HAII BANH ❤
JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INI YA, BECAUSE KITA BAKAL UPDATE TIAP MINGGU
●●●●●●
"Sebuah kisah yang awalnya nyata berakhir jadi cerita"
_______________________
Altaaf Devan Arshaka, berusia 13 tahun saat itu. Saat kebahagiaan masih berada di tangannya, saat semua masih ada bersamanya. Devan adalah anak tunggal kasih sayang orang tuanya hanya untuknya. Papa Devan bekerja di perusahaan yang cukup besar, orang sibuk, banyak sekali proyek yang dikerjakannya.
Tahun ini Papa Devan lebih sibuk dari sebelumnya, membuat Devan jarang bertemu Papanya. Mama Devan, Rena namanya adalah seorang dokter, mengelola klinik kesehatan di sebelah rumahnya. Keluarga mereka harmonis sekali, tak ada pertengkaran atau perdebatan sedikitpun. Setidaknya itu yang Devan tahu selama ini. Dia belum tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Hari-hari berjalan seperti biasa, Papa yang belum pulang, Mama yang sibuk di klinik. Hingga suatu malam, Devan melihat mama nya menangis di dalam kamar. Dia hendak mendekati dan menanyakan apakah Mama baik-baik saja, namun dia mendengar apa yang mamanya katakan jadi dia urung melakukannya.
"Apa yang harus ku lakukan untuk mempertahankan semua ini Ya Allah ... sudah cukup sakit, aku tak ingin Devan tau dan menjadi khawatir. Penyakit ku sudah tidak bisa disembuhkan, belum lagi jika dia tahu ... Papanya telah menikahi wanita lain. Ya Tuhan cobaan apa ini ...." ucap Mama Devan lirih, menggumam dalam tangisnya.
Devan ikut menangis dalam diam, sakit rasanya. Rahasia yang begitu besar disembunyikan oleh Mamanya. Betapa besar luka yang di torehkan oleh lelaki yang disebut Papa itu. Betapa kejamnya perlakuan dunia pada wanita yang disebutnya Mama itu. Itu yang sekarang Devan pikirkan. Itu yang sekarang Devan rasakan. Berat sangat berat menanggung semua secara bersamaan, mengetahui luka yang tak terduga.
Kesehatan Mama Devan semakin memburuk kian hari sejak hari itu. Papa Devan semakin sering tidak dirumah, lebih tepatnya lebih sering di rumah istri barunya. Dendam dan rasa benci yang begitu besar membara di dalam diri Devan. Dia tidak suka jika ada yang menyakiti Mamanya, sosok Wanita yang paling disayangnya. Devan sempat menghilang beberapa hari dari sekolah, tidak menghubungi siapapun, memutuskan komunikasi bahkan dengan Damara.
Pertengkaran hebat antara Mama dan Papa Devan sempat terjadi, Devan hanya bisa diam mendengarkan. Melihat Mamanya yang dipukul dan di caci maki membuat hati kecilnya tersayat. Dia ingin berbuat sesuatu namun apa daya seorang anak kecil yang berusia 13 tahun. Devan hanya bisa menangis didalam kamar, dibalik pintu kayu dia menyumpahi Papanya yang telah berlaku semena-mena pada keluarganya.
Hari itu, hari dimana ulang tahun mamanya, hari yang harusnya bertabur bahagia berubah menjadi lautan duka. Devan kehilangan seorang yang sangat sangat menyayanginya, satu satu nya keluarga yang dia miliki, wanita yang sangat berarti bagi dirinya. Devan mengubungi Damara untuk mengabari bahwa dia tak punya siapa siapa lagi.
"Ra, lo bisa ke rumah gue ngga sekarang?"
"Lo kenapa?"
"Kesini aja nanti lo tau, cepet ya gue butuh lo disamping gue, Ra,"
"Iya gue otw sama Mama Papa."
Damara pergi ke rumah Devan karena khawatir, betapa terkejutnya dia melihat bendera kuning terpajang di pagar rumah, beberapa karangan bunga tertuliskan turut berduka cita.
Damara lekas mencari Devan, rupanya cowo itu sedang berada di sebelah jenazah Mamanya. Damara memeluk Devan memberikan kehangatan dan mencoba menenangkan, Devan tak bisa menahan tangis dalam pelukan Damara. Hangatnya pelukan itu seperti pelukan Mamanya, tangan yang mendekapnya itu selembut tangan Mamanya, walau tidak sama namun Devan tenang dengan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVAGOS
Teen FictionARVAGOS [ON GOING] "Gue suka sama sahabat lo, Dev!" "Bego lo! tega ngehianatin kita?" "Kebohongan apa lagi yang lo sembunyiin dari kita?" *** Setiap orang pasti mempunyai rahasia, manusia mana yang tidak mempunyai rahasia dalam hidupnya? Disini ban...