"Kok mirip Rusa?"

1K 68 1
                                    

Kira-kira Diana bakalan dicrushin balik gak ya?

Kalau kalian dicrushin balik gak? 👀



Diana yang baru tiba di kelas langsung meletakkan ranselnya, ia kemudian meneruskan langkahnya ke pojokan kelas. Tempat para sapu berada. Tepat saat tangannya menyentuh salah satu gagang sapu, disaat bersamaan ada tangan lain yang hendak menyentuhnya. Kurang lima centimeter lagi, tangan orang itu akan menyentuh tangan Diana. Seperti di film-film.

Buru-buru orang itu menarik tangannya. "Sori."

Jantung Diana berdetak kencang, ia menoleh dan mendapati Rangga berdiri di dekatnya. Kemudian mengambil sapu lain dan pergi. Diana menatap sapu di tangannya. "Kenapa enggak kayak di novel-novel aja sih?" gumamnya.

"Mana mungkin juga sih, Rusa mau nyentuh tangan cewek."

Diana ingat saat kegiatan Pramuka tahun lalu, satu kelas mereka diminta untuk bergandengan tangan dan membentuk lingkaran. Kebetulan sebelah kanan Rangga adalah Anjani, jadi Rangga harus bergandengan tangan dengan gadis itu. Setelah tahu jika dirinya harus menggandeng tangan Anjani, Rangga meminta agar bertukar tempat dengan salah seorang teman laki-laki.

"Sori, gue enggak bisa pegang cewek," ucap Rangga saat itu.

Pada saat hendak memijat kaki Lulu yang terkilir saat bermain futsal, Rangga juga meletakkan sapu tangan di kaki Lulu, sebagai pembatas agar ia tidak menyentuh langsung kaki Lulu.

"Ada yang bawa sapu tangan gak?" tanya Rangga. Ia berjongkok di depan Lulu dan menatap kakinya.

"Ada, nih. Buat apaan?" Mila memberikan sapu tangannya pada Rangga dengan tatapan bingung.

"Izin pijit kaki lo ya," ucap Rangga meminta izin. Kemudian meletakkan sapu tangan tadi sebagai pembatas.

Sejak kejadian itu Diana menarik kesimpulan bahwa Rangga tidak mau kontak fisik dengan perempuan. Jika ditabok punggung atau bahunya tidak masalah, asalkan jangan langsung menyentuh kulitnya.

Melihat Rangga yang sedang menyapu kelas, Diana tersadar dari lamunannya. Segera ia menyapu kolong meja dan kursinya.

"Bukannya Rangga piketnya kemarin ya?" gumam Diana.

"Tumben nyapu, Ga," ucap Shinta.

"Iya, nih. Tukeran sama Iqbal."

Akhirnya ada jawaban dari pertanyaan Diana. Segera gadis itu menyapu lantai yang kotornya bukan main. Sepertinya kemarin ada yang memakai kelas ini dan tidak dibersihkan lagi. Ada gumpalan tanah kering, ada rumput bahkan mayat belalang.

Diana melirik Rangga yang sudah hampir sampai pintu, terlihat jika sedang menunggu debu dan kotoran hasil sapuannya.

"Lucu deh, kalian kayak suami-istri. Kompak banget. Bisa jadi gambaran besok kalau udah nikah. Gue mau kayak kalian deh. Bagi-bagi tugas," celetuk Dea.

Secara reflek Diana menarik kedua sudut bibirnya. Untung saja ia menghadap dinding, jadi tidak mungkin ada yang melihat jika dirinya tengah salah tingkah. Ia melipat bibirnya ke dalam dan berbalik, segera menghampiri Rangga yang ada di dekat pintu.

"Pagi-pagi nyapu bareng, habis itu ngepel. Pokoknya kalian cocok."

Kebiasaan para laki-laki, langsung pergi begitu saja begitu ada orang lain yang menyapu hasil sapuannya. Diana mengembuskan napas lega. Akhirnya ia tidak perlu mengalihkan pandangannya lagi. Tidak apa-apa ia meneruskan piket sendiri, asalkan tidak lagi piket berdua dengan crush.

Tidak baik bagi kesehatan jantung dan wajahnya.

Jantungnya berdebar-debar dan wajahnya terasa panas. Belum lagi ia bisa saja kelepasan cengar-cengir sendiri. Nanti malah dikira aneh.

Gadis Kaktus • TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang