29. Rindu Ibu

92 12 5
                                    

Selamat membaca dan semoga suka 💙🦋

.


"Heh, mata empat!"

Harsa terkekeh begitu mengatai si kakak sepupu yang berbeda beberapa bulan dengannya itu. Sengaja datang ke fakultas kedokteran untuk menghampiri manusia kalem yang sudah ia cap 'sok' suci. Dan setelah mencari cukup lama lalu dengan berani bertanya pada mantan kekasih Alkha di masa SMA--yang ternyata diam-diam tahu di mana keberadaan pemuda itu--barulah Harsa menemukannya.

Yaitu, perpustakaan.

"Ngapain ke sini? Kalau ganggu doang mending pergi aja," kata Alkha tak mengalihkan sedikitpun perhatiannya dari buku.

Harsa memutar bola mata, penampilannya yang terlihat berbeda dari Alkha seringkali dibanding-bandingkan oleh orang lain. Pasalnya, dua saudara sepupu itu sudah terkenal sebagai anggota keluarga Adinaja. Alkha si pemuda rapi dan bersih, tak mudah didekati para wanita karena sifatnya yang cuek. Sedangkan Harsa pemuda yang terlihat urakan tetapi digilai banyak perempuan dan banyak pacarnya. Sungguh bertolak belakang bukan? Masih mending ketika kini mereka mau saling beradu sapa.

Kemudian pemuda berkaus putih dengan jaket denim serta tas yang disampirkan di bahu itu duduk di depan Alkha. Matanya mengitari jajaran buku di sekeliling. Lalu beralih pada Alkha yang memang sangat cocok dengan tempat ini--si mata empat kutu buku.

"Hobi kamu kayaknya ngatain orang mulu ya. Selain sok suci sekarang nambahin lagi mata empat?" sarkas Alkha. Agak tersinggung dikatai seperti itu.

Harsa mengedikkan bahu. "Baperan," katanya. "Emang kenyataannya, 'kan?"

Pada akhirnya Alkha tak menghiraukan manusia yang mungkin mulutnya pun harus diruqyah itu. Alkha sedang tidak ingin kesabarannya diuji, maka dari itu ia tak peduli.

"Cielah sombong banget," lanjut Harsa.

"Kemarin aja nyari-nyari gue sampe ke klub. Sekarang giliran gue samperin malah cuek. Sok jual mahal, lu."

Cara bicara mereka memang seperti itu. Terlebih Harsa. Kadang kalau suasana hatinya sedang bagus dan apalagi sedang di rumah, bicaranya sopan pakai 'aku-kamu' tapi kalau di luar tanpa diketahui keluarganya dia pakai lo-gue.

Karena inilah peraturan di keluarga besar Adinaja. Meskipun hubungan persaudaraan di antara para sepupu belum membaik, tetapi menjaga kesopanan dalam bicara antar keluarga sangat lah dijunjung tinggi. Itulah kenapa para pemudanya hanya bisa melanggar ketika di luar lingkup Adinaja.

"Padahal gue bawa berita bagus."

"Apa?" Dan kini perhatian Alkha fokus padanya.

Raut wajah Harsa berubah, meskipun menyebalkan tetapi ketika ada sesuatu yang membuat hatinya senang Harsa bisa bersikap melebihi aktifnya Sabiru. Kedua alisnya terangkat ke atas, sedang tangannya mengambil ponsel di dalam saku.

"Zira pulang hari ini, Bro!" serunya sampai membuat beberapa orang di perpustakaan menatapnya tajam.

Harsa yang menyadari pun langsung meringis. "Eh, sorry, sorry," ujarnya pada mereka seraya melipat ke dua jari tangannya membentuk 'V'.

"Lah." Alkha sontak berdiri. "Bilang, dong, dari tadi. Lagian kenapa gak hubungin gue lewat HP?" tanyanya seraya sibuk memasukkan buku ke dalam tas.

"HP lo susah di hubungin. Chat gak dibales, telpon gak diangkat. Sok sibuk banget. Giliran dikasih tahu telat protes!" Harsa melipat tangan di dada. "Gak tahu terima kasih malah."

Alkha memutar bola mata. "Oke, oke, makasih!" Dan segera menyampirkan tas nya di bahu lalu pergi meninggalkan Harsa.

Membuat Harsa melongo karena  ditinggalkan begitu saja. "Anjir gue malah ditinggalin, udah bela-belain disamperin ke sini malah pergi duluan. Emang minim akhlak lu, Alkha!" teriaknya di akhir kalimat.

Azeera & Brother's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang