Epilog

1.3K 81 10
                                    

🙂💔 Pisah sama Diana

Diana berlari kecil memasuki rumah Om Rendi, sedang ada acara reuni di sana. Katanya sih teman-teman dekat Om Rendi sejak masih sekolah dan orang-orang yang membantunya saat awal-awal Kia Mart dirintis. Termasuk Abah dan Umi, ikut hadir sebagai tamu.

Diana sepertinya satu-satunya tamu yang terlambat, tadi dia sibuk mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk kuliah. Mulai dari mengepak barang-barang, membeli tiket pesawat dan masih banyak lagi. Besok dia berangkat ke Surabaya dan baru menghubungi serta memberi tahu Rangga pagi ini. Pemuda itu marah besar dan sekarang malah tidak bisa dihubungi. Pasti sifat kabur-kaburan kambuh lagi.

"Rangga!"

Dipeluknya Rangga yang sedang meracik es buah. "Maaf, enggak ada maksud buat nutupin. Gue juga enggak nyangka kalau bakalan berangkat besok."

"Iya, iya, enggak apa-apa."

"Jangan marah dong, kan yang penting gue udah ngasih tahu kalau besok bakalan berangkat ke Surabaya."

"Enggak apa-apa."

"Gue minta maaf kalau ada salah sama lo. Eh, enggak, gue punya banyak salah. Gue minta maaf."

"Masih enggak apa-apa."

Diana yang merasa aneh, sontak mendongak. Bertemu pandang dengan sosok yang dia peluk. Bentukannya seperti Rangga kok, wanginya juga. Model rambutnya juga. Tapi ... sorot mata itu sangat teduh. Bukan seperti mata Rangga yang cenderung tajam.

Tunggu.

"Lo masih belum bisa bedain ya?" Orang itu memiringkan kepalanya dan kembali memeluk Diana. "Enggak apa-apa, gue maklumi kok. Orang-orang dewasa di sebelah sana juga paham. ABG yang lagi jatuh cinta memang di mata dia itu cuma ada si pujaan hati. Enggak apa-apa. Peluk aja."

"Diana?"

Sangat dramatis seperti di sinetron. Rangga muncul dengan baskom berisi jambu air dan benda itu jatuh ke lantai. Isinya berhamburan kemana-mana dan kaki Rangga melangkah mendekati keduanya. "Lo nikung gue, Lang?!"

Gilang mengubah posisi menjadi merangkul Diana. "Dia duluan yang deketin aku. Mana ada aku nikung."

"Kalian peluk-pelukan di depan gue!"

"Diana yang mulai duluan kok, Bang," ucap Tante Ayesha. Diana sontak menoleh. Semua orang kini sedang menatap mereka. Berarti, sudah menonton sejak tadi. Memalukan!

"Mana ada, Diana enggak bakalan mau sama lo. Dia maunya sama gue," ucap Rangga.

"Kok gitu? Kan kita sama aja, seharusnya dia juga bisa dong suka sama aku," sahut Gilang. Mengusap-usap kepala Diana yang tertutup pashmina hitam.

Diana meringis. "Gue salah peluk orang, Ga ...."

Rangga berdecak dan memunguti jambunya. "Ma, Pa, pokoknya aku mau tunangan sama Diana. Sebelum dia ditikung sama Gilang."

"Kok gitu?!" seru Diana, Gilang sudah menjauh dengan semangkuk es buah. Sepertinya tidak ingin terlibat dengan drama yang Wattpad banget itu.

"Lo aja bisa salah peluk, pasti bisa dong salah jatuh cinta. Enggak, pokoknya gue harus sama lo. Gilang itu jelek."

"Muka kita sama, Ga, berarti kamu juga jelek," sahut Gilang. Para orang tua tak kuasa menahan tawa. Kiara bahkan sudah terbahak sampai guling-guling di lantai.

"Ma ...." Rangga memberikan baskom tadi pada para ibu-ibu dan menarik Diana. "Om, Tante, aku mau lamar Diana. Di sini aja enggak apa-apa, kan, ya?"

"Enggak ada lamaran sebelum selesai kuliah!" Kedua orang tua mereka menjawab dengan kompak. Seketika Rangga berubah lesu seperti kerupuk terkena air. "Yah ... padahal aku udah ngechrusin Diana sejak jaman pendaftaran SMA."

Sensasinya seperti ada kembang api yang meledak-ledak di hati Diana. Harapan para gadis, dicrushin balik. Dan Diana kini merasakannya.

-----Tamat-----

Terima kasih, udah baca kisah ini. Ambil yang baik dan buang yang buruk. 🧡🧡🧡

Ini cerita pendek ya, jadi babnya cuma belasan. Susah kalau mau panjang panjangin sampai lima puluh bab.

Lanjut nulis ceritanya Gilang gak nih? Udah siap tuh, draftnya 👀

Gadis Kaktus • TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang