4. kehangatan sebuah keluarga

162 117 34
                                    

"Tiada tempat yang penuh dengan kelimpahan kasih sayang selain dalam keluarga.
Namun, bagaimana dengan ku?aku tidak pernah merasakannya?dan mustahil untuk mendapatkannya."
~
-Nazalleya Alova Quennaaya-

Hari sudah semakin sore. Namun, sepulang sekolah Nazell tidak langsung pulang melainkan mampir di rumahnya Althan, tentunya untuk bertemu Keisha-ibu dari Althan.

Nazell tidak akan pernah bosan untuk datang ke rumah Althan. Hanya karena ingin bertemu Gibran ayah dari Althan. Sosok laki-laki yang sudah Nazell anggap seperti ayah kandungnya sendiri.

Laki-laki paruh baya yang telah mendidik Althan bagaimana cara menghargai perempuan. Laki-laki yang sangat amat Nazell hargai karena ketulusan dan kebaikannya.

Seandainya, ayahnya juga sebaik Gibran. Akankah Nazell menjadi anak yang paling beruntung di dunia ini?

Saat ini Nazell sudah berdiri di depan rumah Althan dengan wajah gembiranya. Nazell sangat merindukan Ke-dua orang tua Althan, apalagi pelukan hangat seorang ayah. Nazell juga merindukan kue brownies buatan Keisha ibu dari Althan. Brownies terenak yang selalu menjadi favorit Nazell.

"Assalamualaikum,Ma,Pa"tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Nazell langsung masuk ke dalam rumah. Ya, itu memang sudah menjadi kebiasaannya. Karena Gibran sendiri yang mengatakan kalau Nazell harus menganggap rumah ini seperti rumahnya sendiri.

Gibran tengah berada di ruang kerjanya sedang mengambil berkas-berkas kantornya, setelah mendengar suara Nazell Gibran langsung keluar dari ruangan dan berjalan menyambut-nya.

"Waalaikumsalam, Nazell! Papa kangen banget sama kamu." Ucap Gibran sambil memeluk Nazell.

"Kemana aja pas liburan kok gak ada kabar?"

Nazell senang melihat respon Gibran yang begitu mempedulikannya. Setidaknya Nazell bisa merasakan kasih sayang seorang ayah, walaupun Gibran bukan Ayah kandungnya.
Dan Bryan tidak bisa memberikannya.

"Nazell sibuk kemarin, makanya nggak bisa ke sini. Apalagi waktu Nazell libur, Ayah pergi keluar kota dan Bunda juga ikut. Jadi aku selalu di rumah, nggak mungkin aku ninggalin kak Viona sendirian"jelas Nazell.

Gibran tersenyum mendengar penuturan gadis itu. Baginya Nazell sudah seperti Amel, anak keduanya. Gibran sangat menyayangi kedua putrinya ini.

"Iya sayang nggak apa-apa,papa ngerti kok." Gibran mengelus sayang rambut Nazell. Lalu Gibran mengajak gadis itu untuk masuk, tepatnya ke ruang tamu.

"Mama kemana pa?" Tanya Nazell sembari celingukan.

"Mama pergi ke SuperMarket" ucap Gibran.

"Kamu ke kamar Althan aja,ya. Papa ada urusan, bentar lagi mama mu juga pulang" tutur Gibran setelah membaca pesan di ponselnya, Ia lupa jika hari ini ada rapat penting.

Nazell mengangguk. "Iya,pa."

Gibran mencium kening gadis itu lalu berjalan keluar rumah. Sedangkan Nazell perlahan naik ke lantai 2, menuju kamar Althan.

Nazell membuka pintu ber-cat abu-abu dengan hati-hati. Walau ini bukan pertama kalinya Nazell memasuki kamar Althan, tapi tetap saja, ia masih sungkan.

Kamar Althan identik dengan warna hitam putih yang menurutnya netral untuk ukuran anak laki-laki. Bersih dan rapi, Nazell begitu menyukai kamar Althan karena kenyamanannya.

PESAN TERAKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang