"Kamu pacarnya Rangga?"

873 53 7
                                    

(´∩。• ᵕ •。∩')  Halooooo, udah baca esktra part di Young Parents belum? Hi-hi, siapa tau kalian kangen sama Kiara sewaktu kecil, kangen Rendi dan Ayesha yang masih bareng-bareng.

Selamat membaca 🧡

Hari sudah gelap, bahkan beberapa lampu di rumah sudah dimatikan. Lampu utama kamar Diana juga sudah mati, digantikan oleh lampu jamur. Diana berbaring di kasurnya dan menatap langit-langit. Kebiasaannya sebelum tidur adalah membuat skenario cerita.

Baru saja kedua matanya terpejam karena kantuk telah menyerang, suara kucing di luar rumah terdengar menyeramkan. Diana tersentak kaget dan langsung duduk. Segera ia berlari menuju saklar dan menyalakan lampu. Karena kantuknya sudah hilang, Diana mengambil ponselnya. Gadis itu berpikir jika dirinya baru tidur satu menit, ternyata sebentar lagi sudah subuh.

"Di, kamu udah bangun?"

Diana meletakkan ponsel dan keluar kamar, menghampiri sang ibu yang sedang sibuk menjelajahi dapur. "Umi kok masak banyak banget, ada apa?"

"Ada yang pesan tumpeng nasi kuning. Bantuin Umi ya."

"Ulang tahun?"

"Iya, tadi malam kakaknya telepon, pesan nasi kuning. Aduh, banyak banget. Mba Intan enggak bisa bantu, soalnya lagi pilek. Dadakan banget, Umi aja kaget. Untung ada bahannya."

"Sini, aku yang potong-potong tempenya."

Selesai memotong-motong bahan lauk nasi kuning, Diana duduk di salah satu kursi dan menatap buku milik ibunya. "Namanya Berlianova Arsyla, Mi? Ulang tahun yang ke berapa?"

"Yang ke tujuh tahun. Dia muridnya Abah. Dapat informasi tentang usaha katering kita juga dari dia."

"Ini masih ada lengkapnya, G. Kira-kira apa ya, Mi?"

Umi mengendikkan bahunya. "Kata Abah, dia anaknya yang punya Kia Mart. Anaknya lucu, cantik, ramah juga. Enggak mau sekolah di swasta kayak kakaknya dulu, maunya di sekolah negeri yang biasa aja."

"Nanti aku yang antar ya, Mi."

"Memangnya kamu bisa?"

Diana mengangguk. "Oh, iya, Mi. Tapi aku mau mampir ke rumah temanku ya, mau kembaliin seragam olahraga yang waktu itu aku pinjam. Takut kelupaan lagi."

"Tapi itu di punggung ada namanya, teman cowok kamu, Di?"

Gadis itu mengangguk malu. "Iya."

"Umi enggak masalah kamu mau berteman sama siapa aja, asalkan kamu bisa berpijak di kaki sendiri. Kamu ambil keputusan benar-benar dari hati kamu, bukan karena teman-teman."

"Iya, Mi."

"Tolong kupas wortel ya, dipotong-potong sekalian."

Setelah selesai menyiapkan pesanan, Diana bersiap. Selesai memakai kerudungnya, gadis itu melangkah ke depan. Sepertinya dia tidak jadi mengantar pesanan nasi kuning, karena sudah diambil oleh pemesan.

"Diana?"

Gadis itu menoleh, kedua matanya membulat saat mendapati Rangga duduk di kursi teras. "Lo ... ngapain di sini?"

"Temani kakak, ambil nasi kuning. Ternyata malah sama Umi lo pesannya, enggak perlu ragu lagi deh sama rasanya."

Sebenarnya yang dipuji adalah Umi, tapi malah Diana yang merasa terbang tinggi ke angkasa dan menari bersama awan. "Yang ulang tahun siapa, Ga?"

"Adik bungsu gue. Ikut, yuk, ke rumah."

Diana terdiam, kemudian menatap Umi yang sibuk menghitung harga bersama seorang perempuan yang pernah Diana lihat fotonya. "Adik kamu?"

Gadis Kaktus • TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang