5.selalu dibedakan

101 75 25
                                    

"mereka mungkin tidak mengerti bagaimana rasanya hidupku, bagaimana kesulitanku, apa saja yang sudah kulewati, sebab yang mereka mampu hanya menilaiku"
~

Nazalleya Alova Quennaya

Nazell sampai di rumah pukul 08.00 malam.Gadis itu membuka pintu melangkah masuk ke dalam rumah, baru saja Nazell akan naik kelantai atas tapi teriakan Bryan dari arah meja makan menghentikan langkahnya.

"Bagus Baru pulang jam segini?, Dari mana saja kamu? Sekolah udah pulang sejak sore,tapi kamu malah main sampai malam!." Sarkas Bryan.

Nazell berbalik melihat Bryan, di belakangnya juga ada Viona. "Ayah aku nggak main, aku baru dari rumah Althan, dan Aku kesana karena kangen orang tua Althan"

"Banyak alasan. Cepat mandi terus cuci
piring, kerjaan kamu itu numpuk, jadi
jangan malas-malasan."

"Iya, Zell, kamu jangan malas-malasan.
Kasian Bunda, seharin ini dia ngerjain
pekerjaan rumah sendirian,terus ayah pagi sampai malem kerja juga buat kita" timpal Viona.

"Gak apa-apa sayang. Apapun demi
kamu," balas Bryan menurunkan Nada
bicaranya. Bryan begitu lembut terhadap Viona, sedangkan pada Nazell Bryan akan berubah menjadi pemarah.

"Ayah jangan capek-capek, nanti sakit."

"Ayah rela capek demi kamu, Vi." Bryan
tersenyum lalu mengambil buah apel di
hadapannya. Bryan memotong buah itu
kemudian menyuapkan nya pada Viona.

"Makasih, ayah," ujar Viona tersenyum,
lalu menoleh ke arah Nazell yang masih
memperhatikannya sejak tadi.

"Iya, sayang," balas Bryan tidak
memperdulikan kehadiran Nazell yang
menatapnya sakit.

"Jangan bengong, kerjaan kamu itu
banyak," sarkas Bryan lagi mengingkatkan Nazell.

Setelah mengatakan itu Bryan pergi
melewati Nazell dengan merangkul Viona ke lantai atas.  Nazell memandang kepergian Ayahnyandengan sendu sekaligus sakit. Mengapa Bryan tidak bisa bersikap manis seperti itu juga kepadanya?

Mengapa hanya Kakaknya Viona yang
mendapat perlakukan manis itu?
Nazekl juga menginginkannya. Ia
menginginkan kasih sayang Bryan,
selayaknya kasih sayang orang tua pada
anaknya. Disana juga terdapat Viona yang tengah menatapnya, tapi kenapa dia tidak membantu Nazell, sedikitpun tidak. Viona hanya diam, seolah gadis itu tidak melihat kejadiannya.
Nazell tidak tahu, apa alasan Bryan sebegitu membenci dirinya. Apakah Nazell melakukan kesalahan besar hingga Bryan bersikap demikian?

Bryan pernah mengatakan, kalau dia
hanya memiliki seorang anak, yaitu
Kakaknya- Viona. Lalu bagaimana dengan dirinya? Nazell juga tidak mau lahir ke dunia ini, jika tahu Bryan tidak menginginkannya. Nazell lebih baik tidak pernah ada di dalam keluarga ini, daripada hidup tapi seperti mati.

~oOo~

Tiba di kamar Nazell langsung
merebahkan diri di kasur kesayangannya. Dia memandang langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Nazell sangat-sangat ingin merasakan kasih sayang Bryan. Pelukannya, tatapan lembutnya. Sama seperti saat Bryan  menatap Viona.
Tapi kenapa Bryan selalu saja menganggap Nazell seperti angin lalu yang tidak ada artinya?

"Kenapa Ayah nggak sayang Nazell?"

"Kesalahan apa yang Nazell perbuat
sampai ayah gak mau Nazell ada di
hidupnya?" gumam Nazell disertai lelehan air mata.

"Tuhan, sekali saja, Nazell pengen peluk
ayah." Naya mengembuskan napas dalam-dalam.

"Tapi sampai kapan Nazell harus
menunggu hari itu tiba? Nazell berharap sebelum ajal menjemput Nazell nanti, Nazell bisa merasakan hangatnya pelukan ayah meski hanya sekali." Baru saja Nazell akan menutup matanya. Tapi suara Bryan kembali membangunkannya.

"Malah enak-enakan tidur, bukannya
kerjain pekerjaan rumah. Tadi saya bilang apa? Cuci piring Nazell, kamu itu ngerti gak sih, susah banget di bilangin," omel Bryan.

"Iya, ayah. Aku mandi dulu, abis itu
langsung ke bawah," balas Nazell tanpa
mau menatap Bryan yang saat ini sedang
emosi.

"Cepetan. Punya anak gak ada gunanya!
Gak bisa bantu apa-apa!" Bryan keluar
kamar sambil mengoceh memarahi Nazell.

Nazell langsung bangkit ke kamar mandi dan membersihkan dirinya.
Dia harus menyelesaikan pekerjaannya
supaya bisa cepat beristirahat. Ia lelah, ingin segera beristirahat, tapi sebelum itu Nazell harus menyelesaikan dulu semua pekerjaan rumah.

Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Nazell berjalan keluar, tapi tidak sengaja ia melihat pemandangan yang kembali membuat hatinya sakit.
Nazell merapatkan dirinya ke dekat
tembok, lalu mulai mendengarkan apa
saja yang mereka bicarakan.

"Apapun buat kamu sayang," ucap Bryan.

"Aku suka sama dia ayah, tapi
kayaknya dia nggak suka sama aku,"
ungkap Viona sedih.

"Kenapa nggak suka? Kamu itu cantik.
Kamu juga baik."

"Dia udah punya pacar."

"Baru pacar, kan? Belum istri? Jadi
masih ada kesempatan buat kamu." Bryan  mengusap rambut Viona yang saat ini tengah berbaring di pahanya.
Viona berpikir jauh, memang ada
benarnya apa yang baru saja Bryan
katakan.

"Dia itu laki-laki baik, Tinggi, ngga sombong. Pokoknya dia itu cowok idaman banget," jelas Viona tersenyum saat mengingat wajah cowok itu.

Nazell yang menguping pembicaraan
mereka pun, sedikit memiliki firasat
tidak enak. Entah mengapa ia yakin kalau laki-laki yang Viona bicarakan adalah Althan.

Ciri-ciri cowok itu sama dengan apa yang viona sebutkan. Apalagi, Viona selama ini tidak penrah mempunyai teman laki-laki. Apakah memang althan laki-laki yang Viona suka? Jika iya, kenapa harus Althan? Tidak cukupkah Viona merebut kasih sayang orang tuanya, dan sekarang viona
ingin merebut althan juga?

Usai berperang dengan pikirannya, Nazell buru-buru turun ke bawah untuk segera menyelesaikan pekerjaannya.
Ada begitu banyak pertanyaan hari ini
yang mengusiknya. Nazell ingin segera
tidur untuk bisa melupakan sesaat
pertanyaan-pertanyaan itu.

~oOo~

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT  ⭐💌

See you next chapter selanjutnya

PESAN TERAKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang