‹Reader POV›
"Sonnenschein~"
Tidak bisa! Tidak bisa!
Setelah apa yang kami lakukan waktu itu, aku menghindarinya.
My first time is with that bigboy!
Ah, kalau kuingat membuatku panas saja!
"Aksel! I go to train!"
"Yeah whatever!"
Aku tidak bisa begini terus.
Aku memutuskan untuk lari saja.
Kalau ada di dekatnya aku hanya akan melakukan hal yang sama dan berakhir dengan ada di bawahnya.
Masa bodoh dengan teriknya mentari!
"Fottimi puttana!(Fuck me bitch!)"
Aku mengacungkan kedua jari tengahku ke matahari.
"SONO IL PIÙ FORTE!(I'M STRONGEST!)"
I'm going crazy maybe.
Aku berlari dengan membawa ban yang kuseret.
Ban besar yang berat.
Harusnya.
Tapi aku bawa lari hanya untuk menghindari pria besar dari Austria itu.
Payah memang.
Sangat payah.
Di siang hari di musim panas yang terik.
Di mana lebih baik melakukan train di dalam daripada di lapangan gersang yang menimbulkan debu ini.
Aku tidak peduli dengan semua itu.
Tidak ada takut kotor atau takut kukumu patah untuk masuk militer.
Yah, aku membuang semua hal itu.
Diriku yang dulu adalah orang yang menyebalkan.
The Queen Bee, julukanku.
Meski begitu belum pernah sekalipun aku tidur dengan pria.
Kecuali König.
Julukan yang benar-benar tidak membuatku bangga.
Aku lebih suka dikenal dengan nama urban legend daripada itu.
"More...fast..."
Bruk.
☠️️🦅☠️
‹Author POV›
"
Sonnenschein!"
König yang tadinya murung karena sikap wanita yang ia ajak cinta satu malam menghindarinya langsung panik.
Lantaran Incubo pimgsan dengan tidak elitnya mencium tanah gersang yang diumpatnya tadi.
Warna kulit yang memerah.
Nafasnya terengah.
Keringat yang banyak mengucur deras.
Heat stroke.
König langsung membawanya ke tempat teduh.
Membaringkannya ke meja besi.
"Medic!"
"Hei, what sup?"
"Heat stroke!"
"Astaga, ambil balok es dari pendingin di sana, kasih air dan beberapa letakan di meja ini"