12. Hello! I'am Handsome Boy

129 37 7
                                    

Ruang inap tempat Yara dirawat tidak pernah sepi. Tadi siang setelah insiden dia pingsan dan dilarikan ke Rumah Sakit, teman sekelasnya datang menjenguk gadis itu. Meskipun saat itu Yara masih belum sadar.

Nindi dan Lessi menangis saat melihat selang infus dan tabung oksigen yang menempel pada tubuh Yara. Gadis yang terlihat ringkih itu, semakin lemah saja di mata teman-temannya.

Dan sore ini, teman-teman dari satu klubnya termasuk Dimas, -Si Ketua-, juga menjenguk Yara. Tapi gadis tersebut masih belum sadarkan diri.

"Kami pamit dulu." Ujar Habibah mengawali kepergian mereka. Zoya sendiri terlihat enggan pergi, tapi Saputra yang menemaninya tidak membiarkan Zoya bertindak sesuka hati.

"Aku masih mau di sini sampai Yara sadar!" Ujar Zoya keukeh. Itu membuat pusing Habibah dan Dimas. Tapi tidak dengan Saputra.

"Pulang sekarang, Zoya."

"Aku-" tak jadi melanjutkan ucapannya karena ditatap tajam oleh Saputra, pada akhirnya Zoya juga berpamitan.

"Kalau begitu kami semua pulang dulu, ya. Semoga Yara bisa segera lekas membaik." Ucap Dimas.

"Jika butuh bantuan, kalian bisa menghubungi kami." Rahendra menambahkan. Senyumnya terlihat tulus, setidaknya begitu bagi sebagian orang.

"Terima kasih." Nash menjawab sangat singkat dan terkesan acuh.

Sikapnya memang sangat berbeda saat Yara sedang melihatnya, dengan saat Yara tidak ada untuk mengawasinya.

Nash cenderung malas menatap orang lain apalagi peduli, jika tidak ada Yara. Tapi selama Yara melihat, Nash pasti akan terlihat lebih manusiawi.

"Ren? Nggak ikut balik?" Dimas yang notabenenya adalah sepupu Reno terlihat cemas jika harus meninggalkan Reno sendirian bersama dengan Nash.

"Nggak. Mau di sini, jagain Princessku."

Dimas khawatir. Karena Nash tidak nampak menyambut kedatangan mereka, dan Nash juga tidak pernah melihat Reno dengan tatapan persahabatan. Pemuda itu cemas pada sepupunya.

"Don't worry. Aku ini manusia tahan banting." Bisik Reno pada Dimas, saat dia mengantarkan semuanya ke luar ruangan.

Dimas tidak punya pilihan lain, selain percaya pada sepupunya. Karena seperti yang dikatakan oleh Reno, pemuda itu memang sangat tahan banting.

Reno bahkan tidak pernah patah semangat setiap kali diperlakukan dingin oleh Yara. Jadi baginya, sikap Nash bukanlah apa-apa.

Pada malam harinya, Harris datang bersama Mayang. Kedua manusia itu menyambut Reno dengan hangat. Sangat berbeda dengan sikap yang Nash berikan.

"Makan dulu. Sudah mau jam sembilan." ucap Harris yang baru saja kembali dari kantin.

Dia menenteng satu buah kresek putih yang berisi makan malam untuk kedua anak itu. Mayang sendiri sudah kembali ke rumahnya, karena besok pagi masih ada praktik.

"Makasih, Bang." balas Reno sambil menyodorkan satu bungkusan nasi goreng pada Nash.

"Aku tidak lapar." jawab Nash singkat.

"Aku tahu. Tidak mungkin kan manusia super seperti Nash bisa lapar." Reno berujar sarkas dan dibalas tatapan tajam dari Nash, "tapi kalau kau tetap memaksa tidak makan, bisa-bisa besok ambruk juga. Dan nantinya aku yang akan menjaga Yara sendirian."

Sontak saja Nash menatap tidak suka pada Reno. Memikirkan Reno hanya akan berduaan saja dengan Yara sudah mampu membuat pemuda itu naik pitam.

Nash tidak marah pada Reno, memang suasana hatinya saja yang memburuk. Pasca menemui Abimana sore tadi, Nash jadi semakin antipati dengan semua mahluk yang mendekati Yara.

Sin(k)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang