Barangkali mempunyai dua kakak perempuan membuat Sabda Hadi Galeno ingin sekali me-refund keduanya dengan bakso bakar Bang Jarwo langganannya sedari kecil. Apalagi disaat seperti ini, rasanya Sabda ingin mengungsi saja di Jogja. Menemani sang nenek menyulam seharian penuh tanpa jenuh pun akan dia lakukan sepenuh hati. Daripada menjadi babu kedua kakaknya yang sialnya tidak tau diri."Weekend gini harusnya gue pergi main sama temen-temen, bukan malah ngebabu!" Gerutu Sabda sambil menyapu kesal lantai ruang tamu.
Lenkara datang bersama satu plastik penuh jajanan yang dia beli di toko klontong ujung gang. Menghiraukan Sabda yang menyapu asal-asalan, Lenkara lewat begitu saja sembari mengibaskan rambut pendeknya. "Ups, lewat dulu ya, babu."
Sabda menggeram kesal lalu menarik rambut pendek Lenkara yang membuat sang empunya memekik kaget. "Lepas."
"Idih, sepuluh ribu dulu."
"Gue bakar ayam warna-warni punya lo!"
Sabda melotot tidak terima, "Wahai saudariku, bukan begitu cara mainnya!" kemudian pemuda itu melepas cengkramannya pada rambut Lenkara.
"SABDA, ARAA!!! TOLONGIN MBAK!"
Lenkara langsung berlari menuju kamar Rinjani. Pun dengan Sabda yang terkejut dan melempar sembarang sapu ijuknya.
Brakk
Pintu kamar dibuka kasar oleh Lenkara. Perempuan itu menghampiri Rinjani yang terduduk di lantai dengan tangan yang memegang luka kakinya. Sabda yang baru saja datang langsung membopong tubuh Rinjani dan membawanya ke ranjang.
"Diem dulu bentar kenapa sih, Mbak. Jatoh kan!" Omel Sabda kemudian.
"Ya kan Mbak mau ke kamar mandi tadinya. Eh pas turun kakinya lemes banget kayak jelly!" Sungut Rinjani tak terima.
"Udah sih. Jadi ke kamar mandi gak, Mbak?" Tanya Lenkara menengahi.
Rinjani terdiam lalu memalingkan wajahnya. "Gak," jawabnya singkat, "Ayah sama Ibu kemana?" sambungnya lalu menatap kedua adiknya itu.
"Ada urusan di Bandung," balas Lenkara lalu mengeluarkan beberapa jajanan dari kantong plastik yang dibawanya.
"Nih, coklat." Lenkara menyodorkan coklat kesukaan Rinjani yang langsung diterima oleh perempuan itu dengan senyuman merekah.
"Dek, bikin sereal, gih." Perintah Rinjani pada Sabda. Lenkara turut mengelurkan susu full cream dan coco crunch lantas menyerahkannya pada si bungsu. "Nih, cepet bikin," perintahnya.
Sabda menghela napas pasrah dan turun ke dapur untuk membuat sereal sesuai perintah dua kanjeng ratu.
Sebelum sampai dapur, bel rumah berbunyi. Sabda dengan kesal berjalan menuju pintu utama. Lagi pula siapa sih yang bertamu di hari libur gini? Kurang kerjaan banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
never know
Literatura FemininaTentang anak sulung si tukang emosi. Tentang anak tengah bersama rahasianya. Tentang anak bungsu dengan karandoman tinggi.