Hari ini adalah jadwal Alina untuk kelas tata krama dalam seremonial resmi kekaisaran, namun karena countess Van Heiden sudah berumur beliau tidak dapat menghampiri dan mengajari Alina ke istana. Maka dari itu sekarang Alina sedang bersiap untuk mendatangi langsung sang Countess ke kediamannya.
Alina pergi kesana dengan mengendarai kereta kuda, ia didampingi oleh seorang pelayan dan dikawal oleh Sir Derrick. Sejak Sir Derrick menjemputnya di depan pintu kamar, Alina menyadari bahwa tatapan mata dari Sir Derrick tak luput dari dirinya. Tatapannya bukanlah tatapan yang ramah, tatapan itu seakan menguliti punggungnya dan membuat bulu kuduk Alina berdiri.
Alina tidak tahu ada masalah apa sehingga Sir Derrick sejak tadi selalu menghunuskan matanya dengan tajam, setiap ia tidak sengaja menatap balik mata yang sedang menghujaninya dengan rasa tidak nyaman itu Sir Derrick tidak langsung membuang muka melainkan balik menatapnya dengan lekat.
Alina semakin tak nyaman dengan perjalanan di dalam kereta kuda yang sempit ini, dengan orang yang terang-terangan menatapnya seperti itu Alina tak dapat kabur untuk menghindarinya.
"Sir Derrick, apakah ada sesuatu yang kau ingin katakan padaku?" tanya Alina langsung karena tidak tahan dengan sikapnya yang tidak sopan.
Sir Derrick terdiam cukup lama seraya tetap menatap mata Alina sebelum menjawab pertanyaannya.
"Tidak ada, nona Alina" jawabnya singkat.
"Baiklah, tolong alihkan pandanganmu ke tempat lain. Aku tidak nyaman dengan tatapanmu itu" ucap Alina lugas.
Alina tidak perduli jika pelayan yang ikut melayaninya mendengar perkataannya barusan dan menjadikan hal tersebut gosip rendahan di kalangan para pelayan. Ia sungguh sudah tidak tahan dengan perasaan tak nyaman dari tatapan mata Sir Derrick padanya.
Mereka pun melanjutkan perjalanannya dengan hening, setidaknya setengah dari perjalanan menuju kediaman Countess Van Heiden Alina dapat bernapas lega dari tatapan menusuk Sir Derrick.
Saat turun dari kereta kuda Alina menolak untuk menggenggam tangan Sir Derrick yang akan menuntunnya turun. Tanpa menoleh ke arahnya Alina pun melenggang masuk menuju kediaman Countess bersama butler yang sudah menunggunya di depan.
Sir Derrick mengikuti mereka dari belakang dan berdiri di depan pintu untuk menunggu sampai Alina selesai dengan kelasnya.
Alina kerap melamun dan hilang fokus saat Countess Van Heiden menjelaskan beberapa aturan dan sejarah seremonial resmi kekaisaran, kepalanya penuh oleh pikiran tentang perilaku Sir Derrick yang tidak ia sangka. Terakhir kali mereka bertemu adalah saat Theo mengenalkan Alina sebagai tunangannya di lapangan waktu itu.
Setelahnya mereka berdua sepertinya tak pernah bertemu, bahkan secara tak sengaja pun sepertinya tidak. Lalu mengapa tadi Sir Derrick bersikap seperti itu padanya? Alina tak dapat menemukan alasan yang logis dibalik sikapnya yang aneh itu.
"Nona Alina, apakah penjelasanku tidak menarik?" tanya Countess tiba-tiba padanya.
Alina yang sedang memikirkan hal lain pun terkejut mendengar pertanyaan tersebut.
"Ah, maafkan saya Countess. Silakan dilanjutkan, kedepannya saya akan fokus sepenuhnya. Maafkan ketidaksopanan saya." ucap Alina memohon maaf.
Selanjutnya Alina memenuhi janjinya untuk tetap fokus pada penjelasan Countess Van Heiden dengan seksama.
Kelas tersebut selesai saat matahari sudah menyingsing dan berwarna keunguan, Alina yang hanya mendengarkan penjelasan dari Countess merasa sangat lelah menerima semua ilmu dan informasi yang beliau berikan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mystifying Tale of Faith [R-21+]
Fiksi SejarahApa yang akan kamu lakukan jika saat terburu-buru membuka pintu ke kelas namun bukan wajah dosen atau pun mahasiswa lainnya yang kamu lihat melainkan pemandangan pasir pantai putih yang indah? Belum lagi jika ternyata kamu sekarang tidak mengenakan...