10. Wortel Terkutuk

19 3 0
                                    

     Pasir berhenti bertaburan, seluruhnya telah terkumpul di dasar alas jam pasir. Menunjukkan bahwa kompetisi akan dimulai

Para pemuda dari berbagai kerajaan mulai berbaris. Mereka mempersiapkan kuda mereka untuk memulai kompetisi.

Babak pertama adalah untuk menentukan kecepatan berkuda. Sepuluh orang pertama yang sampai di garis finish akan lanjut ke babak selanjutnya.

Penjaga pos memberi aba-aba dengan mengibarkan bendera. Bendera merah tanda bersiap, bendera kuning tanda bersedia, dan bendera hijau tanda dimulai.

Bendera merah dikibarkan. Arden naik ke atas kuda, menepuk surai Ryu dengan lembut. Ia membisikkan sesuatu di telinga kuda peliharaannya itu. "Bersiaplah Ryu."

Bendera kuning dikibarkan. Kedua tangan Arden telah siap menarik tali kekang.

Bendera Hijau akhirnya dikibarkan. Para peserta menarik tali kekang kudanya. Kuda pun berlari cepat mengikuti komando pemiliknya.

Tiba-tiba asap tebal muncul membuat pandangan menjadi samar. 

"Apa ini?"

"Asap sialan."

"Aku tidak bisa melihat."

Para peserta mulai kewalahan. Kebisingan pun terjadi karena kuda saling bertabrakan.

"Diam!" Suara tegas seseorang berhasil membuat kebisingan itu mereda.

"Mata memang tidak bisa melihat. Tapi kita masih punya empat Indra lain. Salah satunya pendengaran. Gunakan telinga kalian." ucap seseorang.

Arden sangat penasaran dari mana asal suara yang sangat mengintimidasi itu.

"Ah!" Teriak seseorang bersamaan dengan suara percikan air. Kuda dan penumpangnya jatuh karena kaki kuda terpeleset genangan air.

Satu peserta gugur.

BRUG BRUAKK

Suara lengkingan kuda terdengar. Dua peserta jatuh dari kuda karena kuda mereka saling bertabrakan.

TRINGG

Alarm peringatan. Tanda bahwa peserta berbuat curang.

Tiga peserta gugur.

Kekacauan terjadi terus menerus.

Arden menghentikan kudanya. Berusaha memperkuat Indra pendengarannya. "Ini sangat kompetitif." gumam Arden.

Arden kembali menarik tali kekang setelah ia berhasil menemukan jalan keluar. Beberapa saat kemudian, asap menipis dan bendera biru terlihat. Tanda bahwa peserta berhasil menyelesaikan babak pertama.

Arden menatap sekitar. Hanya tersisa tiga belas peserta dari ratusan peserta yang hadir. Tiga peserta yang sampai di akhir pun tidak bisa ikut babak selanjutnya karena peraturannya hanya sepuluh orang yang bisa melanjutkan kompetisi.

"Arden. Kau tau? aku hampir menabrak kuda pangeran kerajaanku. Huh! Aku hampir mati panik."

Arden sudah hapal suara Brilian. Pemuda yang sangat suka bicara.

"Kau tau suara siapa tadi?"

"Suara apa?"

"Yang meminta kita menggunakan telinga."

Brilian menggeleng. "Tidak. Jaraknya cukup jauh dariku, aku tidak bisa melihat wajahnya."

"Suara itu seperti suara yang kukenal." batin Arden.

"Hei. Kenapa kau melamun?"

"Tidak." Arden melangkah menjauh. Ia hendak memberikan hadiah pada kudanya.

Aster dan PermataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang