EMPAT

2.3K 256 17
                                    

Cerita Ini Hanya Fiktif Belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Dan juga mohon maaf jika cerita terlihat aneh atau absurd. Karena ini cerita pertama aku. Makasih semuanya. Semoga kalian suka ya.

.

.
.
.
.
Selamat membaca

Gracia melihat pantulan dirinya di cermin. Sesekali ia merapikan gaun panjang yang di pakai nya. Setelah dirasa tidak ada yang kurang dari penampilannya ia menghampiri Shani yang sedari tadi menunggunya. "Bagaimana penampilan ku?" Tanya Gracia. Ia ingin terlihat Perfect pada pertemuan kali ini. Karena ini pertemuan pertamanya tanpa didampingi oleh Anin.

Bicara tetang anin, wanita itu sempat menelpon Gracia menanyakan kabarnya. Ternyata Anin merasa khawatir dengannya dan ia juga merasa bersalah karena tidak bisa menemani Gracia. Namun Gracia meyakinkan Anin kalau ia baik-baik saja.

Balik ke Gracia. Saat ini ia sedang menunggu pendapat Shani tentang penampilannya.

Shani tersenyum, "sempurna" ia membuka suara setelah meneliti penampilan Gracia sejenak . Ia benar, paras Gracia yang cantik dan hidung mancung yang terpahat sempurna serta gaun warna dongker yang ia kenakan saat ini dengan tambahan aksesori kalung di lehernya yang terbuka tidak lupa ia memakai sarung tangan hitam panjang sampai lengan. Membuat tampilannya begitu elegant.

Shani jatuh pada pesona Gracia. Hatinya mendadak terasa hangat saat Gracia melayangkan senyum manis padanya. Ada perasaan yang tidak bisa di jelaskan menjalar di hatinya. Perasaan apa ini? Pikir Shani.

"Shani, ayo pergi" Gracia jalan melewati Shani. Parfum yang ia kenakan tercium oleh Shani membuat jantung Shani berdetak kencang.

"Tenang jantung, tenang. Aku gak mau mati muda" gumam Shani meletakan tangannya di dada seakan menenangkan jantungnya agar tidak melompat keluar.

Shani mempercepat langkahnya, ia membuka pintu membiarkan Gracia mendahuluinya kemudian menutup kembali pintu hotel. Ia menyamakan langkahnya dengan Gracia memberi jarak sedikit antara mereka.

Gracia dan Shani kini berdiri di depan Lift. Mereka sedang menunggu pintu Lift terbuka. Sejujurnya Gracia tidak suka naik Lift apalagi sampai berdesak-desakan. Biasanya ia menggunakan Eskalator atau tangga darurat. Lebih nyaman menurutnya. Tapi kali ini ia terpaksa naik Lift dikarenakan waktu mereka saat ini tidak banyak. Lucu bukan kalau ia telat padahal ia yang memimpin pertemuan ini.

'Ting' pintu Lift terbuka. Didalamnya terdapat 4 orang. 2 wanita dan 2 pria. Mereka salah satu penghuni hotel ini. Shani masuk disusul dengan Gracia yang berada di depan Shani.

Baru berjalan 1 lantai pintu Lift terbuka lagi. Seorang pria masuk, dengan cepat Gracia mundur satu langkah hingga tubuhnya menabrak tubuh Shani yang ada di belakangnya. Dengan sigap Shani memegang tubuh Gracia agar tidak jatuh.

Bisa dibilang situasi Lift mulai penuh. Shani tau Gracia merasa tidak nyaman saat ini. Ia pun berinisiatif mengarahkan tubuhnya menghadap Gracia sembari
berbisik "Maaf sedikit tidak nyaman"

Posisi Kabedon ini membuat Gracia menahan napasnya sejenak. Ia tidak menyangka akan berada di situasi seperti ini. Ia dapat mencium aroma parfum yang Shani pakai dengan jarak yang sedekat ini.

Gracia meremas ujung jaket kulit yang Shani pakai. Pipinya bersemu merah. Jantungnya pun berdetak sangat cepat. Gracia menunduk menyembunyikan wajahnya.

'Ting' bunyi suara Lift tanda mereka sampai di lantai yang di tuju. Gracia segera keluar meninggalkan Shani. Ia sangat malu saat ini. 

Langkah mereka berhenti di depan sebuah ruangan dengan pintu kayu berwarna coklat dengan sigap Shani membuka pintu tersebut. Mempersilahkn Gracia masuk. Terlihat beberapa orang sudah menunggu mereka atau lebih tepatnya menunggu Gracia.

MY HAPPINESS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang