9. Neighborhood

265 32 3
                                    

Meisya baru saja pindah ke apartemen barunya. Apartemen barunya ini cukup mewah, sesuai harganya. Tetapi tidak masalah, menurutnya ini worth it. Terlebih dalam proses pendalam karakter antagonis yang lagi-lagi akan ia perankan di sinetron terbarunya, Meisya butuh lingkungan yang nyaman dan damai. Karena nyatanya menjadi peran antagonis itu butuh tenaga dan energi yang cukup besar sehingga tempat ini cocok untuknya yang ia prediksi akan terus memerankan peran antagonis perempuan gila selama beberapa bulan ke depan.

Rambutnya bahkan kini sudah dicat menjadi blonde karena peran antagonisnya digambarkan memiliki rambut blonde dan sering memakai lipstick merah. Dan jujur saya Meisya suka penampilannya, mungkin itu akan menjadi penampilan sehari-harinya juga.

"Tumben deh Tian gak bales chat gue. Lagi sibuk kali ya?" tanya Meisya sembari menata perabotan dapur di apartemen barunya.

"Hah? Iya... anu, lagi sibuk kali, Mbak. Biarin aja," jawab Uwi sedikit gugup.

"Padahal kita udah pesen banyak makanan. Mau dikemanain dong ini makanan sebanyak ini?" ujar Meisya.

"Tenang, ada Uwi. Nanti bisa juga dibagiin ke tetangga-tetangga apartemen baru buat kenalan atau buat satpam," balas Uwi. "Atau coba ketok deh Mbak itu pintu unit nya Mas Tian. Siapa tahu dia ketiduran atau gimana, kayaknya tadi Uwi sempet denger suara-suara deh dari depan. Siapa tahu Mas Tian baru datang."

"Beneran, Wi?" tanya Meisya.

"Iyaaa beneran coba gih, Mbak," suruh Uwi.

"Oke, temenin ya, Wi."

"Aduh, Uwi mau ke toilet nih udah bereaksi nih habis makan banyak," ujar Uwi.

"Ck, dasar ada-ada aja. Ya udah aku pack dulu deh biar rapi sambil nunggu kamu baru abis itu kita coba ke depan bareng-bareng," ujar Meisya.

"Gak bisa, Mbak. Uwi pasti lama di toiletnya. Udah Mbak Mei aja sendiri. Semangat, Mbak Mei!" ujar Uwi kemudian langsung berlari ke arah toilet.

Meisya yang melihatnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian melanjutkan menata makanannya dan memisahkan makanan yang belum tersentuh untuk ia bagikan kepada Tian, dengan harapan lelaki itu sudah berada di unitnya.

Sesuai dugaan Uwi, perempuan itu lama sekali tidak keluar dari kamar mandi. Karena semuanya juga sudah siap, Meisya akhirnya membawa satu tentengan paper bag berisikan makanan dan berjalan ke luar pintu kemudian menghampiri unit apartemen Tian yang berada tepat di seberang unit apartemennya.

Meisya memencet tombol bel yang berada di sebelah pintu dan menunggu respon dari sang pemilik. Samar-samar ia mendengar suaea gesekan dari belakang pintu yang disusul dengan suara kucing yang mengeong kecil. Kemudian Meisya teringat bahwa Tian beberapa kali menceritakan kucingnya yang bernama si Boy dan tingkah lucunya.

"Boy? Papamu ada di dalam gak?" tanya Meisya dengan bodohnya, yang tentu saja tidak mendapatkan respon yang berarti selain suara kucing yang semakin mengeras.

Untungnya, tak lama kemudian pintu apartemen tersebut terbuka dan menampilkan sosok sang pemilik yang sedari tadi Meisya tunggu.

"Yaan, kemana aja lo kok—

"Mei?"

Entah sial atau untungnya, yang berada dihadapannya dan baru saja membukakan pintu untuknya bukan lah seorang Sebastian Kyle, melainkan abang sulungnya yang tak lain tak bukan adalah Aero!

"Aero?" Meisya tercekat beberapa saat. Selain fakta bahwa dia terkejut menemukan Aero di hadapannya, Aero di hadapannya juga kini sangat memesona. Walaupun lelaki itu selalu memesoma di mata Meisya kapanpun dan di manapun. Pria itu mengenakan celana pendek santai dan kaos putih. Rambutnya masih basah dan terdapat handuk kecil yang bertengger di bahu kanannya yang menandakan ia mungkin baru saja selesai mandi. Hal itu juga dibuktikan dengan wangi sabun dan sampo yang tercium kuat. Wangi tersebut masih terasa familiar, masih sama seperti beberapa tahun lalu dalam benak Meisya.

Sweet and Sucks!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang