9. Amarah Bryan

73 53 10
                                    

Utamakan Vote terlebih dahulu reader's

H

A

P

P

Y

Reading

'jujur mau dibilang cape
ya cape, karena apa?'
" Yang aku lakuin itu selalu salah terus di mata keluarga,
setiap aku ngebales omongan
orang tua yg bikin sakit hati dibilang ngelawan terus, padahal aku cuma mau mereka tuh ngertiin aku gitu sesusah Itu ya mereka ngertiin perasaan seorang-
anak.
~
Nazalleya Alova Quennaya

"Masih di sini?" tanya Bryan dengan nada tidak suka. "Kamu tuli atau apa? Kamu gak denger saya bilang apa tadi?"

Nazell mendengar ucapan Bryan, tapi ia
benar-benar lelah berdebat dengannya
lagi. Nazell hanya tidak ingin menjadi anak yang durhaka karena melawan orang tua.

"Ternyata kamu benar-benar tuli."
Bryan menjambak rambut Nazell, memaksa gadis itu mendongak dan menatapnya.

"Anak sialan!" bentak Bryan.

Nazell menghela napas dalam lalu
memberanikan diri menatap Bryan yang menatapnya penuh marah.Hanya karena Viona kelaparan Nazell harus di pukuli seperti ini?

Jika hal itu terjadi pada Nazell, apakah Bryan  juga akan melakukan hal yang sama kepada Viona?

Rasanya sangat mustahil, bahkan Bryan tidak pernah sedikitpun membentak Viona apalagi sampai memukul.

Tapi kenapa jika Nazell yang melakukan
kesalahan sedikit saja, Bryan langsung
marah-marah sampai main tangan seperti sekarang?

Viona hanya dimanja dan terus dimanja. Apapun permintaan gadis itu pasti selalu dituruti oleh kedua orang tuanya. Lalu bagaimana dengan dirinya?

Nazell juga ingin seperti Viona yang selalu di perhatikan Bryan. Nazell juga ingin merasakan apa yang selama ini Viona  rasakan.

Salahkan jika Nazell menginginkan hal itu?

Menginginkan perhatian kecil dari seorang ayah kandungnya sendiri, salahkan?

Nazell tidak pernah tahu, apa itu kasih
sayang orang tua pada anaknya. Ia tidak
pernah tahu, sehangat apa kasih sayang
seorang Ayah.

Plakk

Tamparan itu menyadarkan Nazell
dari lamunannya. Pelaku yang tidak
lain adalah Bryan yang saat ini dikuasai
amarah.

"Viona sakit gara kamu, anak sialan!"

"Ayah, aku gak tau kalau Kak Vio
belum makan. Aku kira Kak Vio pasti
udah delivery makanan," jawab Nazell
lemah.

Bryan benar-benar tidak habis pikir dengan Nazell. Sudah salah bukannya mengakui tapi malah dengan berani menjawabnya.

"Gak usah ngejawab. Ini semua tetap
salah kamu. Viona sakit itu juga salah
kamu!"

"Kenapa harus salah aku, Ayah?" tanya
Nazell tidak mengerti.

"Kak Vio itu bukan anak kecil yang
pikirannya masih labil. Kakak udah
dewasa dan dia harusnya bisa mikir,
kan, Ayah? Harusnya dia bisa pesan
makanan, nggak harus nungguin aku."
Entah mendapat kekuatan dari mana,
Nazell bisa mengatakan hal itu tanpa rasa
takut.

"LANCANG KAMU BERBICARA SEPERTI
ITU!" Bryan berteriak dengan urat-urat
yang terlihat jelas. Kesabaran nya
benar-benar habis menghadapi anak
pembangkang seperti Nazell.

"Sekarang kamu harus merasakan apa
yang Viona rasakan. Kamu juga harus
menderita, Nazalleya!"

Setelah mengatakan itu Bryan mendekati Nazell dan langsung menjambak rambutnya. Dia menyeret putri keduanya itu menuju lantai atas, ke kamar Nazell. Nazell meringis merasakan sakit di permukaan kulit kepalanya. Perih bercampur rasa nyeri.

"Ayah, sakit... lepas...," rintih gadis itu
berusaha melepaskan.

"Sakit, Ayah... Sakit..."

"Ahh, Ayah, sakit...," ringis Nazell,
mengimbangi langkah cepat Bryan.
Bryan tidak menghiraukan rintihan Nazell. Dia tetap menyeret gadis itu memasuki kamarnya.

Saat sudah di depan pintu, Bryan membuka kamar Nazell, tujuannya adalah kamar mandi.

Brukkk

Bryan menghempaskan tubuh ringkih Nazell  ke dalam kamar mandi, dan secara tidak sengaja kepala gadis itu terbentur dinding.

"Ahhh... Bunda sakit... Kepala aku sakit
banget..." Nazell memegangi kepalanya
yang berdenyut sakit. Bahkan ia rasa
kepalanya juga berdarah.

Nazell memejamkan mata. Kepalanya
sangat-sangat sakit. Pelipisnya juga
mengeluarkan darah. Nazell merasakan pusing yang sangat hebat, bahkan untuk membuka matanya Nazell sudah tidak sanggup.

Byurrr...

Bryan kembali mengguyur Nazell dengan air dingin di kamar mandi. "Bangun! siapa yang suruh kamu tidur!"

"Ayah, kepala aku sakit banget. Pusing
Ayah, aku juga kedinginan," racau
Nazell dengan mata terpejam. Tubuhnya mulai menggigil karena suhu air yang benar-benar sangat dingin.

Nazell mendongak, menatap Bryan. "Dingin, Ayah..." Bibir Nazell mulai pucat.

Kepalanya terasa berputar-putar.
Bryan hanya menatap datar ke arah
Nazell. Dia tidak perduli sedikitpun pada Buanaknya.

Karena ulah Nazell. Viona, putrinya
sekarang harus jatuh sakit. Bryan tidak bisa membiarkan Nazell begitu saja. Ia harus.membuat Nazell merasakan sakit juga, sama seperti Viona.

"Kamu gak boleh keluar sampai besok
pagi. Sebelum saya buka pintu, jangan
coba-coba buat keluar dari sini!" Bryan
menutup pintu kamar mandi dan keluar dari kamar Nazell.

Laki-laki paruh baya itu tersenyum karena sudah berhasil membuat Nazell kesakitan. Rasa kesalnya sedikit terbayarkan melihat Nazell yang merintih kesakitan seperti tadi.

"Ini akibatnya jika kamu berani melawan saya, Nazell."

~oOo~

Sekarang Bryan harus memeriksa keadaan putri tercintanya, Viona. Bryan harus selalu siaga di samping viona.

Bryan membuka pintu kamar putri pertamanya, dia melihat Viona yang tertidur pulas di atas ranjang. Bryan mendekat lalu mencium kening gadis itu.

"Tidur yang nyenyak, sayang," ujarnya
kemudian.

~oOo~

Zell maaf ya 🥺, suatu saat nanti akan kubahagiaan kamu. Ada waktunya kamu terlepas dari beban hidup yang kamu jalani. Tapi ini belum saatnya,ya. Masih dalam proses.

See you next chapter selanjutnya

PESAN TERAKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang