Yani dan Abim sibuk mempersiapkan keberangkatan mereka ke Bangkok untuk perjalanan bisnis. Lebih tepatnya perjalanan bisnis Abim. Sementara Yani terpaksa ikut untuk menemani. Alasannya sepele. "Aku bisa rindu berat kalo gak lihat wajah kamu." Ucap Abim sekenaknya.
Lantas Yani memutar bola matanya malas. "Bilang aja ada maunya, iya kan?" Abim terkekeh dan memeluk Yani dengan erat beserta gemas. "Sekalian honeymoon, Sayang." Bisik Abim jahil.
"Anak udah tiga loh, Mas!" Kesal Yani pada Abim.
"Kayaknya nambah adek buat Sabda —"
"HAH SIAPA YANG PUNYA ADEK?!"
Sautan serupa alarm peringatan dari arah pintu kamar menandakan bahwa sedari tadi ada yang menguping pembicaraan dua orang dewasa itu. Abim mendengus malas. Kemudian nemijat pangkal hidungnya pelan. "Sabda kalo gak teriak tenggorokannya gatel apa giamana sih, Yang?"
Yani tertawa pelan. "Anak kamu itu." Katanya menahan gemas.
"Anak kamu juga itu." Kata Abim tak mau kalah.
"SABDA ANAKNYA OM PRABU AJA KALO GINI CERITANYA."
Lagi-lagi Sabda menyaut dengan lantang. Menyadarkan bahwa masih ada manusia lain yang mendengar pembicaraan mereka.
"Dih, marah-marah anakmu, Bu." Abim sengaja mengadu. Berupaya untuk semakin memanasi anak bungsunya. Sekali-kali tidak apa, pikirnya.
Yani yang mengerti pun mencubit keras perut suaminya. Dasar Abim Arjuna! Sekalinya mencair malah bikin darah tinggi.
"SABDA MARAH YA SAMA AYAH! KITA UNPREN AJALAH." Teriak Sabda dengan kesal.
"Loh emangnya kita teman?" Sahut Abim dari dalam kamar.
"ABIM ARJUNA!" Yani melotot ke arah Abim dan menjewer kuping suaminya itu. "Loh Ayah bener kan, Bu? Kita kan orang tua sama anak. Dimana salahnya?" Bela Abim sambil memegangi tangan mungil sang istri yang menjewer kupingnya.
Sedangkan di luar kamar, Sabda tengah digeret Lenkara menuju kamar pemuda itu. "Ganti baju." Perintah Lenkara cepat.
Sabda yang masih kesal pun menatap nyalang Lenkara. "Apasih, kak!"
"Gue tunggu 15 menit dari sekarang."
Baru saja Sabda ingin memprotes, mulutnya sudah dibekap oleh Lenkara. "Diem." Ucap Lenkara lalu pergi begitu saja meninggalkan Sabda yang entah kenapa terdiam bak patung seakan menuruti perintah sang kakak.
+++
"Sabda Ikut." Rengek Sabda sambil menarik-narik ujung pakaian Yani dan Abim. Berusaha meluluhkan kedua orang tuanya agar dirinya bisa ikut ke Bangkok.
Dengan sayang Yani mengelus kepala si bungsu, "Ibu cuma dua hari, cepet kok." Yani menenangkan Sabda yang sedang rewel seperti anak kecil. Padahal sudah kelas satu SMA.
"Adek udah dong," bujuk Rinjani yang ikut mengantar keberangkatan kedua orang tuanya. Sedangkan Lenkara hanya mendengus sebal melihat drama di depannya.
"Sabda," Bocah laki-laki itu mendongak menatap ayahnya. "Besok liburan semester kita ke Lombok, gimana?" Tawar Abim yang berhasil membuat rengekan Sabda berhenti.
"B-beneran?" Dengan wajah berbinar Sabda menatap Abim.
Abim mengangguk. "Iya. Kalo gitu Ayah sama Ibu pergi dulu, ya?"
Wajah murung Sabda kembali terlihat. Sebenernya sudah biasa Sabda ditinggal pergi Abim untuk perjalanan bisnis. Entah itu ke luar kota ataupun ke luar negeri. Tapi bedanya kali ini Yani turut ikut menemani. Jadi dia agak susah untuk menerima perjalanan bisnis Abim kali ini.
Yani mengecup pipi Sabda.
"Cuma sebentar kok, Ibu janji."
Akhirnya Sabda mengalah dan mengangguk walau sebagian dari dirinya tidak rela. Dipeluknya si bungsu oleh Abim guna menyalurkan ketenangan."Hati-hati Yah, Bu. Kabarin kalo udah sampai." Ucap Rinjani sambil menyalimi keduanya.
Di sisi lain Lenkara termenung. Entah apa yang dipikirkan gadis itu. Senggolan pada tubuhnya menyadarkan Lenkara begitu saja. Pelakunya adalah Rinjani. Seolah tersadar, Lenkara pun ikut menyalimi kedua orang tuanya, "Hati-hati."
Abim dan Yani tersenyum kemudian menitipkan Lenkara dan Sabda pada Rinjani selaku kakak pertama. Ketiganya menatap punggung orang tuanya dengan pandangan yang berbeda-beda.
"Semoga selamat sampai tujuan."
"Gue juga mau dicium sama dipeluk kayak Sabda..."
"Huh, dua hari masih lama."
♥♥♥
Hai haiii,
Hari ini cerah, semoga harimu indah!

KAMU SEDANG MEMBACA
never know
ChickLitTentang anak sulung si tukang emosi. Tentang anak tengah bersama rahasianya. Tentang anak bungsu dengan karandoman tinggi.