jaesahi - salju

201 22 0
                                    





















waktu berlalu begitu cepat, tak terasa kini sudah memasuki musim salju yang di mana orang-orang lebih memilih untuk berdiam diri di rumah.

perlahan jalanan ataupun tanaman mulai tertutup dengan putihnya salju.

kevin menghembuskan nafasnya dengan pelan, netranya menatap hamparan salju yang menyelimuti jalanan. di tangannya terdapat satu cangkir hot choco dengan asap tipis yang mengebul.

"gak kerasa ya udah masuk salju, ar."

"kamu apa kabar?"

monolog kevin dengan pelan sambil menatap rintikan salju yang mulai turun.

"kamu masih suka main salju, nggak?"

ini adalah musim salju pertama yang kevin lewati seorang diri. tahun lalu ia masih menggenggam tangan hangat seseorang, sayangnya tidak bisa ia pegang lagi di tahun ini.













"uwah salju keviin~" tangan kecil itu menadah keatas untuk menangkap rintikan salju, tidak jarang salju juga mengenai wajah memerahnya.

"dingiin~"

kevin menggenggam tangan yang tidak balut sarung tangan itu kemudian mengelusnya dengan pelan.

"kamu suka?"

"suka banget," jawab arthur dengan antusias. "tapi tumben banget dokter jhon mau ngizinin aku keluar dari rumah sakit." tanya keheranan arthur karena setahunya dokter itu sangat melarang arthur untuk pergi dari rumah sakit karena kondisi badannya yang tidak memungkinkan untuk beraktivitas.

kevin mengulas senyuman kemudian memeluk arthur.

"eh kenapa?" tanya arthur namun kevin menggeleng.

"gak papa, aku cuma kepengen meluk kamu."

arthur pun ikut melingkarkan tangannya pada pinggang kevin. sedangkan diam-diam kevin meneteskan air matanya.

arthur kim ia seorang yang begitu berati bagi kevin. pertemuan mereka tidak berawal dengan baik namun kevin berharap akhir cerita mereka berakhir baik.

sedari kecil arthur sudah memiliki jantung yang lemah, menyebabkan ia lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah sakit daripada sekolah atau bermain dengan teman sebayanya.

pertemuan keduanya karena kecerobohan kevin yang tidak sengaja menyenggol lukisan arthur di taman rumah sakit.

saat itu kevin datang untuk mengunjungi neneknya namun siapa yang tahu jika kevin akan bertindak ceroboh dengan menyenggol lukisan arthur dan membuat lukisan itu terjatuh dan terkena lumpur.

dengan mata yang berkaca-kaca arthur mengambil kanvas yang sudah tidak bersih itu lagi kemudian menatap tajam kevin dan segera berlari dengan lelehan air mata membuat kevin merasa bersalah.

kevin sedikit tersenyum karena mengingat kejadian dulu.

"kevin dingin," keluh arthur karena beberapa menit mereka masih dalam posisi pelukan dibawah rintiknya salju yang mulai menderas.

"ayo ke situ," kevin membawa arthur untuk duduk di sebuah pendofo yang berada di taman tempat mereka tadi.

kevin juga memasangkan sarung tangan pada tangan arthur yang sudah membeku kemudian merapatkan mantel yang dipakai kekasihnya.

"masih dingin?" tanya kevin.

"nggak terlalu kok, udah lumayan hangat." arthur menampilkan senyumannya membuat kevin juga ikut tersenyum.

kevin memutuskan untuk kembali menggenggam tangan arthur membuat arthur menatap dirinya.

"biar lebih hangat," jawab kevin membuat arthur bergerak untuk merapatkan dirinya pada tubuh tegap milik kevin.

"aku suka banget sama salju,"

"salju emang bikin dingin tapi dengan turunnya salju malah bikin aku semangat untuk main keluar rumah," arthur menghembuskan nafasnya yang diikuti dengan asap karena udara dingin.

"ya walaupun kadang aku harus kena cubit sama mama karena suka kabur diam-diam buat main salju." arthur sedikit terkekeh membuat kevin yang mendengarkan ceritanya tersenyum.

"kevin."

"iya. kamu mau apa?"

arthur menggeleng.

"makasih karena kamu mau nurutin permintaan aku untuk melihat salju," ucap arthur.

"aku tau kok kamu maksa dokter jhon buat bawa aku keluar dari rumah sakit."

"aku juga tau kalau waktu aku gak bakal lama lagi." ucap arthur dengan nada pelan.

mata arthur mulai berkaca-kaca membuat kevin segera mengusap pipinya.

"jangan nangis."

anggukan lemah arthur berikan.

"kevin ..."

"setelah aku pergi, tolong berbahagia ya?" arthur menatap kevin-nya.

"cari orang baru yang bisa menemani kamu nanti dan yang pastinya orang yang sehat," tutur arthur membuat kevin menggeleng.

"jangan ngomong gitu, kamu bakal sembuh, ar." kevin mengeratkan genggamannya.

"jangan nyerah. aku bakal nemanin kamu sampai kamu sembuh. aku janji."

"sampai kapan?"

"aku nggak akan pernah sembuh dengan jantung yang buruk ini, kevin."

"jangan bikin aku semakin sedih dan marah sama diri sendiri karena udah bikin kamu sedih, vin."

"kamu berhak untuk bahagia dan mendapatkan seseorang yang lebih sehat dari aku."

air mata mulai menetes pada pipi arthur. arthur takut. ia takut jika dengan kepergiannya nanti, kevin tidak bisa bahagia.

arthur hanya ingin kevin menjalani hidupnya dengan tenang tanpa merasa bersalah. ingin kevin menjalani hubungan tanpa bayang-bayang dirinya.

"kamu. aku cuma mau kamu, arthur." kevin mengusap air mata arthur.

"apapun kata orang, aku cuma mau kamu. nggak peduli dengan kamu yang sakit-sakitan ataupun nantinya kamu bakal pergi, aku tetap akan mau kamu."

"jangan gini, vin ..." gelengan arthur membuat kevin menangkup kedua pipinya.

"aku cinta kamu, arthur. jadi tolong jangan nyuruh aku buat nyari orang lain."

arthur memeluk kevin dengan erat. menyembunyikan tangisnya pada dada bidang milik kevin.

"maaf ... maaf kevin." lirih arthur membuat kevin semakin mengeratkan pelukannya.

kevin juga ikut menangis dalam pelukan itu.

"ayo sembuh, arthur."

adalah permintaan kevin yang sayangnya tidak dapat terkabul sebab tuhan lebih menyayangi arthur.












satu tetes air mata meluncur bebas. tangan itu mengusap satu bingkai foto yang berisi kan dirinya dan sang kekasih.

lagi, kevin kembali menangis.

"kenapa?"

"kenapa tuhan mengambil kamu, arthur?"

kevin mendekap bingkai foto itu kemudian menyandarkan tubuhnya pada dinding.

"maaf bahkan diakhir hidup kamu aku belum bisa membahagiakanmu, arthur."

pada musim salju kesukaan arthur, kevin memutuskan untuk ikut pergi.
































liris ; asahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang