Kaki yang dibalut sepatu sneaker putih itu berjalan dengan riang menuju lapangan bakset. Ditangannya terdapat satu minuman, dan juga handuk kecil.
Di bawah teriknya matahari siang hari itu, tidak membuat Asahi merasa malas untuk berjalan menuju lapangan.
Sejauh mata memandang, ia belum juga menemui seseorang yang ingin ia temui. Di balik jaring-jaring lapangan, matanya mencari-cari seseorang.
Satu senyuman muncul saat netranya menangkap sosok pemuda dengan baju basketnya. Asahi berjalan menuju lapangan dengan menggenggam erat botol minum yang ia bawa.
"Jae-" baru saja Asahi ingin memanggil sosok itu, namun hal yang Asahi lihat adalah sosok itu bersama dengan seorang perempuan.
Asahi terdiam didepan pintu masuk lapangan. Menatap lurus kepada dua orang yang kini tertawa lepas bersama.
Asahi iri. Melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana Jaehyuk tertawa begitu lepas bersama dengan perempuan itu. Tidak lupa tangan Jaehyuk juga mengusap kepala perempuan itu.
Asahi meremat botol minumannya, dengan perasaan campur aduk, Asahi pergi meninggalkan lapangan basket itu.
"Kenapa aku harus nangis?" Asahi mengusap kasar air matanya, kemudian menunduk menatap dua benda yang ada ditangannya.
"Aku terlalu berharap, ya?"
"Kenapa kamu gak bisa ngelihat aku sekali aja, Jaehyuk?"
Asahi membuang botol minum dan juga handuk itu pada bak sampah. Setelahnya ia langsung pergi menjauh dari lapangan.
••
"Udah lama?"
Asahi mendongkak dari buku yang sedang ia baca. Ah Jaehyuk baru saja sampai setelah ia menunggu hampir setengah jam.
"Gak." Asahi memilih untuk kembali membaca bukunya.
"Aku beliin kamu ini," Jaehyuk meletakkan susu stroberi disamping tangan Asahi.
Asahi menatap susu stroberi itu lama-lama. Kemudian matanya menatap mata elang milik Jaehyuk yang kini juga sedang menatapnya.
"Kenapa?"
Terlihat wajah Jaehyuk bingung. Asahi menatap tak minat susu stroberi di hadapannya. Dengan perasaan kecewa ia menggeser susu stroberi itu untuk kembali ke Jaehyuk.
"Kena-"
"Aku gak suka susu stroberi, Jaehyuk." Tukas Asahi membuat Jaehyuk terdiam.
"Gak papa, mungkin kamu masih kepikiran sama Vio 'kan?" Asahi tersenyum kemudian kembali membaca bukunya.
Jaehyuk masih dengan pikirannya. Apa yang diucapkan oleh Asahi ada benarnya. Ia masih terbayang-bayang tentang sosok Vio, wanita yang kini masih berada di hatinya.
"Asahi maaf."
Asahi mengangguk.
"Kamu mau minum apa? Biar aku pesenin." Tawar Jaehyuk yang kini siap-siap untuk berdiri.
"Gak apa, Jaehyuk. Aku gak mau minum apa-apa."
"Oke tunggu bentar di sini ya, aku mau kekantin dulu beliin kamu susu pisang."
"Lagi? Aku gak suka sama semua jenis susu, Jaehyuk."
Ucapan Asahi membuat Jaehyuk berhenti untuk berjalan.
"Aku Asahi bukan Vio."
••
"Kamu suka gak?"
Hari ini Jaehyuk dan Asahi sedang melakukan date untuk pertama kalinya setelah mereka berpacaran.
Jaehyuk membawa Asahi menuju warung makan seafood yang katanya sangat terkenal.
Ada begitu banyak seafood yang tersaji diatas meja mereka berdua.
"Makan yang banyak, Asahi!" Jaehyuk memberikan udang yang sudah dikupas untuk Asahi.
Asahi tersenyum samar, "Makasih ..."
Jaehyuk tersenyum gemas. "Dulu aku sama Vio suka banget makan di sini, emang seenak itu sih. Ya kan?"
Asahi berhenti menyuap nasinya. Lagi lagi nama Vio yang hadir diantara mereka.
"Vio dulu gak bisa buka kepiting, terus dengan wajah cemberutnya dia bakal minta tolong aku," Jaehyuk masih asik bercerita tentang kisahnya dengan Vio dulu.
"Kalau di ingat-ingat .."
"Aku udah kenyang." Asahi menyudahi makannya. Bahkan isi piringnya belum habis, namun Asahi harus berhenti makan sebab jika ia lanjutkan mungkin saja Jaehyuk akan terus bercerita tentang Vio.
"Tapi nasi kamu masih banyak,"
"Biasanya Vio suka nambah."
"Jaehyuk berhenti."
Asahi menatap Jaehyuk dengan mata berairnya. "Ini date pertama kita, tolong jangan bawa nama Vio dulu."
Asahi menunduk untuk menyembunyikan air matanya. Asahi benci saat ia terlihat lemah di hadapan Jaehyuk.
Asahi terus mencoba untuk sabar saat Jaehyuk terus menerus mengungkit masa lalunya.
Kenapa harus Asahi? Kenapa harus ia yang berada di sini. Berada diantara bayang-bayang Jaehyuk dan sang mantan.
Asahi mengusap kasar wajahnya. Kemudian diangkat nya wajah tersebut untuk melihat Jaehyuk yang masih terdiam.
"Aku mau pulang."
"Tapi date kita belum selesai."
"Percuma dilanjutin kalau ujung-ujungnya kamu tetap ngomongin Vio, aku pulang." Asahi berdiri dari tempat duduknya.
Berjalan dengan cepat keluar dari warung seafood itu. Tidak menghiraukan panggilan Jaehyuk juga tatapan-tatapan dari orang lain.
••
Asahi duduk termenung. Membiarkan buku pelajarannya terbuka begitu saja. Ah kenapa ya kisah cinta Asahi tidak semulus apa kata orang.
Orang bilang, cinta pertama itu akan membuat perut kita merasakan ada kupu-kupu karena menatap orang yang kita sayang.
Tapi kenapa, setiap Asahi menatap kedua mata Jaehyuk hanya akan ada kesedihan? Bukan kumpulan kupu-kupu yang orang-orang bicarakan.
Apa ini waktunya Asahi untuk menyerah? Dulu Asahi mati-matian berjuang agar Jaehyuk dapat melupakan masa lalunya, tapi ternyata semuanya menjadi sia-sia.
"Kenapa harus aku?" Asahi mengusap satu polaroid yang sengaja ia gantung dimeja belajarnya.
••
"Jaehyuk, ayo berhenti."
Siang itu didepan ruang basket, Asahi berucap.
"Kenapa?"
Asahi tersenyum sebentar. "Aku udah berada dititik yang di mana aku ngerasa harus nyerah."
"Aku nyerah, Jaehyuk. Aku nyerah buat bikin kamu lupa sama Vio."
Jaehyuk bungkam. Ia hanya mampu menatap kedua mata boba yang kini berkaca-kaca.
"Kalau emang kamu belum bisa ngelupain cerita lama, tolong jangan bikin cerita yang baru."
Hallo Bello!