Jaemin datang pagi-pagi ke rumah renjun, ia datang sendirian tanpa adanya Minju. Minju sedang pergi keluar kota untuk beberapa hari, jadi ia akan mengunjungi renjun sendirian, untuk beberapa hari kedepan.
Ia hanya membawa cookies untuk ibu renjun, itu juga di suruh oleh Minju. Setidaknya ia membawa sesuatu untuk Wendy, jika tidak ingin memberi pada renjun.
Jaemin memencet bel rumah beberapa kali, lalu menunggu pintu di buka oleh sang penghuni di dalam. Renjun membukakan pintu untuk jaemin.
"Selamat pagi." Sapa renjun ceria.
"Pagi." Jaemin langsung masuk ke dalam dan di ikuti renjun di belakang nya.
Ia melihat sekitar rumah, mencari Wendy yang tak terlihat sejak tadi.
"Ibu lagi pergi, ka Nana duduk dulu. Aku buatin minum sebentar ya." Renjun meninggalkan jaemin di sofa ruang tamu.
"Ini minum nya." Renjun menyimpan segelas jus jeruk, di atas meja.
Jaemin menyodorkan amplop coklat kepada renjun, dan menyuruhnya untuk membuka.
"Surat perjanjian, tanda tangani." Jaemin.
"Surat perjanjian?, Bukankah itu sudah?" Heran renjun.
"Baca saja." Jaemin.
Renjun membuka dan membaca suratnya, ia melebarkan matanya saat setelah membaca surat itu.
"Perceraian setelah melahirkan?" Kaget renjun.
"Kalian sebelumnya gak bahas ini, persyaratan kalian hanya akan membayar pengobatan Ibu dan aku akan meminjamkan rahim ku, setelah Ka Nana menikahi ku." Renjun.
"Dan sekarang, tiba-tiba perjanjian ini?" Renjun menyimpan suratnya ke atas meja.
"Itu perjanjian antara saya dan kamu. Kamu berharap tetap menjadi istri saya?, Saya dan Minju hanya butuh anak itu." Jaemin.
"Ka Nana udah mendaftar pernikahan kita, ke pengadilan agama. Pernikahan kita sudah sah di mata hukum, lalu ka Nana akan menceraikan ku?" Renjun.
"Sejak kapan aku bilang, pernikahan kita sudah tercatat dalam pengadilan agama?" Jaemin.
"Bahkan, di surat perjanjian sebelumnya. Tidak ada kata atau kalimat yang tertulis, bahwa pernikahan kita akan terdaftar di pengadilan agama." Jaemin.
"Ka Nana mempermainkan ku?" Lirih renjun.
"Saya tak mempermainkan mu, kamu saja yang bodoh. Tidak teliti dalam segala hal." Jaemin.
Renjun ini memang polos, saat itu juga ia hanya berpikir soal kesehatan sang ibu. Tapi ia juga tak bodoh kan, ia meminta pernikahan pada jaemin, tapi ternyata berjuang seperti ini?
"Tanda tangani, setelah melahirkan kamu akan saya berikan banyak uang. Untuk melanjutkan, hidup mu dan ibu mu." Jaemin.
"Kamu menyakiti hati ku, dengan perkataan mu." Renjun.
"Itu urusan mu, urusan ku hanya perihal anak ku dan Minju saja." Jaemin bangun dari duduk nya.
"Tanda tangani itu, besok saya ambil suratnya." Jaemin berjalan keluar rumah, meninggalkan renjun sendirian di ruang tengah.
Ia kembali mengambil surat perjanjian itu, apa ia mengambil jalan yang salah sebelum nya?
"Aku memang bodoh bukan, aku kira aku akan bisa terus bersama ka Nana." Lirih renjun.
"Apa aku harus menandatangani nya?" Tanya renjun pada diri sendiri.
"Kenapa harus aku yang cerai?, Kenapa gak ka minju aja yang kamu ceraikan." Ucap renjun tanpa sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahim Sewaan
FanfictionDi umur 20 tahun, renjun harus memikirkan bagaimana ia melanjutkan hidup. Di saat sang ibu sakit-sakitan, ia harus mencari uang untuk berobat sang ibu. Hingga seketika hidupnya berubah, saat di pertemuan dengan sepasang suami istri. Mereka meminta b...