3. Luka lama

32 3 0
                                    

Eleanor baru saja selesai mandi. Ia berdiri di dekat jendela kamarnya sembari menatap bulan yang terlihat indah. Eleanor tersenyum, entah kenapa ia selalu lebih menyukai bulan sabit dibandingkan bulan purnama.

Berbicara tentang bulan sabit, Eleanor mengingat kue bulan yang baru saja ia beli bersama Liona tadi. Ia segera mengambil sekotak kue yang ia letakkan di atas meja. Membuka bungkusnya kemudian mulai menyantap kue itu dengan lahap.

Seekor hewan berbulu berulang kali menempel pada kaki Eleanor. "Oh lucunya. Apa kau juga lapar?" ucap Eleanor sembari menggendong tubuh mungil kucing kecil itu. Kerajaan Aster memiliki tempat khusus untuk merawat hewan peliharaan seperti kucing, anjing dan kelinci. Sepertinya kucing ini terlepas dari pengawasan.

"Kebetulan aku sudah kenyang. Makanlah." Eleanor mengambil kue rasa daging lalu memberikannya pada kucing itu.

"Wahh kau sangat suka ya... Baiklah makan semuanya saja." Eleanor menurunkan kucing itu dari pangkuannya, kemudian meletakkannya di atas lantai.

"Kau boleh memakan semuanya." ucap Eleanor sembari meletakkan bungkus kue dengan beberapa kue di dekat kucing tersebut. Kucing kecil itu memakannya dengan lahap.

Eleanor berjongkok di depannya. Memperhatikan kucing itu yang tampak menggemaskan saat sedang makan.

Tiba tiba kucing itu melompat lompat ke meja kemudian melompat lagi ke sofa dan meja belajar.

"Tidak. Tidak boleh." teriak Eleanor karena kucing itu menjatuhkan barang barang miliknya.

Seorang pelayan memasuki kamar Eleanor setelah mendengar teriakannya. "Putri baik baik saja? Oh ya ampun kenapa kucing ini ada di sini." Pelayan itu segera menggendong kucing tersebut lalu membungkuk beberapa kali.

"Maafkan saya yang mulia. Saya akan membereskan semua kekacauan ini."

Eleanor menghela napas panjang. "Tidak perlu. Bawa kucing itu ke tempatnya kembali. Jangan menyakitinya. Sepertinya dia kelaparan, apakah kalian tidak memberinya makan dengan teratur?"

Pelayan itu kembali membungkuk. "Maafkan saya yang mulia. Sepertinya kucing ini kabur saat kami memberikan makan."

"Ya sudah kembalilah. Ini tidak seberapa. Aku bisa membereskan semuanya sendiri."

"Baik yang mulia." Pelayan itu memberi salam lalu pergi.

Setelah membereskan semua kekacauan itu, Eleanor melepas sarung tangan hitam yang selalu dipakainya itu, meletakkannya di atas meja. Lalu ia pergi untuk membersihkan kedua tangannya, kedua kaki, wajah dan giginya. Ia selalu melakukan rutinitas membersihkan diri sebelum tidur.

Sekembalinya ke dalam kamar. Eleanor merebahkan sejenak tubuhnya di atas sofa. Ia berguling ke kanan dan ke kiri berulang kali. Tiba tiba penglihatannya jatuh kepada sejumput bunga lavender di bawah meja. Ia memetik beberapa bunga lavender saat bepergian dengan Liona tadi. Sepertinya kucing tadi yang menjatuhkan bunga bunga itu. Eleanor menegakkan tubuhnya lalu melangkah mendekati meja untuk mengambil sejumput bunga itu dan hendak meletakkannya di dalam sebuah vas bunga. Tapi niatnya terhenti ketika ia merasakan energi dari bunga tersebut tiba tiba. Eleanor lupa bahwa ia telah melepas sarung tangannya!

Sebuah ingatan yang seperti kaset rusak merasuk ke dalam pikirannya tiba tiba, membuat Eleanor merasa sangat pusing.

"Ibu! Ibu! Jangan tinggalkan aku! Kumohon bawa aku bersamamu juga ibu..."

Seseorang yang dipanggil 'ibu' itu menghempas tangan Eleanor yang menggenggam lengannya. "Aku tidak akan membawamu. Kau anak yang merepotkan. Aku tidak menyukai dirimu dan segala hal tentangmu. Jadi lupakan aku. Dan hiduplah dengan nyaman bersama ayah dan kakak tersayangmu itu."

Aster dan PermataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang