CHAPTER 3 - PART 2 (R-21+)

2.4K 38 2
                                    

WARNING 21+

CONTENT ADVISORY

Terdapat konten eksplisit yang hanya dapat dibaca oleh usia legal diatas 21 tahun, diingatkan sekali lagi agar dapat bijak membaca sesuai umur.


Keesokan harinya setelah menyelesaikan kelas etiket, Alina menyelinap keluar kastil Putra Mahkota menuju sembarang arah kemana pun kakinya menuntun pergi.

Sebenarnya jika ia ingin keluar kastil seseorang harus mengawalnya, namun saat ini Alina sedang ingin menyendiri. Pelampiasan amarahnya kemarin belum terlalu meredakan emosinya, Ia bosan selalu pergi ke taman yang sama dan malas rasanya jika tidak sengaja berpapasan dengan Theo. Jadi Alina putuskan untuk berpetualang kemanapun ia mau.

Kakinya telah membawa Alina ke sebuah hutan yang asri, hutannya tidak terlalu menyeramkan. Seperti halnya taman yang ada di dalam kompleks istana, hutan ini terlihat terawat dan seperti lukisan pemandangan yang indah.

Kakinya terus berjalan menjelajah isi hutan, banyak hewan-hewan menggemaskan seperti tupai dan kelinci yang berkeliaran. Walau pun Alina sedikit takut jika bertemu hewan buas namun nampaknya hutan ini aman karena berada di dekat istana. Alina yakin orang-orang istana sering berburu di hutan ini sehingga hewan buas sudah sulit ditemukan di kawasan ini.

Kakinya terhenti di sebuah padang rumput berbunga yang luas, ditengah-tengahnya terdapat sebuah pohon besar yang rindang. Namun Alina lebih tertarik dengan apa yang ia dengar, tak jauh dari tempatnya berdiri ia melihat pantulan cahaya dari air yang mengalir.

Alina segera berlari menuju suara menyejukkan itu, pendengarannya pun tidak salah. Ia menemukan sungai jernih dengan arus yang lambat.

Ide gila terlintas di otaknya, ia menoleh kesana-kemari mencari keberadaan orang lain selain dirinya. Setelah memastikan bahwa ia benar-benar sendirian di hutan ini Alina pun melepas seluruh pakaiannya.

Ia tahu betul bahwa yang ia lakukan berbahaya, bagaimana jika tiba-tiba ada orang lain yang melihatnya. Namun ia butuh pelampiasan akan amarahnya, ia ingin bersenang-senang dengan berendam di air sungai yang jernih ini untuk mendinginkan pikirannya.

Alina melepas semua atribut yang menempel pada badannya, termasuk pakaian dalam agar ia dapat kembali ke kastil dengan pakaian yang kering. "Ini gila, aku akan berenang di sungai telanjang bulat" ucap Alina dalam hati. "Masa bodoh lah!" akhirnya ia menceburkan dirinya ke dalam air sungai.

.

.

Di tempat lain Theodore mengambil busur panah dari lemari senjata pribadinya dan beranjak menuju istal kuda. Hari ini ia harus melampiaskan kekesalannya dengan memanah, ia pun memutuskan untuk pergi berburu ke hutan belakang istana.

Di mulut hutan theodore mengikat kudanya dan beranjak memasuki hutan dengan berjalan kaki. Karena hewan buas sudah jarang keberadaannya, mau tak mau ia hanya dapat memanah hewan-hewan kecil yang dapat ia temukan. Namun sebelum berburu seperti sebuah rutinitas ia menyempatkan diri untuk mampir ke padang rumput tempat biasa ia menunggu Alinanya.

Sesampainya di padang rumput ia mendengar cekikikan yang amat ia kenal, suara tawa riang yang familiar, suara yang biasa menemaninya di hutan.

Saat ia menoleh ke arah suara ia melihat Alinanya tengah berenang di sungai dengan keadaan tanpa busana. Kini tatapan mata theodore telah menggelap, pikirannya pun sudah berkabut. Sekali lagi ia hilang kendali atas dirinya dan rasionalitas seorang manusia.

Saat tengah asik bermain air sendirian Alina melihat seseorang berjalan ke arahnya, ia panik dan berusaha menutupi tubuhnya dengan buru-buru. Alina beranjak menuju permukaan, namun saat hendak bangkit ia melihat jelas orang yang sedang menuju ke arahnya adalah Theo.

A Mystifying Tale of Faith [R-21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang