CHAPTER 1 - PART 2 (R-21+)

3.8K 70 1
                                    

WARNING 21+

Content Advisory

Terdapat konten eksplisit yang hanya dapat dibaca oleh usia legal diatas 21 tahun, diingatkan sekali lagi agar dapat bijak membaca sesuai umur.





Cahaya mentari pagi menyilaukan mata Alina yang membangunkannya dari mimpi yang aneh. Tersadar bahwa yang ia alami bukanlah mimpi, hal itu membuatnya sedih dan berharap ia dapat bangun dan kembali ke kehidupannya sebelum semua kejadian aneh ini terjadi.

Ia masih belum terbiasa untuk bangun di atas ranjang yang bukan miliknya bahkan ranjang dan kamar yang semewah ini. Ia yakin kehidupannya tidak semewah yang ia coba ingat, karena ia tidak mungkin familiar dengan segala kemewahan yang ada di sini.

Ternyata cahaya pagi yang menyilaukan matanya berasal dari tirai yang sengaja disibakkan oleh pelayan yang tengah sibuk kesana-kemari mengerjakan tugasnya di kamar yang telah diberikan Theo padanya.

Saat ia sibuk melamun ternyata para pelayan sudah menyiapkan sarapan untuknya di atas troli kecil yang berisi roti-roti yang harum dan satu poci kecil yang ia yakini berisi teh, sang pelayan menuangkan teh itu ke dalam cangkir kecil dengan hiasan yang amat cantik.

"Nona, silahkan dinikmati sarapannya. Yang Mulia Putra Mahkota menyarankan nona untuk sarapan di kamar dahulu. Setelah sarapan kami akan membantu nona untuk bersiap menemui Yang Mulia di ruang kerjanya nanti" pelayan itu menjelaskan.

"Baik terimakasih atas semua bantuannya" ucapnya dengan senyum, namun ia terdiam dan berpikir. "tunggu dulu, seorang apa? Pangeran? PANGERAN?! HAH?!?!?!" ucapnya dalam hati.

Alina berulang kali menarik napas dan membuangnya demi menetralkan rasa panik. Ia tak habis pikir apa yang telah ia alami sungguh diluar akal sehatnya, setelah memalukan diri sendiri bertelanjang di depan orang asing, sekarang orang asing yang melihatnya telanjang itu adalah seorang pangeran!

Bagaimana bisa semua kesialan datang padanya secara bertubi-tubi. Entah semua ini sebuah kesialan atau keberuntungan karena ia juga tak yakin dengan apa yang ia alami. "Semoga setelah ini tidak ada kejadian yang memalukan lagi." Pintanya dalam hati.

Setelah menghabiskan sarapan kecilnya ia dipandu oleh para pelayan untuk berendam di sebuah kolam kecil yang berwarna seputih susu dengan taburan kelopak bunga mawar yang sangat banyak.

Ia masih saja terkagum-kagum dengan apa yang ia lihat sekarang, dalam sebuah kamar sebesar ini ternyata kamar mandinya juga tak kalah luas dan Indah. Berbeda dengan nuansa kamarnya yang berwarna gelap, kamar mandi ini berwarna krem marble dengan beberapa aksen ukiran mewah.

Kolam kecil yang berada ditengah-tengah kamar mandi ini menjadi titik pusat dari ruangan ini, selain kolam juga ada lemari-lemari yang berisi perlengkapan mandi termasuk minyak pengharum dan kelopak bunga yang sekarang ia gunakan.

Belum selesai ia tertegun, salah satu pelayan mendekatinya untuk melepaskan pakaian. Ia akan ditelanjangi di depan 5 pelayan yang (untungnya) semuanya wanita.

"Tu-Tunggu dulu.." sambil menutupi area pribadinya.

"tidak apa-apa nona, tidak usah malu. Kami sudah berpengalaman jadi nona tidak perlu sungkan dan takut." Jawab pelayan yang tadi berbicara dengannya.

"Tapi.." akhirnya ia menyerah dan melepaskan pakaiannya untuk segera masuk kedalam kolam susu tersebut.

Setelah para pelayan menggosok tubuhnya menggunakan koral lembut dari laut dan memijit seluruh tubuhnya, ia dibiarkan untuk berendam lebih lama ditemani wewangian dari lilin dengan aroma lavender. Sambil menutup matanya yang terasa berat karena terbawa suasana akhirnya ia pun terlelap.

A Mystifying Tale of Faith [R-21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang