Hari menuju pesta teh yang diadakan Permaisuri sudah tiba, besok Alina akan menghadiri arena bertarung bagi wanita bangsawan yang sudah pasti akan mengusiknya. Ia sudah menyiapkan segala hal untuk menghadapi kaum elit bangsawan yang telah diundang Baginda Permaisuri sebisanya, semoga besok saat hari eksekusi ia dapat menjalaninya dengan baik.
Dua hari lalu gaun pesta teh yang ia pesan sudah ada padanya, ia sangat menyukai hasil yang dibuat oleh sang perancang busana. Gaun yang tampak sangat cantik dan sederhana itu semoga tidak terlalu mencolok sehingga ia tidak akan menjadi pusat perhatian.
Alina memejamkan matanya dan berusaha tidur lebih awal dari biasanya karena ia sudah harus bangun sebelum matahari terbit, ia sudah harus bersiap dengan serangkaian perawatan panjang yang menantinya.
Keesokannya Cordelia sudah mengetuk pintu kamarnya pukul 4 pagi bersama para pelayan yang jumlahnya lebih banyak dari biasanya. Dimulai dari perawatan kulit dengan spa dan pijatan wajah, mata Alina diberi potongan mentimun dan seluruh permukaan badannya diolesi lulur yang terbuat dari ramuan rahasia ala kerajaan. Masing-masing tangan dan kakinya dipijat oleh pelayan yang berbeda.
Setelahnya ia berendam di dalam kolam yang telah diberi wewangian minyak dari bunga mawar. Prosesi ini memakan banyak waktu, dari perawatan badan hingga berdandan dan menata rambut.
Kini Alina sudah siap untuk menghadiri pesta teh yang berlokasi di taman luas yang berada di kastil utama kerajaan, ia menggengam sebuah parasol atau payung berbahan kain untuk menghalangi sinar matahari yang menyengat.
Alina telah berhasil menginjakkan kakinya di tempat acara pesta teh itu diadakan, ia segera mengedarkan pandangannya untuk melihat keadaan sekitar. Beberapa kursi telah terisi oleh undangan yang telah hadir, ia datang di waktu yang tepat. Ia tak terlambat maupun terlalu awal untuk menghadiri acara tersebut, Baginda Permaisuri sebagai penyelenggara acara biasanya hadir paling akhir.
Semua mata kini mengarah padanya saat ia berjalan menuju meja panjang yang telah di dekorasi dengan cantik, perbincangan mereka terhenti untuk mengamati Alina yang datang mengenakan pakaian yang berbeda dengan mereka. Wajah asing yang tak pernah muncul di acara sosialita selama ini tiba-tiba hadir di acara pesta teh yang diadakan Baginda Permaisuri.
Alina mendapati mereka tengah berbisik satu sama lain saat ia menduduki kursi yang berada tepat di samping Baginda Permaisuri, sebenarnya ia juga tak paham mengapa ia ditempatkan di kursi yang sangat mencolok ini namun ia tak mau ambil pusing dengan keputusan sang Permaisuri.
Sosok yang ditunggu-tunggu telah tiba, Baginda Permaisuri hadir bersama parade dayang-dayang yang melayaninya. Ibunda Theo mengenakan gaun siang yang sangat cantik, namun dibanding dengan undangan yang lain gaunnya tidaklah terlalu heboh dan rumit. Walau pun begitu aura kemewahan dari gaun yang ia kenakan tetap terpancar dengan wibawa yang beliau miliki.
Saat Permaisuri menuju ke arah meja perjamuan teh, semua undangan yang telah duduk segera berdiri untuk menyambutnya.
"Salam untuk Sang Baginda Ratu Permaisuri" ucap para undangan secara serentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mystifying Tale of Faith [R-21+]
Historical FictionApa yang akan kamu lakukan jika saat terburu-buru membuka pintu ke kelas namun bukan wajah dosen atau pun mahasiswa lainnya yang kamu lihat melainkan pemandangan pasir pantai putih yang indah? Belum lagi jika ternyata kamu sekarang tidak mengenakan...