2. Panik!

667 32 1
                                    

"Ughh... "

Kedua mata dengan sepasang manik berwarna hitam akhirnya terbuka juga. Kedua matanya menyipit begitu cahaya ruangan yang begitu silau masuk kedalam indera penglihatannya.

"Kenapa badanku sakit sekali? Memang apa yang sudah aku lakukan semalam?" gumamnya pelan.

Perempuan dengan surai merah jambu itu duduk dan bersandar di kepala ranjang, melihat ke sekeliling ruangan. Sebuah kamar hotel luas dengan furnitur dan ornamen-ornamen mewah.

"Huh!?" wajahnya pucat Seketika.
Dibawah sana dress merah yang ia kenakan kini tergeletak mengenaskan begitu juga dengan pakaian dalam kesayangannya.

Dan saat itu juga Perona langsung tersadar jika dirinya tak mengenakan selembar kain ditubuhnya.
Dia benar-benar telanjang bulat seperti seorang bayi.
Susah payah ia mengingat apa yang terjadi padanya semalam, namun sayang kepalanya terlalu sakit bahkan untuk mengingat kejadian tadi malam.

Perona langsung berdiri, mengabaikan rasa sakit di selangkangannya dan tubuhnya yang terasa hampir remuk.
Dia mengambil seluruh pakaian nya dan memakainya dengan secepat kilat.

Dia juga memungut tas nya yang tergeletak mengenaskan. Mengeluarkan ponselnya dan berlari keluar sambil mencoba menghubungi seseorang.

"Sialan! Kenapa aku sial sekali hari ini! Dasar laki-laki kurang ajar awas saja jika kita bertemu lagi nanti" umpat nya.

"Aku bersumpah akan membunuhmu! Awas saja kau sialan"
Umpat nya sekali lagi.

•••

Perona masuk kedalam lift seorang diri, begitu pintunya tertutup rapat tubuhnya langsung merosot ke lantai.
Jantungnya berdetak sangat cepat.
Tubuhnya berkeringat setelah berlari sepanjang koridor tadi.

Wanita itu kini termenung, menyembunyikan wajahnya yang memerah di balik tasnya.
Tubuhnya merinding seketika. membayangkan tangan tangan yang telah menyentuh tubuhnya.

Dia masih berumur dua puluh lima tahun, tak pernah terbesit dalam pikirannya jika dia akan kehilangan mahkotanya sebelum menikah.

"Siapa?.... Siapa yang sudah melakukannya?.... " Perona terisak pelan, membayangkan jika dirinya telah disetubuhi oleh kakek kakek atau bahkan pria hidung belang yang selalu bermain di bar.

"ARRRGGGHHH SIALAN!! Awas saja kau nanti! aku berjanji akan memotong pe*nis mu dan mencincang kemudian kuberikan pada para kelelawar peliharaan paman moria"

'Ting... '

Pintu lift terbuka, Perona langsung keluar dari sana dengan wajah tenang seolah tak terjadi apa-apa.
Tepat tak jauh darinya laki-laki berambut hijau duduk sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Perona" menyadari akan kedatangan gadis berambut merah jambu tersebut, dia langsung berdiri dan menghampirinya.

Pria bernama Zoro itu langsung memegang kedua pundak Perona dengan erat. Matanya menatap tajam pada wanita itu.

"Kau... Apa kau-/ apasihhh Zoro, ayo kita pulang aku sudah lelah dan juga lapar" Belum sempat Zoro menyelesaikan ucapannya Perona sudah lebih dulu memotongnya.

Zoro terdiam untuk beberapa saat, menatap sendu pada punggung gadis bersurai merah jambu itu.
"Kupikir hubungan kita sudah sangat dekat... Ternyata bagimu aku masih saja orang asing" Zoro bergumam pelan sambil terus menatap punggung Perona yang mulai menjauh.

"Zoro ayo pulang, aku sudah sangat lapar! Kau tidak akan membiarkan ku mati kelaparan dijalan kan?" Perona berteriak dari jauh, menyadarkan Zoro dari lamunannya.

ONE NIGHT. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang