9. Khawatir.

225 18 1
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Dasar anak tidak berguna! Pergilah ke neraka bersama ibumu-"

"Aku benci melihatmu, pergi kau dari hadapan ku! Kau bukan anakku!!"

Ditengah ruangan yang sangat gelap itu, terdapat gadis kecil yang sedang meringkuk sambil memeluk bonekanya. Dia menangis sesenggukan sambil melindungi kepalanya dari amukan sang ayah.

Berkali-kali pria tinggi itu memberikan pukulan pada si gadis kecil. Tak hanya pukulan, tapi juga hinaan yang keluar dari mulutnya.
Hinaan yang tidak pantas didengar bagi anak seusia dirinya.

Setelah mendapatkan banyak pukulan dari sang ayah, akhirnya gadis itu jatuh ke lantai dengan hidung berdarah.

"Hiks.. Ayah aku minta maaf... Aku janji tidak akan pergi kedapur lagi, aku tidak akan mengambil roti didapur lagi hiks... Maafkan aku"
Gadis itu merangkul pergelangan kaki ayahnya dan berkali-kali memohon maaf.

Seolah tuli, pria tinggi itu langsung menarik tubuh kecil putrinya menuju suatu tempat.

Sang gadis kecil yang ditarik dengan kasar hanya bisa menangis sesenggukan, "ayah kumohon... Aku minta maaf! Aku janji tidak akan mengulanginya lagi hiks.... "
Sekali lagi, anak kecil itu memohon kepada ayahnya.

Tubuh gadis kecil itu diangkat, kemudian dia dimasukkan kedalam sebuah ember besar berisikan air dingin. Tak peduli seberapa keras ia menangis atau berapa kalipun dia meminta maaf.
Laki-laki itu tidak akan pernah mengeluarkannya dari sana.

Laki-laki itu langsung pergi dari kamar mandi dan menguncinya dari luar. Meninggalkan gadis tadi didalam dengan suara tangisan nya yang semakin keras.

••••

/BRAKHH/

Perona terlonjak kaget, dia langsung bangun dari tidurnya setelah mendengar suara bising disekitarnya.

Tak jauh dari mejanya, terlihat seorang wanita cantik yang sedang mengamuk dengan melemparkan barang-barang yang ada diatas mejanya. Dia mengarahkan lemparan nya pada seorang pria berambut aneh.

"Mereka bertengkar lagi?" Perona bertanya dengan nada teramat pasrah.

Pemandangan seperti ini sudah sangat biasa dia lihat, bahkan bisa setiap hari! Pertengkaran antar sepasang kekasih yang tiada habisnya.

"Ya... Itu karena ulah Hogback sendiri, kita tidak perlu membantunya" laki-laki berambut pirang panjang datang menghampiri Perona sambil memberikan segelas kopi.

Dia mengambil kursi dan duduk untuk memperhatikan temannya yang sedang dihajar habis-habisan oleh kekasihnya sendiri.

"Sepertinya dia luang sekali, apa klinik nya tidak pernah kedatangan pasien?"ucap Perona bingung.

"Hanya orang gila yang mau datang ke klinik nya" laki-laki itu menjawab dengan ketus, sedikit nada sinis tersirat dalam suaranya.

"Heee begitukah? Berarti kau gila dong" Perona tak bisa menahan tawanya melihat wajah Absalom yang memerah padam.

"I-itu agar aku mendapatkan pemeriksaan gratis! Bukan karena aku gila" Absalom langsung membantah ucapan Perona dengan tegas.

"Hei Ngomong-ngomong... Apa kau sakit? Kau sudah lama tertidur sejak tadi, padahal pekerjaan mu masih banyak begitu" Absalom bertanya dengan wajah khawatir nya.

Dia jarang melihat Perona tertidur saat jam kerja, juga kenapa hari ini pakaiannya sangat tertutup?
Toh biasanya Perona selalu mengenakan dress yang sedikit terbuka.

"Padahal sekarang masih musim panas, kenapa kau pakai hoodie?" Absalom bertanya sekali lagi.

Perona langsung mengalihkan pandangannya dan berpura-pura sibuk dengan pekerjaan yang ada di mejanya, "uhmm ya aku sedikit tidak enak badan, mungkin aku terkena flu hehehe... " dustanya.

"Begitukah? Kalau begitu kau pulang saja dulu, aku akan bilang pada paman moria kalau kau sedang tidak enak badan" Absalom langsung berdiri dari kursinya dan meninggalkan Perona sendirian.

Perona hanya bisa menghela nafas panjang, dia merapikan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang "untung saja Absalom agak bodoh, jadi aku bisa menipunya" batin perona sedikit lega.
.
.
.

Perona berjalan keluar dari kantornya dengan terburu-buru.
Diluar sana sudah ada seseorang yang menunggunya, siapa lagi kalau bukan Zoro.

Laki-laki berambut hijau itu tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya kearah perona.
"Kau lama sekali" ucap Zoro dengan nada bercanda.

"Maaf tadi ada beberapa barangku yang tertinggal, karena itu aku kembali ke atas hehe" kata Perona.

"Kau yakin kita tidak perlu ke dokter? Kau bilang sedang tidak enak badan kan?" Zoro bertanya dengan khawatir, dia meletakkan telapak tangannya didahi Perona.

"Padahal tidak panas tuh" Zoro mengernyit heran, merasa tidak ada yang salah pada tubuh Perona.

"Ahh kau ini! Sudahlah ayo pulang, aku ingin tidur dirumah" Perona langsung menepis tangan Zoro dan mendorong laki-laki itu untuk segera masuk kedalam mobil.

"Kau sudah makan siang? Mau mampir makan diluar dulu?" Zoro bertanya sekali lagi.

"Aku tidak ingin makan untuk saat ini, belum lapar juga" Perona menjawab pertanyaan Zoro sedikit acuh.

"Ha? Kau tidak lihat seberapa kurusnya dirimu? Kalau kau tidak makan, aku yakin terkena angin sedikit saja tubuhmu akan langsung terbang-"

"Katakan saja kau mau makan apa? Aku akan membelikannya untuk mu"
Kata Zoro.

Perona tersenyum tipis, perkataan Zoro memang sedikit kasar tapi ia sangat tahu jika laki-laki itu sangat perhatian dan selalu mengkhawatirkan nya.

"Uwaaa adik kecilku ini benar-benar perhatian sekali huhu... "
Perona memasang wajah pura-pura terharu sambil mengusap usap rambut hijaunya.

"Hentikan! Wajahmu sangat menggelikan! Iuhhh" Zoro langsung memalingkan wajahnya kesamping, menyembunyikan rona merah dikedua pipinya.

"Sudahlah tidak usah malu-malu begitu... Kakak tau kau menyukainya
horo horo horo" Perona tertawa puas karena berhasil menggoda Zoro.

"Kakak? Kau hanya lima bulan lebih tua dariku! Aku bukan adikmu dan kau bukan kakakku" tegas Zoro.

"Ya ya terserah mu saja, tapi yang pasti aku akan terus memanggilmu sebagai adik horo horo horo"

Zoro kembali memfokuskan pandangannya pada jalan yang ada didepan, meskipun sesekali matanya melirik kearah Perona.

Dia tahu dibalik hoodie itu pasti Perona sedang menyembunyikan sesuatu. Entah seberapa lama dia bisa menahannya, tapi yang pasti Zoro akan siap kapan pun Perona membutuhkannya.

"Bahkan jika kau tidak membalas perasaanku pun, aku akan tetap berada disisimu-"

"Sampai kapanpun..."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















Tbc...




ONE NIGHT. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang