1. TRAUMA

47 8 11
                                    


Saat kegelapan menghampiri diri ini, saat hawa dingin menusuk tulang ini, saat diri ini hanya bisa sabar dan tersenyum dikala semua hal mengerikan dan tak terduga satu demi satu mulai menghampiri.
Diri ini harus tetap kuat dan menerima semuanya dengan lapang dada. Karena, dibalik itu semua diri ini yakin bahwa pasti akan ada balasan baik untuk semua pengorbanan yang telah diri ini lakukan.

~ Lucia Arandela Reynarthonz ~

   Pagi yang cerah dan matahari yang bersinar begitu indah telah muncul dari ufuk timur. Cahaya yang menyilaukan menembus kaca kamar seorang gadis yang kini masih terlelap di atas kasur empuk miliknya.

Dring! dring!

    Jam yang berada di atas nakas berbunyi, gadis yang tadinya masih menutup matanya kini perlahan mulai bergerak karna merasa terganggu dengan bunyi alarm jamnya. Mata yang mulanya tertutup kini sudah terbuka sayu, bibir kecil yang sesekali terbuka karna masih mengantuk, dan posisi tubuh yang sekarang sudah duduk dan bersandar di kepala kasur.

" Huammm ... Selamat pagi dunia" gumanya pelan dengan mulut yang masih terbuka.

Gadis itu mulai bangkit dan merapikan tempat tidurnya lagi dan setelah itu ia mengambil handuk dan mulai melangkahkan kakinya ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi ia memakai baju seragam sekolahnya waktu SMP dan siap memulai hidup barunya di SMA.

Yap bener sekali, hari ini adalah hari pertama ia akan mulai bersekolah di bangku SMA dan selama seminggu kedepannya ia akan menjalankan MPLS ( masa pengenalan lingkungan sekolah).

Dengan baju seragam yang telah terpasang rapi di tubuh, kini ia mulai menata rambutnya dan memberi sedikit taburan bedak dan sedikit olesan lipstain di bibirnya, walaupun hanya sedikit tetapi mampu membuat kadar kecantikannya bertambah.

Gadis itu tak lain dan tak bukan adalah Lucia Arandela Reynarthonz atau sering di panggil Arsyia atau Cici. Saat melihat pantulan dirinya di cermin Lucia hanya tersenyum kecil. Lucia mulai mengambil tasnya dan keluar dari kamar menuju ruang makan.

Lucia jalan menulusuri tangga yang jumblahnya mungkin hampir lima puluh anak tangga atau lebih. Walaupun begitu ia tetap memilih jalan melewati tangga daripada lift yang ada di rumahnya. Ia masih trauma dengan lift, kenangan itu masih melekat dengan erat di benaknya. Kenangan yang membuat ia sangat takut saat menaiki lift.

Flashback 8 tahun lalu

Tetapi hari ini adalah hari cuti untuk pelayan yang menyebabkan rumah kosong. Hanya ada ia seorang di rumah, kenapa demikian? Ya karna tadi pagi papanya pergi tergesa gesa dan melupakan dirinya yang tinggal sendiri di rumah, biasanya papanya akan membawa ia ikut ya walaupun pada akhirnya ia dititipkan di rumah bibinya atau diasuh oleh suruhan papanya. Bayangkan di sebuah rumah yang luas hanya terdapat seorang gadis kecil di dalamnya. Gadis kecil yang belum tau apa yang benar dan yang salah, gadis kecil yang belum tau mana yang aman dan ana yang berbahaya untuknya.

Lucia di tinggal seorang diri di rumah besar ini, seolah orang rumah tak menganggap bahwa ada seorang gadis kecil di dalam rumah. Dimana saudaranya? Jawabannya hanya satu yaitu pergi mengurus urusan mereka masing-masing sehingga lupa untuk kembali ke rumah dan memilih beristirahat di tempat pribadi yang mereka miliki dan melupakan sosok gadis kecil yang hanya sendirian di rumah.

Lucia gadis kecil itu memasuki lift dan menekan salah satu tombol yang ada di sana. Saat sudah sampai ia lalu ke kamarnya dan mengambil boneka kucing hitamnya. Setelah itu ia kembali menaiki lift dan menekan tombol turun. Awalnya semuanya baik baik saja, tetapi saat di pertengahan jalan tiba tiba lampu mati dan lift berhenti.

LURELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang