandangan Ragha merisak Habibah, itu sudah seperti makanan sehari-hari.

Ragha yang masih syok karena pukulan Bayu, segera bangkit dan berniat membalas pria itu, namun gerakannya terhenti karena guru BK berdiri tepat di ambang pintu.

"Ragha. Ikut Bapak." Ucap Pak Kemal tegas tak ingin dibantah.

"Shit." Umpat Ragha muak. Dia tidak punya pilihan lain selain mengikuti Pak Kemal yang merupakan kerabat jauhnya. Pak Kemal jugalah salah satu alasan mengapa Ragha dipindahkan ke sekolah ini. Sebab Ibunda Ragha merasa lebih tenang jika ada seseorang yang bisa dipercaya dalam mengawasi Ragha di sekolah.

Sebelum benar-benar pergi, Ragha masih sempat melirik ke arah Habibah, namun Bayu dengan cepat membendung pandangannya.

"Terima kasih." Bisik Habibah lirih tanpa ada niatan untuk melihat wajah Bayu. Dia terlalu malu untuk menghadapi pria itu.

Sin(k)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang