Setiap detik dan setiap menit pun beralalu, namun suara isakan yang terdengar dari kamar perona belum juga berhenti.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul dua belas malam.Zoro masih terjaga dengan mata yang masih terbuka lebar.
Dia duduk didepan pintu kamar Perona sejak beberapa saat lalu.
Dia menemani kesendirian Perona tanpa sang wanita itu tahu.
Tidak ada raut kelelahan diwajahnya.Sunyi....
Disepanjang malam ia terjaga, hanya malam ini saja yang terasa sangat lama baginya.
Suara angin malam yang menenangkan, dan hawa dingin yang menusuk kulitnya.
Dia bersandar pada pintu kamar yang terkunci, menatap langit-langit ruangan dengan tatapan kosong.
Entah apa yang dia pikirkan hanya Zoro dan Tuhan lah yang tahu.Beberapa menit pun berlalu....
Akhirnya Zoro bernafas lega, ia tak lagi mendengar suara isakan dari kamar Perona. Ia berpikir jika wanita itu kini sudah tertidur.
Mungkin menangis dalam waktu yang cukup lama dapat membuatnya kehabisan tenaga.Zoro menghela nafas panjang, pikirannya melayang jauh ke beberapa tahun lalu. Tahun dimana dirinya pertama kali bertemu dengan sosok Perona.
.
.
.
.
.
.Zoro melangkahkan kedua kakinya menaiki anak tangga.
Pandangannya lurus kedepan, menantikan pemandangan seperti apa yang akan ia dapatkan diatap nanti.Ini adalah minggu pertamanya di sekolah barunya. Dan hari ini pertama kalinya juga dia bisa berjalan-jalan tanpa harus mendapatkan gangguan dari para gadis-gadis yang mengaku sebagai fansnya.
Zoro membuka pintu dihadapannya, dia langsung disambut dengan angin segar dan pemandangan langit yang sangat cerah. Zoro berjalan beberapa langkah kedepan, berniat untuk mencari tempat ternyaman untuk ia tiduri.
"Heee!?"
Zoro mengerjabkan matanya berkali-kali, menatap kaget pada gadis berambut merah jambu yang ada didepan sana.
"Kupikir akulah yang pertama datang kesini, ternyata sudah ada anak lain" Zoro bergumam pelan.
Zoro menghela nafas lesu, dia langsung memutar badan dan berniat untuk pergi dari sana.
Tapi suara gadis itu menginterupsi langkahnya."Kenapa berbalik? Apa kau merasa terganggu berada ditempat yang sama dengan ku?" perempuan itu bertanya dengan wajah datar.
Dia langsung menutup kotak bekalnya yang sudah habis, dan berdiri untuk menghampiri Zoro. Perempuan dengan warna rambut yang cukup unik itu berdiri tepat dihadapannya.
"Kau mencoba menakut-nakuti ku dengan mata bulatmu itu, Nona?" bukannya merasa terancam, Zoro malah semakin tertarik dengan gadis itu.
Zoro maju beberapa langkah dan mempersempit jarak diantara mereka berdua. Kedua matanya menyorot tajam pada gadis itu.
Dan tanpa diduga oleh keduanya, tangan Zoro bergerak untuk mencubit hidung kecil Perona."Aaakkh!" Perona yang kaget langsung menjatuhkan kotak bekalnya.
Kedua tangan mungilnya mencoba untuk melepaskan tangan Zoro yang masih mencubit hidungnya.
"Sialan! Lepas! Nanti hidungku bisa copot" Perona terus memberontak, dia berusaha melepaskan diri dengan berbagai cara./dhuggg/
Zoro meringis sesaat saat sepatu Perona dengan sengaja menginjak kakinya dengan kuat.
Gadis itu mundur beberapa langkah dengan memegangi hidungnya yang memerah. Dia menatap Zoro dengan kesal seolah ingin menelannya hidup-hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE NIGHT.
Romansa"Aku tau seharusnya aku tak boleh melakukan ini.... tapi dia begitu indah saat berbaring dibawah sana"-Mihawk. Dracule Mihawk tau apa yang telah ia perbuat, ia tak akan pernah menyesalinya. Bahkan jika nanti wanita itu datang untuk meminta pertanggu...