CHAPTER 3 - PART 1

833 39 0
                                    

Alina dan Theodore memasuki ruangan bernuansa ala arsitektur klasik yang langit-langitnya dihiasi elemen emas elegan dan seluruh permukaannya bertahtakan ornamen dengan ukiran yang menjalar dari tengah hingga ke setiap sudut.

Di tengah-tengah ruangan sebuah lampu gantung besar menjadi titik fokus utama saat memasuki ruangan makan ini. Meja panjang dengan berbagai macam hidangan telah disajikan diatasnya, meja itu telah diisi oleh para anggota keluarga kerajaan.

Di ujung meja telah ditempati oleh seorang lelaki paruh baya dengan rambut coklat dan helaian uban pertanda kematangan usia. Setelahnya ada Baginda Ratu Permaisuri yang duduk bersebelahan dengan Thomas yang Alina dapati tengah tersenyum ke arahnya.

Theodore mempersilakan Alina duduk disebelahnya, kini posisi Alina bersebrangan dengan orang yang sejak tadi tidak henti-hentinya tersenyum dan menatapnya. Jejeran pelayan berbaris untuk menghidangkan makanan pembuka ke tiap orang yang tengah duduk di meja panjang ini.

Meja panjang yang memiliki banyak kursi itu hanya terisi oleh lima orang saja dan Alina yakin orang yang berada diujung meja adalah Sang Baginda Kaisar.

Perjamuan makan malam ini berlangsung dengan khidmat dan hening, dari awal makanan pembuka datang hingga berbagai hidangan yang disajikan tidak ada seorang pun yang berbincang. Namun saat makanan penutup akan dihidangkan Sang Kaisar berdehem untuk mencairkan suasana.

"Jadi Theodore, tidak kah kamu akan memperkenalkan wanita cantik yang ada di sampingmu?" tanya Sang Kaisar sambil menatap wajah Alina.

"Ayah, Wanita ini–Alina adalah cinta dalam hidupku dan aku harap semua orang yang ada di sini dapat menerimanya sebagai tunanganku dengan baik" jawab Theo tegas seraya menggenggam pergelangan tanganku yang tengah berada diatas meja makan.

Semua mata kini tertuju pada Alina, pandangan setiap insan yang ada di ruangan ini mengarah untuk mengobservasi dirinya. Alina menangkap ekspresi Thomas yang sedikit terkejut namun cepat-cepat berubah menjadi senyuman kecil dengan mata yang kosong.

Sang Kaisar dan Baginda Permaisuri tetap terlihat tenang, Alina tidak tahu bagaimana tanggapan mereka atas pernyataan resmi yang Theo ajukan barusan. Ia tahu bahwa reaksi Baginda Permaisuri saat di kamarnya tadi pagi tidaklah bagus, wajar bila beliau menunjukan rasa tak sukanya atas perilaku Theo yang tidak sopan dihadapannya.

Namun karena kewibawaannya ia tidak menunjukkan respon apa-apa ketika Theo mengumumkan pertunangannya kepada Sang Kaisar. Keanggunan dan wibawa para bangsawan memang merupakan misteri yang sulit untuk dipecahkan, raut wajahnya tidak berarti menunjukkan perasaan asli yang mereka pendam. Bagi Alina yang baru menginjakkan kaki di dunia ini sangatlah sulit baginya untuk menerka apa yang ada dalam pikiran mereka.

"Wah hebat sekali sepupuku ini mendapatkan tunangan secantik nona Alina, iri sekali aku padamu Theodore" gurau Thomas mencairkan suasana yang hening itu.

"Benarkah begitu Thomas? kau kan yang selalu menjadi pusat perhatian dan para gadis bangsawan selalu berkumpul mengelilingimu" ucap Theo menimpali gurauan Thomas.

Tawa Thomas pecah dan suasana tegang itu pun berakhir.

Percakapan mereka berlanjut dengan hal-hal lain yang Alina tak pahami, ia banyak berdiam dan mendengarkan saja selagi ia memakan makanan penutup yang telah dihidangkan.

Saat Kaisar, Permaisuri dan Theodore melakukan percakapan Alina berkali-kali menemukan Thomas mencuri pandang ke arahnya. Alina hanya bisa merunduk menghindari tatapan dari Thomas sambil mengunyah kue yang ia makan.

"Bagaimana kalau hadir ke pesta tehku Alina? Apakah kau bersedia? Kalau kau mau dayangku akan mengirimkan undangan resminya padamu nanti" tanya Baginda Permaisuri tiba-tiba.

A Mystifying Tale of Faith [R-21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang