‹König POV›
"Sonnenschein..."
Hari ini hari peringatan setahun kematiannya.
Waktu cepat berlalu.
Waktuku...
Waktumu sudah terhenti setahun lalu.
Aku sudah baik-baik saja meski terkadang aku menangisimu di malam hari.
Kamarmu di tempati sementara oleh orang-orang bawahan Captain Price.
"Maybe you will like her and become a friend"
Apa kabarmu di sana?
Kalau kau melihatku dari sana, apa kau merindukan aku?
Setiap hari aku merindukanmu.
Waktu yang kita habiskan terlalu singkat.
Aku belum bisa membuatmu bahagia.
Aku belum sempat menepati janjiku padamu.
"Are you happy have me?"
Apa kau bahagia selama mengenalku?
Mimpi burukku bukan lagi soal misi itu di mana aku harus kehilanganmu.
Karena kau telah mengusirnya.
Thank you for everything.
Aku membeli buket bunga kesukaannya.
Aku selalu mengirimkan doa padamu.
Selalu...
Aku juga mengirim surat padamu dengan balon.
Apakah sampai padamu?
Orang-orang bilang itu hal konyol dan tahayul.
Aku hanya ingin menyampaikan apa yang kurasakan padamu tiap hari.
Meski kau mengawasiku dari sana, kau tidak tahu kan perasaanku bagaimana?
Aku tidak mengharapkan balasan darimu karena mungkin surat itu tidak akan pernah sampai padamu.
Bisa saja jatuh atau hilang.
Aku memeluk nisan bertuliskan namamu.
Aku merindukan kehangatanmu.
Jika orang lain lihat mungkin aku akan dianggap gila.
Aku hanya merindukanmu.
Kalau aku diberi kesempatan lagi aku ingin lebih melindingimu.
Aku ingin lebih membahagiakanku.
Aku ingin dengan bangga berjalan bersamamu sebagai priamu.
Kaak!
"Raven?"
Gagak biasanya akan jadi pertanda buruk.
Tapi bagiku tidak demikian.
Gagak itu bertengger di nisannya.
Seorang diri.
"Hei, are you lost?"
Saat aku mengukurkan tangan, gagak ini langsung bertengger di tanganku.
Mungkin punya orang, tapi tidak ada kalung atau pengenal lain.
"Wanna go with me?"
Oh, dia terbang ke kepalaku.
"Hehe, kau suka di sana? Apa ha-hei!"
Helmku dipatuk!
Apa aku disuruh buka?
Tapi wajahku seram ada bekas lukanya besar!
Oh, aku bawa masker hehe.
"Kau mau di dalam sini?"
Sepertinya gagak ini kedinginan.
Udara mulai dingin memang.
Eh, tapi bukannya gagak migrasi ya?
Gagak kan hidup berkelompok.
"Kau pisah dari kelompokmu?"
Wuah, dia nyaman di helmku.
Dalam helm aku pakaikan topengku biar dia nyaman.
Aku mau keliling kota setelah ini.
Ingin ganti suasana.
Horangi yang sarankan.
Biar perasaanku lebih baik katanya.
Gagak ini juga tidak terbang, hanya berdiam di helmku seperti mengerami telur.
"Kau nyaman?"
Seolah mengerti apa yang kuucapkan dia menjadi dengan suaranya yang sedikit berisik.
Kalau aku ajak keliling apa orang-orang tidak akan aneh melihatnya?
Aku sedikit sensitif sejak pernikahan lieutenant Ghost.
Aku jadi ingat janjiku dengan [y/n] yang mustahil terwujud.
Dan dia berbohong soal memiliki anak.
Dia tidak bisa memiliki hal itu, dia sudah steril.
Aku mengetahuinya dari captain Price dan pria Meksiko tukang goda itu.
Buktinya diperkut juga dengan dokumen tentang hal tersebut.
Pantas saja dia suka main tanpa pengaman dan santai saja.
"Aku lapar, apa kau lapar?"
Apa yang dimakan gagak selain daging?
Kacang?
Aku beli sandwich dan memakannya di taman.
Gagak itu lebih memilih bercengkrama dengan merpati.
Mencuri remahan roti dari kerumunan tersebut.
Burung aneh.
Saat acara itu...
Aku membayangkan diriku dan [y/n] berdiri di altar mengucapkan janji suci.
Pasti dia tidak mau yang biasa seperti memakai gaun putih pengantin.
Hm, mungkin hitam atau warna lain?
Seperti pernikahan antar vampir dan werewolf.
Ah, bukan mungkin.
The witch wedding maybe?
Sekarang hanya angan-angan saja.
"Hm? Kenapa? Mau kembali?"
Gagak itu hanya diam dan menggesekkan kepalanya ke pipiku.
"Hati-hati ya, jangan bertengkar dengan kolonimu"
Gagak berkoloni kan?
Gagak itu terbang jauh sampai tak terlihat lagi di mataku.
Aku sedikit terhibur oleh gagak tadi.
Aku jadi tidak kesepian.
Tanpa aku katakan apapun sepertinya dia mengerti.
Kenapa hewan suka menempel padaku ya?
"Am i Snow White?"