"AAAAAAA!!!!" teriak Alina dengan kencang.
Theo terkaget dan segera bangun dari tidurnya, selama seharian penuh ia berada di sisi Alina yang tertidur namun kini ia telah tersadar secara penuh karena teriakan dari Alina.
"Alina ada apa?!" tanya Theo sambil memeluknya dengan erat.
Theo masih mencerna mengapa tiba-tiba Alina terbangun dengan teriakan yang cukup lantang. Bukannya menjawab pertanyaan dari Theo kini Alina malah menangis dalam pelukannya, semakin banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh Theo semakin banyak pula air mata yang menetes dari pelupuk matanya.
"Alina tenang, tenangkan dirimu.. Aku akan terus berada disini, okay?"
"Menangislah jika itu memang membuat perasaanmu lega"
Tangisan Alina yang tadi tersedu-sedu mulai mereda, walau begitu Theo masih bertanya-tanya mengapa gerangan Alina menangis dalam pelukannya. Beberapa hari ini Theo memang memiliki agenda yang padat, ia cukup kesulitan bertemu dan bercengkrama dengan Alina jadi ia tidak bisa menebak mengapa ia sampai jatuh sakit dan menangis seperti ini. Terakhir mereka bertemu adalah saat Alina menanyakan perihal Sir Derrick, apakah terjadi sesuatu diantara mereka? Tapi kemungkinan itu sangat kecil mengingat sedikitnya interaksi diantara mereka berdua.
"Alina, apa kau sudah lebih tenang sekarang?" tanya Theo dengan hati-hati.
Alina hanya mengangguk sambil menyeka air mata yang masih menempel di matanya.
"Kau tidak perlu mengatakan mengapa dirimu menangis okay? ceritakan jika memang kau sudah siap saja Alina.. aku akan terus berada di sisimu sampai kau siap untuk lebih terbuka padaku"
"hiks.. terimakasih Theo, aku tidak yakin sanggup untuk menceritakan ini sekarang, banyak hal yang harus aku proses dalam otakku.."
"aku tidak sanggup untuk menyuarakannya saat ini" ucap Alina pelan.
"baiklah kalau begitu, aku mengerti.. apa kau haus? sudah seharian kau tidak sadar" kata Theo sambil menyodorkan gelas berisi air pada Alina.
"di mana Cordelia, Theo? aku pasti sudah membuatnya khawatir.."
"Cordelia ada di depan, apa aku perlu memanggilnya kesini?"
Alina mengangguk mengiyakan tawaran dari Theo, ia pun segera keluar dan memanggil Cordelia untuk menghampiri Alina.
Cordelia segera berlari menghampiri kasur yang Alina duduki, ia segera menggenggam tangan Alina dan bertanya tentang keadannya. Alina meminta maaf padanya karena membuat Cordelia kerepotan dan khawatir, ia berjanji untuk tidak membuat Cordelia cemas lagi kedepannya.
"Cordelia, apa sudah ada hidangan untuk Alina makan? pasti ia kelaparan seharian belum makan."
"Ah ya ampun maafkan saya Tuan, nona Alina tunggu sebentar ya. Saya akan mengambilkan sup untuk anda makan" ucap Cordelia.
Selepas Cordelia pergi untuk mengambil makanan ada sebuah keheningan diantara Theo dan Alina, Theo merasa bahwa tiba-tiba Alina merasa tidak nyaman berada bersama dengannya. Karena itu ia segera berpamitan pada Alina dari kamarnya dan meninggalkan Alina untuk menyendiri sesaat sebelum Cordelia kembali lagi ke kamarnya.
Kini hanya ada Alina di dalam kamarnya, ia segera merenung dan memikirkan tentang apa yang ia lihat dalam alam bawah sadarnya sesaat sebelum ia bangun. Ia masih tidak percaya akan apa yang ia alami saat ini, ia tidak tahu harus bagaimana setelah ini.
Tidak mungkin ia bisa langsung mengatakan pada Theo bahwa ia adalah penyusup yang dengan sengaja mendekatinya untuk sebuah misi tertentu, ia yakin Theo pasti akan meragukan bahwa memang dirinya tidak tahu-menau tentang kejadian sebelum ia kehilangan memorinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mystifying Tale of Faith [R-21+]
Historical FictionApa yang akan kamu lakukan jika saat terburu-buru membuka pintu ke kelas namun bukan wajah dosen atau pun mahasiswa lainnya yang kamu lihat melainkan pemandangan pasir pantai putih yang indah? Belum lagi jika ternyata kamu sekarang tidak mengenakan...