"Lo suka novel karya Ayesha Re?"

872 65 1
                                    

Hai, hai, hai ( ╹▽╹ )

Upacara bendera baru saja selesai, dengan langkah riang Diana kembali ke kelasnya. Tidak sabar ingin segera merasakan hawa sejuk dari kipas angin, ngadem sembari menunggu Anjani dan Mila kembali dari kantin, membawakan es teh untuknya.

Kelas dua belas yang terletak di paling ujung kiri lantai dua itu begitu sepi. Sejak kelas sepuluh, begitu selesai upacara murid di kelas ini memang langsung berlari ke kantin. Tetapi, Diana jarang melakukan itu. Selain karena takut kekenyangan, dia juga ingin menatap sosok yang sejak kelas sepuluh selalu menjadi penyemangat hari-harinya di sekolah.

Benar saja dugaan Diana, Rangga duduk di pojokan kelas dengan kedua mata tertutup. Entah berapa kecepatan larinya, karena laki-laki itu sudah tidur di kelas. Tanpa suara Diana berjalan menuju bangkunya yang ada di pojokan belakang. Di dekat Rangga.

Senyuman tak bisa Diana tahan, dia menahan napas dan duduk di bangkunya tanpa suara. Gadis itu terus tersenyum, karena bisa melihat Rangga dari dekat.

“Di, minta minum dong.”

Diana melotot dan mulutnya menganga lebar. Dia kemudian menoleh ke belakang setelah menetralkan raut wajahnya. “A-apa, Ga?”

“Minta minum. Haus.”

Detik ini juga Diana ingin salto karena saking senangnya. Rangga terlihat menggemaskan dengan mata sayunya. Segera gadis itu memberikan botolnya, meskipun dengan tangan gemetar. Saat Rangga minum, matanya terus terpaku pada pemuda itu. Hari ini adalah hari paling membahagiakan bagi Dania. Hari Senin yang luar biasa!

“Makasih, Di.”

“Sama-sama.” Diana kemudian terdiam, mencari topik obrolan apa yang kira-kira tidak klise.

“Di, itu yang duduk sama lo siapa?”

“Mila.”

“Bilang ke dia ya, tukeran tempat sama gue. Cuma hari ini. Kepala gue pusing banget, pengin tidur.”

Diana mengulum bibirnya. “Nanti coba gue tanya ke dia ya.”

Bel tanda pelajaran dimulai telah berbunyi, Rangga benar-benar duduk di samping Diana. Mereka menjadi teman sebangku. Sebangku sama crush. Meskipun hanya sehari, Dania bersyukur akan hal itu. Saat pelajaran berlangsung, tak berhenti dirinya melirik Rangga yang menyangga kepalanya dengan tangan kiri dan menatap dinding.

“Lo enggak ke kantin?” tanya Rangga saat kelas mulai sepi.

“Hah?” Diana yang baru saja hendak membuka novelnya sontak menoleh ke kiri. “Apa?”

“Enggak ke kantin? Kan ini jam istirahat.”

“Enggak, mau baca novel aja.”

“Bawa bekal?”

Diana mati-matian menahan senyum. “Bawa.”

“Kenapa enggak dimakan?”

Ya Allah, Rangga perhatian banget sih?!

Sejak pagi tadi grup WhatsApp yang beranggotakan dirinya dan tiga temannya sudah ramai. Diana yakin jika teman-temannya yang duduk di bangku depan saat ini mengirim banyak pesan di grup mereka. Apalagi Fenty, yang berbeda kelas dengannya pasti sudah sangat penasaran.

“Gue ... enggak enak sama lo, kan lo cuma diam ....”

Rangga mengerutkan kening, kemudian meletakkan kepalanya di atas meja. “Gue udah titip kok, makan aja. Daripada kelaparan, yang ada perut lo bunyinya keceng. Tung tak tung gleng.”

Diana kali ini tak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa. Tapi seketika tawanya terhenti saat mendengar ucapan Rangga. “Baru kali ini gue dengar lo ketawa, biasanya cuma diam.”

Gadis Kaktus • TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang