Untung saja pekerjaannya hari ini bisa selesai satu jam lebih cepat dari yang seharusnya, sehingga Meisya masih sempat untuk pergi ke salon. Iya, malam ini ia akan dinner bersama Aero. Meisya ingin berlagak cuek layaknya cewek dingin dan misterius yang umumnya dikejar para pria di luar sana, tapi mana bisa! Dirinya terlampau excited untuk bertemu Aero sehingga ingin all out dan totalitas. Ia bahkan rela pergi ke salon untuk mendapatkan make up dan rambut yang paripurna.
Terkadang ia merutuki dirinya sendiri agak berhenti bertindak bodoh. Ayolah, ia kan sudah move on dan seharusnya tidak perlu sesenang ini hanya karena bertemu Aero. Namun, lagi-lagi, akal sehatnya pindah ke dengkul, larena ini adalah Aero. Pria itu terlalu menakjubkan untuk Meisya lupakan begitu saja, bahkan setelah bertahun-tahun sekalipun.
"Gak berlebihan kan, Wi?" tanya Meisya.
Uwi memandang Meisya yang sudah sangat cantik dengan balutan jumper tanpa lengan berwarna hitam yang menunjukkan bahu ramping berbentuk tegap itu. Rambutnya yang dibikin seperti sleek low ponytail itu juga menambah kesan jenjang pada lehernya. Dan tentu saja make up flawless dengan sentuhan lipgloss itu sangat pas di wajah Meisya yang menurut Uwi mirip barbie itu.
"Udah cakep banget, Mbak. Gak berlebihan, pas!" puji Uwi.
"Hihi, makasih Wi. Doain aku ya biar gak malu-maluin," ujar Meisya sambil menyemprotkan parfum Marc Jacobs andalannya kedua sisi lehernya.
"Mbak Mei anget deh badannya," ujar Uwi ketika ia tak sengaja menyentuk leher Meisya ketia ia sedang membantu Meisya memasangkan kalung di lehernya.
"Hm? Masa sih? Padahal udah minum obat," ujar Meisya. Dari kemarin ia memang mengalami flu yang membuat badannya cukup lemas. Tadi malam pun ia sempat keringat dingin dan menggigil tetapi ia sudah merasa lebih baik setelah minum obat di pagi hari.
"Mbak ngerasa lemes gak?" tanya Uwi.
Lumayan, jawabnya dalam hati. Tapi rasa excited itu lebih besar sehingga ia tidak peduli. "Aman kok. Paling aku mules aja karena saking deg-degannya, hehe."
Setelah selesai dengan segala persiapannya, Meisya segera berangkat menuju Roewell Dining-tempat merekan akan bertemu- yang merupakan salah satu hotel milik keluarga Roeswar yang juga menyediakan fine dining kelas internasional.
By the way, masalah Ranggaz sudah aman karena ketika Ranggaz mulai curiga dengan hubungan Meisya dan Aero, perempuan itu sudah menjelaskan sejarah hubungannya dengan Aero.
"Hm, dulu dia client gue terus temennya temen gue juga gitu deh pokoknya. Aman kok, ini cuma catch up aja karena udah lama gak ketemu," jawab Meisya kala itu. Yang tentu saja tidak sepenuhnya benar, dan tidak sepenuhnya berbohong juga. Awalnya ia kenal dengan Aero karena memang pria itu client segaligus teman dari Felix yang merupakan kakak tingkatnya dulu. Baru setelah itu mereka berkencan. Hanya saja Meisya tidak menjelaskan bagian itu kepada Ranggaz.
"Nanti aku didrop aja ya, Wi," ujar Meisya kepada Uwi yang sedang menyetir di sebelahnya.
"Nanti pulangnya sama Mas Aero?" tanya Uwi setengah menggoda karena wajahnya yang tampak cengar-cengir tidak jelas.
"Iyaa."
Meisya bukannya kepedean, tetapi memang Aero sendiri yang mengatakan akan mengantarkannya pulang sebagai bentuk ganti rugi karena tidak menjemputnya. Padahal ia sendiri yang meminta agar tidak perlu menjemputnya, jadi kan seharusnya tidak perlu ganti rugi segala. Tetapi tentu saja Meisya tidak bisa menolak. Ralat, lebih tepatnya tidak mau menolak!
"Kalau ada apa-apa kabarin Uwi ya, Mbak!" ujar Uwi yang dibalas Meisya dengan acungan jempol sebelum akhirnya melangkah masuk sembari menatap bangunan megah yang menjulang tinggi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet and Sucks!
ChickLitHidup Meisya Kamantya sudah cukup sulit. Menjadi salah satu aktris paling dibenci senetizen Indonesia, dibilang tidak punya bakat dan hanya modal tampang, kemudian dicap sebagai pelakor. Akan lebih mudah bagi Meisya, apabila ia mundur saja dari dun...