Jangan lupa vote sebelum baca, biar enggak lupa^^
"Ning Brianna!" Teriak seorang laki-laki dengan baju acak-acakan berlari dari arah belakang.
Sang empu yang dipanggil hanya menoleh sekilas sambil menganggukkan kepalanya seraya memutar kedua bola matanya.
Brianna malas sekali jika harus berurusan dengan makhluk bernama Galvin. Masih pagi mood Brianna jadi rusak hanya karena melihat wajah Galvin. Entah kenapa hari ini Brianna mudah sekali kesal.
Sampai akhirnya Galvin sudah berada di sebelah Brianna, ia mencoba menyamai langkah Brianna yang sedikit lebih cepat dari biasanya.
"Apa ngikut-ngikut?!" Ketus Brianna, kesal.
"Ning Brianna jangan marah-marah dong, nanti cantiknya ilang loh," Kata Galvin merayu.
Brianna menghentikan langkahnya. memposisikan tubuhnya menghadap Galvin, matanya lurus ke depan dengan tajam. Brianna masih diam saja menatap Galvin dengan datar.
Galvin yang ditatap seperti itu jadi merasa salah tingkah, ia menggaruk tengkuknya yang kebetulan gatal.
"Terpesona, Ning? Iyalah..."
Brianna tetap diam dengan wajah datarnya, kemudian ia berganti mengangkat kedua tangannya menyilang di depan dada. Pede sekali, pikirnya.
"Halo, cantik." Galvin melambaikan tangannya di depan wajah Brianna beberapa kali.
"Kurang kerjaan!" Sembur Brianna, tajam.
"Punya pekerjaan kok, disalah satu perusahaan bokap." Galvin ikut menyilangkan tangannya di depan dada.
"Gitu aja bangga, usaha sendiri bang. Kaya... Gus Habsy suaminya Kak Arin." Brianna menampilkan senyum smirk nya.
Galvin diam, ia tidak bisa berkata-kata lagi. Setelah itu Galvin langsung saja berjalan menjauh meninggalkan Brianna sendiri.
Pada dasarnya Galvin memang sensitif jika disinggung dengan kakaknya. Sayang sekali ditinggal nikah pas lagi sayang-sayangnya. Brianna yang mengetahui itu jadi memanfaatkannya.
Hal itu membuat Brianna merasa puas sekali hari ini. Kemudian ia melanjutkan langkahnya menuju kelas.
Tidak disadari dari balik dinding terdapat Farez yang tidak sengaja mendengarkan pembicaraan antara Brianna dengan Galvin.
°°°°°°
"Assalamualaikum, Bundaaa," Ucap Brianna memasuki pintu rumah.
"Waalaikumsalam, di ruang keluarga, Nak." Bunda memberikan instruksi.
Brianna menganggukkan kepalanya santai, ia berjalan gontai menuju ruang keluarga.
"HALO KAKAK," Sapa anak kecil berusia sekitar tujuh tahun kepada Brianna yang baru sampai di ruang keluarga.
Ekspresi wajah Brianna yang semula datar kini berganti menjadi ceria kala anak kecil itu menyapanya. "Halo juga, sayangggg."
"Kakak dari mana?" Anak itu meloncat untuk memeluk Brianna. Dengan gerakan cepat Brianna mencoba menyeimbangkan tubuhnya menggendong Amira, adik dari Galvin.
"Aduh Amira sayang, turun yaaa. Kakak Brianna berat tuh gendong kamu," Kata Farida, ibu dari Amira dan Galvin.
Amira menggelengkan kepalanya dan mengerucutkan bibirnya. "Ihh, enggak mau! Kakak Amira enggak berat iya kan, Kak?" Amira mencari dukungan.
Brianna terkekeh pelan sambil mengarahkan pandangannya ke arah Tante Farida dan berkata. "Enggak papa, Tante. Amira nggak berat-berat banget kok."
Farida menampilkan senyumnya. "Iya nggak berat, tapi berat bangettt."
"MAMA!! AMIRA NGGAK BERAT YA!"
"Hahahaha." Semua tertawa mendengar Amira mulai bersuara.
"Hust! Amira nggak boleh teriak gitu ih, mama nggak suka..." Farida menaruh jari telunjuknya di bibir, memberikan peringatan pada anaknya.
"Mama sih... Amira jadi emosi tau."
Fyi, Mamanya Galvin-Farida merupakan kerabat jauh Bunda Lita. Sementara Farida mempunyai seorang adik bernama Jihan, sahabat Umma-nya Arianna dan Brianna di pondok pesantren dulu. Dunia sempit sekali bukan?
Dan oleh karena itulah, keluarga Galvin bisa akrab sekali dengan keluarga ndalem. Berhubung hari ini hari libur, keluarga Galvin mengunjungi pondok pesantren untuk mengikis rindu dengan anak pertamanya itu.
"Assalamualaikum..." Ucap seseorang dari arah luar.
Lita yang masih berdiri pun mendekat ke sumber suara. Melihat siapa yang datang ke ndalem.
"Eh, Nak Farez."
Farez menundukkan kepalanya hormat. "Iya, Umma." Balas Farez dengan sopan, bertutur santun kepada istri seorang Gus Hafiz yang sekarang ini memimpin pesantren, menggantikan Tahfiz kakaknya.
"Ayo masuk dulu." Lita mempersilakan.
Farez tersenyum ramah. "Emmm enggak usah, Umma. Farez cuma sebentar."
"Ouh, ada hal apa Nak Farez sampe datang di rumah ndalem?" Tanya Lita menunggu jawaban dari sang empu.
"Farez datang di sini karena tadi mendapat panggilan dari Abah Kyai, Umma."
Lita menganggukkan kepalanya. "Sebentar ya... Saya panggilkan dulu," Kata Lita berjalan meninggalkan Farez menuju ruang kamar Abah.
"Ngapain lo di sini?"
_______________________
Uuuu kangen kalian donggg!
Maaf ya update nya lama hehe^^Next part komen emot 😍😍
Semoga kalian suka💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Gus Habsy (Hiatus Sementara)
Roman pour Adolescents⚠️Bucinable area!⚠️ -Sequel Dijodohin With Gus- "Salah satu dari kalian akan kami jodohkan." Gimana jadinya kalau salah satu gadis kembar dijodohin Abba sama Umma-nya dengan santri pilihannya? Di antara keduanya siapakah yang dipilih? Apa yang akan...