Moria, pria berusia Lima puluh tahun itu menguap lebar. Kedua matanya memerah menandakan kalau dia sudah benar-benar mengantuk.
Pria tua dengan style aneh itu berdiri sambil merenggangkan otot-otot nya yang terasa kaku.Dia menoleh kearah jam dinding yang ada diruang kerjanya. "Pantas saja aku mengantuk, ternyata sudah semalam ini" ucapnya.
Dia langsung melangkahkan kakinya keluar ruangan, melihat beberapa pegawai tersisa yang berusaha menyelesaikan pekerjaan mereka yang belum tuntas. "Mereka terlihat seperti mayat hidup, benar-benar budak corporate yang setia" ucapnya dengan nada haru.
Moria langsung berjalan acuh melewati para pegawainya, dia memasuki lift kemudian menghilang setelah kedua pintu itu tertutup rapat.
Selama Lima puluh tahun hidup, tidak ada yang terasa istimewa baginya. Dia tidak bisa berkencan dengan para wanita wanita karena wajahnya yang jauh dari kategori 'tampan'.
Meskipun dia cukup kaya tapi tetap saja, dia kurang tampan untuk mendapatkan hati para wanita.
Ya... Moria tidak terlalu menyesalinya.
Dia mungkin tidak seberuntung yang lain, tapi setidaknya dia punya beberapa teman-teman yang sangat setia dan seorang putri yang selalu menghibur saat dia sedih."Ahhh ngomong ngomong soal putri kecilku, aku hampir tidak pernah bertemu dengan nya dua hari terakhir... " ucapnya.
Moria langsung menggelengkan kepalanya. "Dia pasti baik-baik saja, biar aku menjenguknya besok pagi saja" ucap Moria mencoba bersikap acuh.
****
Dan disinilah dia berada, Moria berdiri tepat dihalaman depan rumah Perona.
Dia rela bangun pagi buta dan mengendarai mobilnya kemari, bahkan matahari pun belum menampakkan batang hidungnya.
Moria menekan bel dengan tidak sabaran, berharap orang yang ada didalamnya segera turun dan membukakan pintu untuk nya.
Beberapa detik kemudian, suara langkah kaki datang dan semakin dekat. Berbarengan dengan itu pintu langsung terbuka lebar menampilkan seorang wanita yang sedang mengenakan celemek dan membawa sebuah spatula ditangan nya.
Wajahnya terlihat sangat menyeramkan dan raut kemarahan terlihat di wajah cantiknya.
Mulut kecilnya sempat melontarkan beberapa umpatan kasar, bahkan spatula yang ada ditangan nya hampir ia layangkan pada tamu yang tak tahu waktu ini."Ehh!? Paman?" Perona langsung mengurungkan niatnya untuk melempar spatula tadi.
Dia menatap kedatangan Moria dengan bingung dan langsung menyuruhnya untuk segera masuk kedalam.
"Kenapa paman-/UAAA!!"
Perona langsung mengusap kepalanya yang habis dijitak oleh Moria.
Dia meringis menahan sakit, meskipun pukulannya pelan tapi tetap saja terasa sakit bagi Perona.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE NIGHT.
Romance"Aku tau seharusnya aku tak boleh melakukan ini.... tapi dia begitu indah saat berbaring dibawah sana"-Mihawk. Dracule Mihawk tau apa yang telah ia perbuat, ia tak akan pernah menyesalinya. Bahkan jika nanti wanita itu datang untuk meminta pertanggu...