Tian jelas menyadari bagaimana orang-orang memperlakukan Meisya begitu buruk, bahkan ia sendiri pernah menjadi bagian orang-orang itu. Selama bertahun-tahun ia berlayar di industri perfilman dan entertainment, tidak pernah ia mendapati seorang aktris diperlakukan begitu buruknya. Dibicarakan di belakang, dijauhi, dihindari, serta tak jarang diberikan ucapan sinis dan pedas di depan mukanya langsung. Meisya tetap membalasnya dengan senyum, kemudian kembali ceria seolah itu hanya angin lalu.
Kemudian ingatannya kembali ketika ia menanyai perempuan yang ia anggap sebagai kakak itu itu mengenai alasan dia selingkuh dari pria yang kini duduk di sampingnya.
"Mas," panggil Tian kepada kakaknya.
"Mas Aero!" panggil Tian sekali lagi karena tidak kunjung mendapatkan respon dari kakaknya yang sedang menyandarkan kepalanya di sofa dan memejamkam mata. Pria itu masih mengenakan kemeja hitam dan vest coklat karena baru pulang kerja.
"Hm," balas Aero.
"Gue main film lagi, Mas."
Jangan berharap Aero sudah mengetahuinya karena jelas lelaki itu baru tahu satu detik yang lalu. Jangan berharap pula bahwa Aero akan memekik senang dan memberinya kata-kata penuh semangat dan antusiasme.
Pria itu hanya menepuk bahu sebelah kiri Tian sebanyak dua kali yang Tian artikan sebagai bentuk dukungan seadanya, bahkan pria itu rupanya tidak mau repot-repot membuka mulut. Untungnya Tian sudah kebal.
"Ck, gimana Meisya gak kabur kalau lo kayak kulkas sepuluh pintu gini," gerutu Tian.
Aero membuka matanya dan menegakkan kepalanya dengan alis terangkat seolah bertanya, kenapa tiba-tiba berbicara tentang Meisya?
"Gue belum bilang ya? Lawan main gue Meisya Kamantya. Mantan pacar Mas Aero tiga tahun yang lalu," ujar Tian dengan memperjelas artikulasi dan memberikan penekanan pada setiap kata.
Tian mengharapkan setidaknya bisa menangkap setitik raut terkejut atau ketertarikan dari ekspresi kakaknya itu, tetapi tentu saja yang ada di hadapannya hanyalan ekspresi datar seperti biasa.
Tian membanting pelan kepalanya ke sandaran sofa kemudian memejamkan mata. "Ternyata selama ini kita salah sangka sama Meisya. Dia gak pernah selingkuh dari Mas Aero."
"Kalian sendiri yang berasumsi," ujar Aero. Kalian yang dimaksud Aero adalah Tian dan sepupu-sepupunya yang lain.
"Ya gimana gak mikir selingkuh. Tepat pas kalian putus, gak lama langsung ada kabar dia jadi selingkuhan lawan mainnya di sinetron itu," ujar Tian menggebu-gebu.
Pikiran Tian terlempar ke beberapa hari sebelumnya ketika pria itu menanyai alasan Meisya selingkuh dari kakaknya. Meisya memang tidak menjelaskan alasan dan peristiwanya secara detail, tetapi entah mengapa Tian mempercayainya, Tian mengenal perempuan itu dengan cukup baik sebelumnya. Dan terlebih, Tian mempercayai kakaknya, ia yakin bahwa Aero tidak akan salah memilih wanita.
"Why do you cheat on him?"
"Cheat? maksudnya lo nanya tentang gosip gue jadi selingkuhan Daryl?"
"Not really. Gue lebih penasaran kenapa lo bisa-bisanya nyelingkuhin Mas Aero?"
"Nyelingkuhin Aero? Gue nyelingkuhin Aero? Mana mungkin!" ujar Meisya menggebu-gebu dengan raut terkejut. "Jadi selama ini Aero ngiranya gue selingkuh?"
"Hm dia gak beranggapan apa-apa. Tapi gue dan yang lain mikirnya gitu. Jadi lo gak selingkuh dari Aero sama si Daryl Daryl itu?
"Ya nggak lah! Memangnya ada laki-laki yang lebih dari Aero. Don't you dare menyandingi dia sama laki-laki lain, apalagi Daryl."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet and Sucks!
ChickLitHidup Meisya Kamantya sudah cukup sulit. Menjadi salah satu aktris paling dibenci senetizen Indonesia, dibilang tidak punya bakat dan hanya modal tampang, kemudian dicap sebagai pelakor. Akan lebih mudah bagi Meisya, apabila ia mundur saja dari dun...