11. Tidak Dapat Diungkapkan

55 34 20
                                    

Utamakan Vote terlebih dahulu reader's

H

A

P

P

Y

Reading

"Menaruh harap pada manusia,Adalah seni paling sederhanauntuk menderita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menaruh harap pada manusia,
Adalah seni paling sederhana
untuk menderita."
~
~Alea Shanum Clarissa ~



Terhitung dua hari sudah Nazell
meliburkan diri. Hari ini Nazell akan
kembali bersekolah demi menyemangati Althan yang akan bertanding basket. Itupun karena permintaan Althan  yang memaksanya untuk datang dan memberikan semangat.

Di kamar, Nazell sudah siap dengan
seragam sekolahnya. Dia mengambil tas
ransel nya lalu menutup pintu kamar dan menuruni tangga. Nazell memang jarang sarapan di rumah, ia sudah terbiasa untuk sarapan di kantin sekolah.

Saat tiba di depan pintu suara Bryan
terpaksa menghentikan langkahnya.

"Bagus. Main nyelonong gitu, aja. Emang gak tau sopan santun! Kamu gak liat saya di meja makan?"

"Maaf Ayah, aku nggak liat Ayah tadi.
Aku juga bru-buru takut telat," jawab
Nazell takut jika Bryan sampai marah,
bisa-bisa ia dipukuli lagi. Luka yang kemarin saja belum kering, Nazell tidak mau menambah luka lainnya lagi.

"Yaudah sana berangkat. Awas aja sampai kamu pulang malam lagi, saya akan menghukum kamu lebih dari kemarin," ancam Bryan lalu kembali melanjutkan sarapannya.

Nazell langsung berlari ke keluar rumah
dan menaiki ojek yang sudah ia pesan
menuju ke sekolahnya.

~oOo~

"Nazellll! buruan ke lapangan basket, gue udah gak sabar liat cogan-cogan sekolah kita." Alea berteriak memanggil Nazell  dan langsung menyeret gadis itu ke lapangan basket.

"Lea, sabar dong, jalannya jangan
buru-buru." Nazell kesusahan
mengimbangi langkah Alea yang
tergesa-gesa.

"Berisik! pokoknya kita harus semangatin Althan," jawab Alea tanpa sadar.

"Hah?" Nazell mengentikan langkahnya.

"Kamu semangatin Althan?"
Alea gelagapan mencari alasan.

"Ma-maksud gue, kita harus semangatin
anak-anak basket, gitu, bukan cuma Althan  aja. Lo jangan salah paham, Zell." Walau tidak sepenuhnya percaya, tapi Nazell tetap mengiyakan perkataan
sahabatnya itu.

PESAN TERAKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang