Haruto × Asahi ; Secret Admirer

505 45 3
                                    












































Watanabe Haruto. Siapa sih yang gak kenal? Bahkan kayanya Mamat-kucing sekolahan juga tau seberapa populernya tuh manusia titisan dewa.

Haruto tampan? Betul. Haruto ramah? Iya. Haruto cool? Betul sekali. Haruto banyak penggemar? Ya betul lagi. Bukan cuma anak-anak cewek aja yang ngeidolain Haruto, bahkan anak laki-laki juga.

Hah Haruto tuh sempurna banget.

"Dapat apalagi tuh?" Jeongwoo, teman sekelas Haruto bertanya.

Haruto mengidikkan bahunya, memilih untuk meletakkan paper bag yang ia yakini sebuah kotak makan lengkap dengan botol minum didalamnya. Tidak ada surat atau hal macam lainnya yang menunjukkan siapa gerangan orang yang telah memberikan paper bag itu kepada pangeran sekolah.

"Wih nasi goreng!" Jeongwoo dengan tidak tau malunya malah membuka paper bag itu dan menemukan nasi goreng lengkap dengan ayam goreng serta telur mata sapi. "Gue makan ya!"

Baru saja sendok itu hendak meluncur masuk, sudah ditarik oleh Haruto. Menggagalkan rencana Jeongwoo untuk menyantap nasi goreng yang terlihat enak itu.

"Sembarangan," Haruto menarik bekal itu dari hadapan Jeongwoo dan segera menutupnya. "Punya gue."

"Yealah bagi kali, To," rengek Jeongwoo namun Haruto tidak hirau.

"Beli sendiri."

Haruto beranjak dari kelasnya kemudian berjalan keluar sambil menentang paper bag yang berisikan bekal makan siang itu.

Ah rasanya Haruto harus segera mencari tau siapa kira-kira yang sudah memberikannya bekal selama dua bulan ini.

Diam-diam di sudut ruangan, terdapat bibir yang kini terangkat menjadi sebuah senyuman manis membuat kedua dimplenya terlihat.

"Semoga kamu suka ... Haru."

••

Suasana sekolah terlihat masih sepi karena jam masih menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit.

Terhitung hanya beberapa murid yang baru datang. Entah itu untuk mengerjakan piket atau menyalin tugas.

Suara sepatu menggema dilorong menuju kelas XI IPS 3, tidak lama setelahnya pintu kelas tersebutpun terbuka.

Pelaku yang membuka pintu tersebut kini berjalan menuju barisan meja dari arah pintu dan berhenti tepat disamping meja urutan nomor tiga dari depan.

Meletakkan sebuah sandwich roti yang ia bungkus dengan rapi tidak lupa sebotol susu juga ia letakkan dibawah meja tersebut.

Asahi, pemuda itu tersenyum merasa puas dengan hasil buatannya.

"Semoga Haru suka!" Gumamnya dan kemudian segera pergi dari meja itu sebelum orang lain datang.

"Gotcha!"

"Jadi itu lo, Asahi?"

Asahi membelakkan matanya. Terkejut.

Sial. Sial. Sial. Sial.

Bagaimana bisa Asahi tidak menyadari bahwa ada orang lain selain dirinya didalam kelas ini. Terlebih orang itu adalah Haruto. Watanabe Haruto.

Catat itu. ASAHI SAMA HARUTO SATU RUANGAN tanpa ada orang lain.

Hah.

"Selama ini gue selalu penasaran sama orang yang selalu ngasih makanan-makanan yang selalu ada dilaci bawah meja," Haruto berjalan mendekat kearah Asahi yang masih membeku.

"Ah ternyata pelakunya gak jauh-jauh dari teman sekelas gue sendiri,"

Tap

Haruto menepuk pundak bergetar Asahi. Membalikkan paksa badan mungil itu untuk berhadapan. Sudut bibir Haruto terangkat membentuk sebuah senyuman.

Asahi masih terdiam dengan hati yang risau. Apa setelah ini Haruto akan membullynya? Aduh.

Apalagi sekarang Haruto berjalan semakin maju dan membuat Asahi terpaksa berjalan mundur sehingga kini ia berada diantara dinding dan badan Haruto yang mencondongkan tubuhnya kearah Asahi.

"Haru ..."

Asahi dan pikiran buruknya terus berputar dikepalanya. Apalagi saat tangan kanan Haruto terangkat, Asahi secara refleks langsung memejamkan matanya.

Puk puk puk

Nyatanya tangan Haruto menepuk pelan kepala Asahi, "Mau jadi pacar gue gak, Asahi?" Bisik Haruto.

Bagus.

Ucapkan selamat tinggal karena sekarang Asahi ditemukan tidak sadarkan diri.











































liris ; asahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang