‹Reader POV›
"Sonnenschein~"
"What?"
Karena luka bakar yang kudapat meski kategori ringan, aku tidak bisa memakai kedua tanganku untuk hal-hal sepele.
Tunggu sampai kering katanya.
Meski ringan medis bilang ini kategori tingkat 2.
Hm, medium?
Lenganku yang kena.
"Lukamu bagaimana?"
Wah, bisa ya seseorang langsung berubah 180 derajat dengan sekejap.
Yang tadinya sifatnya manis mendadak suram.
"Lebih baik dari minggu kemarin"
Lukaku cepat sembuh dari yang seharusnya.
"Can i see it?"
"You can help me with this bandage"
Kebetulan sekali aku akan ganti perban.
Dia sengaja ya?
Dia membuka perbanku dengan sangat lembut.
Hati-hati sekali dia sampai tangannya gemetar.
"Ach nein..."
Suaranya bergetar begitu melihat lukaku yang mulai membaik.
"Hei, hei, look at me"
König menolak.
Aku sedikit memaksa dengan menekan puncak kepalanya. "Look at me", aku memegang pipinya kali ini.
Lihat mata itu, mata seperti anak anjing yang memelas.
"Non è colpa tua, is not your fault König"
"But..."
"No, hei, ssh, don't cry hei ssh..."
Astaga hatinya ini kenapa lembek sekali.
Ah, hatinya bisa lembek dan keras dalam sekejap.
Aku harus apa bisa menghiburnya?
Hugging?
Kissing?
Give him a dessert?
"Ini salahku karena tidak hati-hati, mereka melempar granat ke berbagai arah untuk membunuh satu keluarga itu dan dirimu. Mana bisa aku membiarkan itu, kau juga akan begitu kan?"
Dia hanya mengangguk.
"Stop crying or i will kiss you"
"Try it"
Shit.
Harusnya aku tidak sering-sering menggodanya ataupun menjahilinya.
Dia terkadang polos dan ganas secara bersamaan.
"What's wrong Sonnenschein? Did you want to kiss me?"
Fucking hell!
Aku yang berbuat, aku harus tanggung jawab!
"Take it off"
"Nein, under the mask"
"Wait what?"
"Close your eyes"
Aku menurutinya!? Hell no!
Tubuhku tidak mau menurutiku dan memilih menurut padanya!
"Are you shy to showing your face König?"
"Aku tidak mau kau jadi memvenciku ketika melihat wajahku"
"Apa aku pernah mengatakan itu?"
Aku yakin sekarang wajahku ada di bawah kain yang dipakainya untuk menutup kepalanya.
Singkat.
Dahiku seperti diciumnya.
Aku membuka mataku dan sudah melihatnya lagi.
"Not enough Sonnenschein?"
MY HEART BEATING SO FAST!
"Did you hate me after i kiss you Sonnenschein?"
"No, i uhm...i just...", FUCKING HELL! MEDIC!
I NEED MEDIC!
"Did you hate me König?"
"No, i'm not, isn't enough for me", don't whisper! "I want more"
"Wha-what do you mean more?"
"What do you think?"
God forgive me.
Aku tidak akan lagi menggoda dan menjahili orang macam König.
☠️🦅☠️
‹Author POV›
P
elajaran yang didapat Incubo ialah, berhati-hati dalam menjahili seseorang yang terlihat polos tapi ganas.
Tidak disangka dirinya dia akan mengeluarkan suara ambigu bersama rekannya.
Kukira polos ternyata pro, dalam benak Incubo yang mulai menggila :v
"No, don't put that inside"
"Why?"
"I don't know is fit or not"
FUCKING BIG SAUSAGE!, Incubo menelan ludahnya.
"Sit on my lap"
Incubo bahkan terkejut, terheran-heran dengan sikap orang yang ia anggap bocah itu.
Dia bisa mengatakan hal seduktif dan ahli.
"You like this right?", Incubo yang egonya tinggi tidak ingin kalah. "You wanna feel it?"
Tangan yang biasa memegang senjata mematikan itu merasakan kelembutan yang dimiliki wanita.
"Sanft(soft)..."
Incubo mengernyit ketika dadanya mulai masuk di balik kain yang menutup kepala König.
Organ lunak dan isapan bagai bayi.
"W-why you not just uhh~ take it off your mask"
König menjauhkan kepalanya sedikit, kainnya menyisir dada Incubo. "My face now...so fucking horny"
"What about me hm~?"
König memasukkan paksa miliknya. "So fucking cute Sonnenschein"
Lengan Incubo menlingkar pada leher König merasa sangat sesak di bawah.
"Show your face Sonnenschein, i wanna see your slut face"
"Is embarrassing fuck! Slowdown!"
Pria itu sedikit membanting wanita yang terlihat mungil di pelukannya itu ke ranjang.
Memegang pinggang kecilnya dengan lembut.
Perut yang terbentuk sempurna itu terlihat menonjol ketika miliknya terus keluar-masuk dari bawah.
Punggung wanita itu melengkung ketika milik rekannya menembakkan creampienya ke dalamnya.
"Hah~ fuck König...you fill me up"
☠️🦅☠️
‹BONUS SCENE›
König: tired? *memijat tubuh Incubo dan mengelap keringatnya*
Incubo: look *menunjuk perutnya yang menonjol* aku langsung hamil karenamu
König: *tekan pelan perutmu*
Incubo: *kaget, hampir menjerit karena keluar sesuatu dari bawah* what the hell you doing?
König: cleaning *polos*