10. luka kesekian kalinya

74 45 18
                                    

Utamakan Vote terlebih dahulu reader's

H

A

P

P

Y

Reading

"Menjadi sempurna di mata manusia tidak akan ada habisnya"
~
Nazalleya Alova Quennaya

Jam enam pagi Nazell terbangun karena
merasakan seluruh tubuhnya kedinginan dan terasa sakit. Dia bahkan tidak sadar semalaman tertidur di lantai kamar mandi. Luka di pelipisnya juga sudah mengering. Namun, seluruh tubuhnya panas. Nazell meraskan perbedaan pada suhu tubuhnya.

Setelah kesadarannya terkumpul, Nazell
berusaha bediri dengan berpegangan
pada tembok. Gadis malang itu berjalan
dengan tertatih keluar dari kamar
mandi.

Entah kapan Bryan sudah membukakan
pintunya, Nazell tidak sadar sama sekali. Dengan pelan, Nazell mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Tulang-tulang nya terasa kaku, dan tubuhnya sakit Semua.

Tapi ini bukan pertama kali Bryan
menyiksanya seperti ini. Bagi Nazell
kejadian seperti sudah maklum baginya.
Untuk kali ini Nazell bersyukur karena
Bryan tidak terlalu kerasa memukulnya.
Jika Bryan memukulnya lebih parah lagi, Nazell tidak tahu harus beralasan seperti apa lagi pada Althan. Luka sekecil apapun di dirinya, Althan
pasti akan menyadari itu.

"Lagi-lagi aku terluka," gumam Nazell
menatap sendu langit-langit kamarnya.
Banyak hal yang selalu menghantui
pikiran Nazell, salah satunya alasan Bryan  yang begitu membencinya. Apa benar dugaannya, kalau ia memang bukan anak kandung Bryan?

Tanpa berganti pakaian, Nazell mulai
menutup matanya. Ia benar-benar
kelelahan. Rasanya Nazell ingin tidur
sepanjang hari untuk mengembalikan
tenaganya.

"NAZELL"

~oOo~

"NAZELL!"

"Bangun! kamu gak sekolah? Mau
jadi apa? Ayah susah payah
menyekolahkan kamu tapi kamu malah
malas-malasan. Buang-buang uang aja,
kalau kamu gak mau sekolah mending
berhenti, jangan ngerepotin terus!"
cemooh Bryan ketika masuk ke kamar
Nazell. Tanpa melihat kondisi anaknya,
Bryan langsung memarahi gadis itu begitu
saja.

Nazell samar-samar membuka matanya
yang terasa berat. Baru saja ia akan
tertidur, tapi Bryan malah datang dan
memarahinya.

"Ayah hari ini aku nggak sekolah dulu.
Kepala aku masih sakit. Badan aku juga
gak enak," ucapnya serak, menatap
laki-laki itu di depannya yang berstatus
sebagai Ayah-nya.

"Akal-akalan kamu saja kan? Kalau
emang dasarnya pemalas ya tetap aja
pemalas! Anak gak guna! Gak ada yang
bisa dibanggakan!" Setelah puas mencaci putrinya, Bryan keluar dari kamar tanpa rasa bersalah sedikit saja.

Nazell memejamkan matanya sebentar.
Rasanya sangat-sangat sakit. Dadanya
benar-benar sesak mendengar kata-kata
Bryan.

Luka fisik ini tidak ada apa-apanya
di banding setiap perkataan yang di
lontarkan Bryan. Perkataan yang mampu membunuh Nazell secara perhalan. Lagi-lagi air mata Nazell lolos. Walaupun begitu Nazell tidak bisa membenci Bryan. Mau seburuk apapun perlakuan Bryan  padanya, Nazell tetap menghormati Bryan. Karena Bryan lah yang sudah menyekolahkan Nazell di  dunia ini.

PESAN TERAKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang