Alina bergegas menuju wastafel dan mengelap bibirnya dengan kasar menggunakan air yang terus mengalir, ia menggosok-gosokkan bibirnya berharap bekas yang ditinggalkan oleh Sir Derrick segera menghilang.
Pantulan dari cermin di hadapannya memperlihatkan mata dan hidungnya yang memerah menahan tangisan yang ia tahan sedari tadi. Alina tidak ingin menyia-nyiakan air mata untuk seseorang yang telah melakukan pemaksaan kepadanya.
Selain amarah yang ia rasakan saat ini, ia juga linglung dengan memori-memori yang menyeruak saat Sir Derrick menciumnya. Ia semakin tidak mengerti dengan jati dirinya sendiri. Alina seperti berada di ruang tanpa cahaya dan buta dengan keadaan yang ia alami.
Krisis identitas yang ia rasakan begitu nyata, ia sudah tidak tahu siapa dirinya sekarang.
Ia merasa seperti kehilangan akal sehatnya hanya dengan memikirkan identitas dirinya sendiri, ia tidak tahu dimana harus menaruh rasa percayanya saat ini. Bahkan Alina tidak tahu apa yang ia lihat merupakan halusinasi atau memori yang terpendam dalam ingatannya.
Entah sudah berapa lama ia termenung menatap pantulan dirinya di balik cermin, saat ia tersadar sinar mentari pagi sudah menyinari seluruh sudut kamarnya.
Cordelia menemukan Alina yang kini sedang menatap kosong ke arah jendela, saat ia memanggil-manggil namanya Alina tak bergeming dan tetap diam di depan jendela kamarnya. Cordelia menepuk bahu Alina yang terlihat mengkhawatirkan, tepat saat ia menyentuh punggungnya Alina kehilangan keseimbangan badannya dan jatuh tak sadarkan diri.
Suhu badan Alina sangat tinggi, badannya juga menggigil akibat demam yang ia alami. Cordelia yang khawatir selalu berada di sampingnya merawat Alina yang masih belum sadar sejak ia pingsan pagi tadi, sudah seharian Alina tak sadarkan diri dan masih terpejam. Dokter kerajaan telah dipanggil untuk memeriksa keadaannya, namun tak banyak yang dapat ia katakan selain Alina sedang demam dan memberi Cordelia arahan untuk merawatnya.
Cordelia telah memberitahukan tentang keadaan Alina pada Theodore, segera ia menyudahi kegiatannya dan menemui Alina yang tengah terbaring di atas kasurnya. Theo menggenggam tangan Alina yang terasa panas akibat demamnya, seluruh badan Alina menggigil dan berkeringat.
"Alina, jika rasa sakitmu bisa dipindahkan akan lebih baik jika aku saja yang sakit" ucap Theo pada Alina yang belum sadar.
"ku mohon bangunlah segera Alina"
*****
"Lin, kali ini kau dapat misi apa dari ayah?"
"Ayahmu keterlaluan sekali, yang benar saja masa dia menyuruhku menjadi pelacur untuk Baron Van Lynden?!" ungkapnya sambil menendang kerikil di tanah ke arah seorang anak laki-laki di dekatnya.
"SERIUS? Yang benar saja! Tunggu di sini Lin, biar aku berbicara dengan ayah." ucap anak laki-laki itu sambil bergegas meninggalkannya.
Sembari menunggu ia mengambil gumpalan jerami untuk diberikan kepada kuda-kuda yang berada dalam kandangnya masing-masing. Sebenarnya ia sudah lelah menjalani misi-misi remeh yang tak seberapa ini, ia ingin bergabung dengan kelompok inti prajurit bayangan yang kerap menjalankan misi tingkat tinggi.
Walau pun ia memang lihai dalam menjadi sebuah bayangan yang bertugas untuk menyamar, tetapi ia tetap ingin menjadi bagian kelompok inti bersama Derren.
Selama hidupnya dari kecil ia sudah dilatih menjadi sebuah prajurit bayangan, terlahir sebagai seorang anak haram dari keluarga bangsawan tidak menjadikannya bagian dari aristokrat. Hidupnya dalam keluarga ini hanyalah sebagai alat untuk ayahnya yang bahkan jarang sekali ia lihat.
Ayah Derren adalah ketua kelompok dari Prajurit Bayangan, kelompok inti yang sedari tadi ia agungkan adalah kelompok assassin paling mematikan. Kelompok yang beranggotakan 9 orang yang diketuai oleh ayahnya Derren dan juga Derren yang masih berusia 21 tahun telah menjadi anggota tetap di dalamnya.
"Lin, tadi aku sudah berdiskusi dengan Ayah. Kau tidak perlu menjalani misi itu, walau sebagai gantinya aku harus menyelusup menjadi anggota ksatria kerajaan tapi tak masalah asal kau tidak harus menjadi pelacurnya Baron Van Lynden." ucap Derren.
"BENARKAH?! Aaaahh terimakasih banyak Derren!!!!" ucapnya sambil berlari ke arah Derren dan memeluknya dengan erat.
"Apakah yang kudengar tadi benar? kau? kau menjadi ksatria kerajaan?" ucapnya tak percaya.
"Seorang Derren menjadi ksatria kerajaan? seorang Darren yang sangat membenci keluarga kerajaan? menjadi salah satu anggota ksatria yang bertugas menjaga anggota keluarga kerajaan?!"
"Apa aku tidak salah dengar Derren?" ucapnya sekali lagi untuk memastikan bahwa yang ia dengar tidaklah salah.
"Jangan meledekku seperti itu Lina, aku melakukan itu juga karenamu."
"Ah iya, maaf Derren dan terimakasih banyaaaak!"
Faralina mempererat pelukannya pada Derren dan membenamkan kepalanya ke dalam dada bidang milik Derren, Derren pun balik memeluknya dan mengusap kepala Faralina dengan lembut.
Selama dua tahun itu Derren telah menjadi ksatria teladan dan berhasil menjadi anggota pasukan khusus ksatria kerajaan, selama itu pula juga seorang Faralina berhasil mendapatkan posisi sebagai anggota kelompok inti prajurit bayangan. Faralina bak menjadi bunglon yang kerap menyamar dan berperan sesuai perintah untuk menjalani misinya.
Saat ini ia sedang menuju tempat dimana ayah Derren berada untuk menerima misi selanjutnya sebelum ia bisa bergabung bersama Darren untuk menjalankan misi di dalam istana kerajaan.
Sesaat ia sampai di dalam ruangan itu terdapat tiga sosok lelaki paruh baya, dua diantaranya adalah orang yang sudah ia kenali yaitu ayahnya Derren dan ayahnya sendiri. Seorang lagi ia tak tahu siapa dia gerangan karena baru pertama kali ia melihatnya, mereka bertiga serentak melihat kearah ia datang.
"Faralina, kemarilah lebih dekat." ucap ayahnya, Viscount de Thunberg.
"kali ini kami akan memberikan misi penting untukmu, jadi dengarkan dengan baik dan cermati dengan benar." sambungnya.
Faralina diam mendengarkan apa yang akan mereka perintahkan padanya, mencermati apa yang harus ia lakukan dan segala macam informasi yang harus ia dapatkan selama menjalankan misinya.
Ini pertama kalinya ia mendapatkan misi berhubungan langsung dengan anggota keluarga kerajaan, bahkan ia tak menyangka bahwa ia akan mendekati seorang putra mahkota yang terkenal jarang dekat dengan wanita. Apa yang akan Derren katakan jika dia tau bahwa ia mendapatkan misi seperti ini? tapi bagaimana pun itu mau tidak mau ia tetap harus menjalankan misinya dengan sempurna.
Di suatu pagi Faralina berjalan di antara hutan tak jauh dari kawasan istana kerajaan. Ia mengajak hewan peliharaan kesayangannya Lara, seekor Lynx berwarna abu-abu terang mengitari pepohonan sambil mencari herba dan bunga-bunga liar untuk ia bawa pulang.
Saat ia sedang mencari hewan peliharaannya yang berpencar darinya, ia melihat sesosok orang yang sedang berusaha untuk memanah Lara.
Orang yang lain dan tidak bukan adalah target misinya sendiri.
============================================================
Author's Note
Halooo teman-teman, maaf banget ya baru bisa update lagi setelah sekian lama. Beberapa bulan ini aku lagi sibuk banget gak bisa lanjut nulis, semoga masih pada inget jalan ceritanya ya atau kalau lupa boleh re-read lagi kalau sempat <3
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mystifying Tale of Faith [R-21+]
Historical FictionApa yang akan kamu lakukan jika saat terburu-buru membuka pintu ke kelas namun bukan wajah dosen atau pun mahasiswa lainnya yang kamu lihat melainkan pemandangan pasir pantai putih yang indah? Belum lagi jika ternyata kamu sekarang tidak mengenakan...