Beberapa minggu yang lalu.
Seorang laki-laki paruh baya berjalan menyusuri lorong panjang nan gelap, ia melewati lorong demi lorong itu bersama pelita kecil di tangannya. Dengan waspada ia tetap berjalan melewati lorong gelap dengan penerangan minim yang pelitanya sinari. Sesekali ia juga menoleh kebelakang untuk memastikan tak ada seorang pun yang mengikutinya.
Setitik peluh jatuh dari pelipisnya, namun ia tetap berjalan dengan tergesa-gesa seperti seekor tikus got yang sedang dikejar kucing jalanan. Walau pun tau bahwa dirinya akan mendapatkan ganjaran, ia harus segera menemui tuannya untuk melaporkan keadaan yang sudah ia kacaukan.
Ia berhenti tepat di ujung lorong panjang itu, mengetuk tembok tanpa pintu di depannya sebanyak tiga kali. Tak berapa lama tembok tak berpintu itu bergeser dan kini ia sudah berada di sebuah ruangan dengan banyak rak buku dan sebuah meja kerja mewah.
"Tuan... Hamba datang untuk melaporkan hal penting" ucapnya.
Seorang laki-laki yang sedang duduk dibelakang meja di depannya menoleh tak acuh, ia menurunkan kertas yang sedang ia baca dan menatap lelaki paruh baya di depannya. Laki-laki dengan pakaian bangsawan yang kini sedang menatapnya menunggu dengan tenang untuk mendengar apa yang akan ia laporkan pada tuannya.
"Tu-tuan... sebelumnya tolong ampuni hamba" ucap pria paruh baya itu terbata.
"hamba telah melakukan kesalahan fatal, maafkan hamba telah melakukan dosa besar dan mengecewakan tuan.."
Laki-laki berpakaian mewah itu menatapnya dengan amarah, namun ia tetap diam dan mendengarkan penjelasan bawahannya itu.
"O-orang itu hilang tuan, dia menghilang tanpa jejak" ucap lelaki paruh baya itu sambil berlutut dan menundukkan pandangannya. Ia gemetar hebat dan butiran keringat bercucuran disekujur tubuhnya.
"APA KAU BILANG?" Tuannya berteriak tak percaya dan bangkit dari duduknya.
"Ampun tuan, kami sudah mencarinya kemana-mana namun ia menghilang begitu saja"
"Pa-para penjaga selalu berada di posnya dan pintu juga masih tertutup rapat tuan, namun ia menghilang begitu saja bagai asap" lelaki paruh baya yang tadinya berlutut kini sudah bersujud minta ampun pada tuan di depannya.
"APA KALIAN SUDAH GILA?"
"BERANINYA KALIAN BERALASAN TAK MASUK AKAL SEPERTI ITU?"
Tuannya melempar sebuah buku tebal dan mengenai pelipisnya, lelaki itu meringis menahan sakit. Kucuran darah mengalir dari luka akibat lemparan keras itu, namun ia tetap bertahan di posisinya.
"Cari dia sampai ketemu, aku tak mau mendengar alasan apapun. Kau harus menemukannya secepat mungkin. Kalau sampai kau tak menemukannya, semua keluargamu nyawanya akan terancam" Ucap tuannya tanpa ampun.
"TU-TUAN... Ampuni hamba tuan, tolong jangan sakiti keluarga saya"
"Kami akan mencarinya segera tuan, kami akan mencarinya walau sampai keujung dunia"
Sepeninggalan lelaki paruh baya itu, pria yang di panggil Tuan olehnya melempar semua buku yang ada di meja. Ia berteriak frustasi setelah mendengar apa yang lelaki itu laporkan padanya.
"Kacung tak berguna, aku hanya menyuruh untuk menjaga orang lemah tak berdaya saja tidak becus"
"Aku tak boleh membiarkannya berkeliaran sembarangan, setidaknya orang itu tidak boleh berada disekitar istana"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mystifying Tale of Faith [R-21+]
Ficción históricaApa yang akan kamu lakukan jika saat terburu-buru membuka pintu ke kelas namun bukan wajah dosen atau pun mahasiswa lainnya yang kamu lihat melainkan pemandangan pasir pantai putih yang indah? Belum lagi jika ternyata kamu sekarang tidak mengenakan...