8. Rencana Pertama

20 3 0
                                    

Kereta kuda tiba di depan istana Kerajaan Aster. Para prajurit Liona yang diperintahkan untuk mengantar Eleanor masih mengelilingi kereta kuda.

''Putri bagaimana kondisi anda?'' tanya seorang prajurit yang telah bersiap membantu Eleanor turun dari kereta kuda.

Eleanor mengangkat sebelah tangannya menunjukkan bahwa ia menolak dibantu. ''Aku baik baik saja sekarang. Terima kasih telah mengantarku.'' ucap Eleanor sembari turun dari kereta kuda.

''Sudah kewajiban kami, Putri.''

Eleanor memperhatikan para prajurit di depannya yang tampak mendiskusikan sesuatu.

''Jika ingin mengatakan sesuatu. katakan saja.'' ucap Eleanor.

Seorang prajurit dengan seragam yang berbeda mendekati Eleanor. Prajurit itu adalah pemimpin dari prajurit yang lainnya. ''Kami telah ditugaskan untuk menjaga kerajaan selama pernikahan berlangsung. apakah kami bisa kembali sekarang?''

''Tentu saja. kembalilah.'' jawab Eleanor antusias. Eleanor merasa alam sedang mendukungnya untuk melancarkan rencananya.

Para prajurit pun bersorak senang. ''Terimakasih, Putri.''

''Sampaikan pesanku untuk Putri Liona bahwa aku baik baik saja. dan katakan padanya untuk bersenang-senang.''

''Baik. kami akan menyampaikan pesan anda.''

Seperginya para prajurit dari kerajaan Amarilis itu. Eleanor tak melangkah memasuki istana-nya. Ia justru kembali naik kereta kuda. Hingga pria paruh baya yang menjadi kusir kuda heran. ''Apakah Putri ingin saya mengantar anda hingga halaman depan istana?''

''Tidak. antarkan aku menuju kerajaan sage.''

''Ma...maafkan saya Putri. Yang mulia Raja telah berpesan untuk menolak jika anda meminta untuk diantar menuju kerajaan sage.''

Eleanor merutuki ucapannya segera. Ia lupa bahwa kusir kuda bukan berasal dari kerajaan Amarilis. Sepertinya ayahnya memang telah mengetahui rencananya sejak awal. Tapi Eleanor tidak akan menyerah semudah itu.

''Ayahku tidak ada di tempat. tidak bisa menghukummu sekarang. jadi lebih baik turuti perintahku.''

''Sa...saya tidak berani.''

''Kau tidak akan dihukum. Aku yang akan dihukum karena memaksamu melanggar peraturan.''

''Sa...saya hanya seorang kusir kuda, Putri. Tidak berani melanggar perintah raja.''

''Tapi kau juga melanggar perintah seorang Putri.''

''Jika Putri ingin menghukum saya, maka lakukan saja.''

Eleanor ingin berteriak. Sangat sulit membujuk kusir kuda di depannya. Kerajaan Aster memang sejak dulu menjujung kepercayaan dan kejujuran. Baik prajurit, pengawal, pelayan, atau bahkan rakyat jelata sekalipun sangat setia kepada tuannya.

''Baiklah. tetaplah jadi kusir kuda hingga anak cucumu tua!'' ucap Eleanor sembari berlari keluar dari kereta kuda.

''Terimakasih doamu putri. aku akan tetap sehat hingga anak cucuku tua!'' jawab kusir kuda itu dengan antusias.

''Aku tidak sedang mendoakanmu. aku sedang mengumpatimu, Pak tua!''

''Semoga umpatanmu jadi kenyataan, Putri.''

Tak lagi menghiraukan ucapan pria kusir kuda itu. Eleanor melangkah cepat memasuki istananya.

.......

Raja Asterion membuka kembali surat yang dikirimkan putranya, kertas putih yang telah kusut itu rupanya menyimpan sebuah peta misterius di dalamnya.

Raja Asterion menyalakan lilin untuk memberikan penerangan, agar ia bisa mengamati peta tersebut dengan lebih jelas.

Aster dan PermataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang