8. Pulang.

214 18 0
                                    


Jalanan kota yang masih sangat sepi, hanya satu-dua kendaraan saja yang berlalu lalang saat ini. Wajar saja, mengingat saat ini masih jam empat dini hari.

Angin malam yang sangat dingin sedikit mengusik Perona. Wanita itu masih menggigil kedinginan, padahal Mihawk sudah mematikan AC dan menutup semua kaca jendela mobilnya dengan rapat.
Perona menggosokkan kedua telapak tangannya dan merapatkan kedua kakinya.

Mihawk menghentikan mobilnya saat lampu lalu lintas berwarna merah.
Dia menggunakan kesempatan ini untuk mengambil jas nya yang ada dikursi belakang.
Dia tidak ingin melihat wanitanya tersiksa lagi, karena itu dia memberikan jasnya berharap agar Perona tidak merasa kedinginan lagi.

"Ahh... Terimakasih" Perona menerima jas pemberian Mihawk dengan terpaksa, sebenarnya dia tidak ada niatan untuk menerimanya.
Hanya saja di situasinya saat ini dia sangat membutuhkan jas ini.

Perona langsung memakai jas kebesaran itu. meskipun tidak sehangat selimut yang ada dirumahnya, setidaknya ini cukup untuk menghangatkan dirinya.

Aroma tubuh Mihawk yang dapat ia rasakan saat ini sedikit membuatnya merasa nyaman. Jujur saja... Perona sangat menyukai aroma ini, entah mengapa aromanya lebih berkesan dibanding aroma milik Zoro.

'Degg'

Perona langsung tersadar dari pemikiran sesaat nya, dia menatap kearah Mihawk yang sedang fokus mengemudikan mobilnya.

"Kenapa aku jadi berpikiran aneh seperti tadi? Apa yang sedang kulakukan?..."

"Ada yang aneh dengan diriku! Aku seharusnya takut pada pria ini, aku juga seharusnya lari dan melaporkannya pada polisi... "

Perona langsung menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya meremas rok merah yang ia kenakan.
Dia sibuk bergelut dengan pemikiran lainnya yang tak sejalan dengan dirinya.

"Berhenti.... " Layaknya sebuah bisikan, suara Perona tak dapat didengar dengan jelas oleh Mihawk sangking pelannya.

"KUBILANG BERHENTI!!" Perona meninggikan suaranya sampai membuat Mihawk mengernyit heran.

Mihawk langsung menepikan mobilnya, dia berhenti sesuai permintaan Perona.

"Ada apa?" Mihawk bertanya dengan bingung.

"Sampai disini saja, aku bisa naik taksi" ucap Perona dengan ketus.

Perkataannya yang tiba-tiba, dan berubahnya suasana hatinya membuat Mihawk semakin kebingungan. "Apa maksud mu? Aku bisa mengantarkan mu sekarang juga sampai rumah" Mihawk berusaha menghentikan Perona yang bersikeras meminta turun.

"Sudah kubilang aku bisa naik taksi! Pergilah, aku akan pulang sendiri" Perona menatap sinis kearah Mihawk, dia menepis setiap kali Mihawk mencoba untuk meraih pergelangan tangannya.

Tindakannya itu membuat Mihawk merasa sangat tersinggung. Padahal
setengah jam lalu Perona memintanya untuk diantarkan pulang, tapi setelah mereka sampai sejauh ini dia malah minta turun ditengah perjalanan.

Adakah dirinya berbuat salah pada wanita ini?

/ceklekk/

Mihawk menatap tajam pada pintu mobilnya yang berhasil dibuka.

Belum sempat Perona mengeluarkan kakinya untuk menginjak aspal, Mihawk langsung menarik kembali pintu itu sampai menimbulkan suara bantingan yang cukup keras.
Dia melepaskan seatbelt yang melilit tubuhnya dengan cepat dan langsung mengambil gerakan untuk mengurung Perona menggunakan kedua lengan kekarnya.

/Brakhh../

''Ouchhh.... ''

Perona merintih kesakitan saat Mihawk menurunkan sandaran kursinya dengan kasar. Matanya menatap tajam seolah siap untuk mengulitinya hidup-hidup.
Berkali-kali dirinya menelan ludah dengan susah payah. Melihat tubuhnya yang dikurung seperti ini sepertinya dia tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk kabur.

ONE NIGHT. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang