Selamat membaca 💙
🦋
."Assalamuakaikum, Princess. Pangeran tampanmu sudah datang ...." Sabiru masuk dengan wajah ceria. Jangan lupakan kedua tangannya direntangkan dari kejauhan.
Harsa yang masih stay bersama Zira tentu sangat terganggu. Pasalnya, menikmati kebersamaan antara dirinya dan Zira sudah habis. Saatnya berbagi dengan saudaranya yang lain. Tapi ya sudah. Se-sayangnya Harsa kepada Zira, tidak lantas membuatnya rakus dalam berbagi waktu dengan saudaranya yang lain.
Zira pun tampak senang dengan kedatangan Sabiru, jadi Harsa rasa mungkin tidak apa-apa jika sekarang ia pergi untuk menemui Rangga.
"Bun, Harsa mau pergi dulu, ya. Sabiru juga udah dateng. Jadi ada yang bantuin Bunda di sini."
Raisa yang sedang mengupas apel langsung mengalihkan perhatiannya pada sang putra. Sedari tadi begitu sangat perhatian, entah kepada Zira ataupun Harsa. Sampai-sampai Harsa keheranan, karena baru pertama kali melihat ibunya senyum-senyum semringah sendiri. Seperti baru saja memenangkan arisan berjuta-juta.
"Loh, mau ke mana?" tanya Raisa kemudian.
"Ada urusan aja." Harsa bersiap-siap mengambil kunci motornya di atas nakas.
"Pulangnya malem gak? 'Kan kamu juga nanti harus jagain Zira lagi, Sa."
Harsa diam, tidak menjawab ucapan Raisa. Masalahnya Harsa ada janji dengan Rangga. Balapan nanti malam tidak mungkin Harsa tolak. Pasalnya Harsa masih ingin bersenang-senang, sudah lama tidak balapan. Ingin juga mengalahkan Arkan.
"Alkha bilang abis isya ke sini. Harsa gak pulang, Bun. Ada urusan penting," putus Harsa pada akhirnya.
Susah kalau Harsa sudah berkata urusannya penting. Kalau dilarang pasti akan memicu masalah. Baiklah, berproses tidaklah gampang. Pasti ada tahapannya. Harus pelan-pelan, toh, Raisa yakin suatu saat Harsa akan berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Apalagi tadi sudah melihat sedikit perubahan Harsa yang membuatnya sangat bangga.
"Ya sudah hati-hati. Besok kalau bisa sudah di rumah."
"Hm." Harsa menjawab singkat. Kemudian pamit kepada Zira. Yang langsung berpikir mungkin Harsa ingin istirahat setelah seharian menjaganya.
"Hati-hati, Kak." Tangannya melambai dengan senyum lebar. Diiringi kepergian Harsa yang lantas hilang di balik pintu.
"Oh iya, teman-teman kamu lagi di jalan loh. Mereka mau jenguk kamu, Ra," ujar Sabiru. Menghampiri Raisa lalu membuka mulutnya meminta apel. Kemudian dengan senang hati Raisa menyuapinya sepotong.
"Wahh, Meta sama Raya mau ke sini?"
"Iyaps!" Sabiru mengambil piring kecil dengan beberapa potongan apel dari tangan Raisa. Lalu duduk di sebelah Zira. Tangannya telaten menyuapi sang adik.
"Sama Ibra dan Arion juga. Mereka dateng."
"Pasti merepotkan banget sampai mereka mau ke sini."
"Repot apanya, itu kan mereka yang mau. Biarin aja, Ra. Biar kamu banyak temen. Gak cuma Meta sama Raya aja."
"Hehe, iya juga. Makasih Kak Biru."
"Zira," panggil Raisa. Membuat kedua sejoli itu menatapnya.
"Iya, Tante?"
"Nanti, kamu sering-sering ajakin Harsa salat berjemaah, ya?" Raisa merasa, mungkin ia juga perlu meminta bantuan Zira. Dilihat dari bagaimana Harsa begitu menyayangi Zira. Pasti tidak akan tega jika harus menolak permintaannya. Dan Raisa juga yakin, tadi kenapa Harsa bersedia menjadi imam salat adalah karena permintaan Zira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azeera & Brother's Story
Teen FictionIni tentang Zira, dan kelima pemuda dari keluarga Adinaja. Yang tidak akan pernah menyerah, membawa adiknya kembali pulang ke istana mereka. Sampai suatu hari, Zira berpapasan dengan kelima pemuda itu di koridor sekolah. Lalu yang tertua di antara...