Level Max

510 93 177
                                    

this is last chap. I hope you guys like this fanfict.

jangan lupa untuk terakhir kalinya vote dan comment di book ini. karena kalian bakal dapet hadiah di akhir nanti.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Dahyun menjalani hari-harinya seolah semua ini adalah keajaiban. Dia pergi ke sekolah dengan bahagia, bercanda dengan Sana dan Nayeon, dan belajar dengan Wonwoo.

Dia tidak lagi harus cemas melihat ikon persentase di atas kepala Wonwoo. Dia ingat bahwa sebelum-sebelumnya dia selalu melihat ke ikon itu, mulai dari awal misinya dia berusaha meningkatkan kadar kesukaan Wonwoo, hingga dia berada di titik dimana dia tidak ingin Wonwoo menyukainya seratus persen.

Satu-satunya yang dia sesali adalah dia tidak bisa lagi berkomunikasi dengan Tofu.

“Hei, Tofu, apakah kamu benar-benar hilang?”

Suatu kali Dahyun mencoba memanggil Tofu, tapi suara robotik yang selalu menemaninya selama ini tidak terdengar lagi. Dahyun merasa seperti kehilangan salah satu teman terdekatnya.

Dahyun mulai mempersiapkan kuliahnya sesuai apa yang dia isi dalam angket perencanaan masa depannya.

Dia memilih untuk kuliah di bidang manajemen. Ketika dia mengatakannya pada Nayeon, temannya itu berdecak.

“Tidak mau ikut denganku berkeliling dunia?”

Dahyun terkekeh, “Tidak. Lakukan saja sendiri.”

“Kalau begitu kamu harus ikut denganku saat liburan kampus.” Nayeon menawarkan.

Dahyun merasa ide itu tidak terlalu buruk. “Oke.”

Dia membuat janji dengan Nayeon.

“Kamu tidak mengajakku?” tanya Sana kesal.

Nayeon tertawa keras, “Kamu kuliah di international relations, pasti kamu harus sesekali melakukan perjalanan diplomatik.”

“Bagaimana jika kita bertiga melakukan perjalanan tiga hari tiga malam setiap liburan kampus? Bukankah itu menarik?” Dahyun mengusulkan ide lain.

Dia juga tidak tahu apakah bisa membagi waktu liburannya dengan kedua temannya dan kekasihnya, tetapi jika sebentar mungkin dia selalu bisa.

Nayeon mendecih, “Kamu yang berjanji ya. Jangan tiba-tiba tidak bisa datang dengan alasan punya agenda dengan pacar.”

Dahyun merengut, “Itu kamu. Bukankah kamu akan langsung mencari pacar orang asing ketika berkeliling dunia?”

“Bagaimana kamu tahu niatku?” Nayeon pura-pura terkejut lalu tertawa.

Sana tertawa mengejek menimpali candaan dua sahabatnya, “Semuanya terlihat jelas di luar kepalamu.”

Nayeon hanya bisa menjulurkan lidahnya.




Lovelling Up! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang