1 - 02 | Putra Mahkota Tak Bertalenta

597 70 6
                                    

⚠PERINGATAN⚠

- Author Jarang Menulis Memakai Bahasa Indonesia, Maklum Jika Terlihat Aneh
- Menerima Komen Saran dan Kritik Konstruktif
- Typo Merajalela
- Mohon untuk Tidak Mencontoh Hal-Hal yang Terjadi di Cerita Ini
- Cerita Tidak Bermaksud untuk Menyinggung Pihak Manapun

Selamat Membaca!

—————

Jumlah Kata: 1337

—————

Indonesia mendengus dengan kesal atas situasi yang ia temukan dirinya berada. Tjakrabirawa telah meninggalkan kamar tidurnya, dan sekarang sang Personifikasi sedang bersiap-siap dengan cepat untuk pergi menuju Institut Bhinneka.

Institut Bhinneka merupakan perguruan paling bergengsi di dunia bernama Laureaterrae ini. Persekolahan yang mengutamakan pembelajaran mahir sihir, namun juga mengajarkan segala sesuatu yang semua kaum ningrat butuhkan.

Secara singkat, Institut Bhinneka merupakan sebuah akademi yang didirikan oleh salah satu penguasa legendaris yang pernah memimpin di dunia. Terletak di kerajaan yang dipimpin oleh ASEAN sendiri, besar kemungkinan rasa sombong meluap di dalam dirinya.

Politik di dunia ini sangatlah rumit. Banyak penguasa bertengkar memperebutkan gelar sebagai pemilik Institut Bhayangkara, namun pada akhirnya, Kerajaan Tenggara-lah yang memilikinya.

Indonesia memikirkan akan situasinya saat ini. Ia telah menaruh semua hal yang dibutuhkan di dalam koper magisnya itu, tetapi cara dirinya pergi menuju ke tempat itu... akankah ia menaiki gerbong ditarik oleh kuda? Atau ada seorang penyihir yang akan memindahkan dirinya ke situ?

Lelaki bersurai merah itu berharap akan pilihan yang di awal dibandingkan yang barusan itu. Karena statusnya sebagai putra mahkota, penyihir yang membawanya pasti ASEAN sendiri. Dan ia sedang memiliki hubungan yang terbilang negatif dengannya.

Sungguh, Indonesia berharap nasibnya tidak buruk hari ini.

Dan setelah ia sampai di sekolah itu... dikarenakan waktu berada di dekat akhir semester dan juga karena merupakan sekolah asrama, dia akan menemui adik-adik angkatnya juga. Terutama adik yang ia telah 'sakiti' pada insiden itu.

Semua juga menganggap dia sebagai putra mahkota bermuka dua sejak apa yang terjadi di hari itu. Benar-benar tak masuk akal, menurutnya itu. Ia hanya berada di tempat yang salah di waktu yang sama juga salahnya. Dan dia dituduh tanpa bukti, semua mempercayai fitnahan itu.

Sial. Kenapa semua ini terjadi di tahun kedua—lebih tepatnya saat semester ketiga—memasuki Institut Bhinneka itu. Dia juga kemungkinan akan mengulang tahun keduanya lagi, dikarenakan dia diskors dan tidak sempat... naik kelas.

Enam semester di Institut Bhinneka, dan dia harus mengulang tahun kedua di umurnya yang tepat dua puluh itu karena tidak lulus. Besar kemungkinan ia akan menemui adik-adiknya menjadi seangkatan dengannya.

Menutup kopernya, ia memencet sebuah tombol yang membuatnya mengecil, dan menaruh koper itu ke dalam kantongnya. Indonesia terdiam melihat cerminan dirinya di kaca yang memantulkan cahaya itu, dan mengamati diri sendiri dengan serius.

Ia mengenakan kemeja penyair Eropa berwarna putih disertai celana panjang berwarna merah tua dengan detail pipa berwarna putih. Sabuk hitam dengan gesper berwarna emas melingkari pinggangnya, dan sepasang sarung tangan satin putih serasi dikenakan di tangannya. Jas berekor dengan warna yang sama dengan celananya ada di tubuhnya dengan detail emas yang rumit, evolet emas di kedua bahunya, sebuah aiguilette diselipkan ke dalam rompi merah di bawahnya. Sepatu oxford hitamnya terlihat ramping dengan kaus kaki putih yang dipadukan dengannya.

Ujung CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang