Meisya sudah menginjaki kakinya di dunia entertainment sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Ia pernah sekali menjadi bintang iklan pada masa itu, dan ternyata Meisya menyukainya. Beberapa kali ia kembali mengikuti casting iklan lagi namun belum ada yang lolos kembali. Akan tetapi ia tidak menyerah, karena ia mulai membayangkan masa depannya sebagai seorang aktris. Mamanya sangat mendukungnya dan kerap mengantarkan dan menemaninya dalam mengikuti berbagai casting iklan, sementara papanya kurang menyetujuinya karena ingin anak semata wayangnya fokus pada akademik. Namun papanya juga tidak bisa berbuat banyak selain menasihatinya panjang lebar saat makan bersama pada malam hari, karena pria itu terlalu sibuk bekerja.
Namun, Meisya harus mengubur mimpinya setelah mamanya didiagnosa kanker serviks dan meninggal saat ia duduk di bangku SMP. Ia lanjut menekuni sekolahnya sebagaimana peritah papanya. Saat mulai memasuki SMA, papanya menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Papanya memutuskan untuk pindah ke Surabaya mengikuti keluarga barunya. Tentu saja pria itu turut serta mengajak Meisya, tetapi Meisya yang saat itu baru saja diterima di salah satu SMA favorit di Jakarta tidak bisa menurutinya begitu saja. Ia tidak mau merelakan perjuangannya hanya demi keluarga baru papanya yang bahkan tidak bisa menerimanya seutuhnya. Akhirnya setelah berdiskusi, papanya mengizinkan dirinya untuk tetap tinggal di Jakarta, di rumah lamanya yang memang peninggalan mamanya karena rumah tersebut tertulis atas nama mamanya yang otomatis kini menjadi miliknya sebagian.
Saat kuliah, ia dan papanya sepakat untuk menjual rumah tersebut karena Meisya diterima di Universitas Indonesia dan memutuskan untuk tinggal di kost demi memudahkan mobilitas. Tak lama setelah itu papanya meninggal karena serangan jantung. Dan saat itu ia juga mengetahui bahwa papanya selama ini selingkuh dengan istri barunya sejak mamanya masih hidup. Dan bahkan anak perempuan yang Meisya kira adalah anak dari istri baru papanya dengan suami yang sebelumnya ternyata adalah anak kandung papanya. Mereka sudah bermain di belakang dari mamanya masih hidup.
Istri baru papanya meminta Meisya agar perempuan itu menyerahkan hak warisannya ke perempuan itu dengan alasan bahwa Meisya sudah mendapat cukup banyak dari hasil penjualan rumah mamanya. Tentu saja Meisya punya seribu alasan untuk mendebatnya tetapi ia lebih memilih untuk mengalah karena tidak mau ambil pusing. Ia sudah cukup terguncang dengan kematian dan kebohongan papanya. Lagi pula adik-adik tirinya yang tidak bersalah mungkin lebih membutuhkannya.
Meisya kemudian sesekali mengikuti berbagai casting iklan dan model. Selama kuliah, Meisya juga sesekali aktif mengikuti lomba hingga ke luar negeri dan magang. Berbekal dari bagiannya atas hasil penjualan rumah warisan ibunya yang cukup banyak dan pendapatan dari menjadi bintang iklan dan model hingga insentif lomba dan magang, ia bisa menghidupi dirinya sendiri hingga lulus. Ditambah beberapa beasiswa yang ia dapatkan seiring berjalannya semester.
Sebagai lulusan sarjana ekonomi, Meisya mencoba menekuni karirnya di bidang tersebut karena perjalanan castingnya tidak semulus itu. Untungnya, berbekal hasil akademiknya yang memuaskan dan prestasinya selama kuliah, ia bisa diterima kerja di salah satu Big 4 Company di Jakarta sebagai Konsultan Bisnis. Menjalani karir tersebut selama hampir dua tahun cukup menyadarkan Meisya bahwa ia tidak merasa cocok dengan pekerjaannya dan mengilas balik pada mimpi masa kecilnya sebagai seorang aktris.
Entah ia harus menyesali atau mensyukuri salah satu sifatnya yang impulsif itu, perempuan itu mengambil cuti tahunannya dan mencoba mengikuti beberapa casting sinetron hingga akhirnya ia lolos sebagai peran antagonis di sinetron 'Catatan Hati'. Tentu saja, Meisya kemudian resign dari pekerjaannya karena tidak mungkin dapat membagi waktu dua pekerjaan yang menyita waktunya hampir dua puluh empat jam itu.
Sudah empat tahun kini Meisya menggeluti karirnya sebagai pesinetron 'spesialis antagonis' ini. Sebagaimana impian semua aktor, tentunya ia ingin bermain di film layar lebar karena bermain sinetron saja kini tidak bisa dianggap sebagai aktor sejati. Setidaknya begitulah pandangan masyarakat dan para penggiat seni akting. Tidak hanya sekali dua kali ia mencoba melakukan casting film yang berujung pada kegagalan. Imagenya sebagai pesinetron sangat menghambat perjalanannya karena pesinetron selalu dipandang sebelah mata oleh industri film layar lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet and Sucks!
ChickLitHidup Meisya Kamantya sudah cukup sulit. Menjadi salah satu aktris paling dibenci senetizen Indonesia, dibilang tidak punya bakat dan hanya modal tampang, kemudian dicap sebagai pelakor. Akan lebih mudah bagi Meisya, apabila ia mundur saja dari dun...