Selamat membaca dan semoga suka. ❤
🦋
"Zira!"
Safrina kelimpungan mencari keponakannya. Sudah hampir 20 menit ia mengelilingi supermarket tetapi tidak juga menemukan Zira. Bahkan Safrina hanya menemukan kotak susu yang ternyata tidak Zira ambil di bagian rak lain. Safrina takut Zira tersesat, jika Zira berada dalam bahaya. Apa yang harus Safrina lakukan?
Ya Tuhan, Safrina benar-benar takut. Ada amanah yang harus ia sampaikan pada gadis itu dan keluarganya.
Tepat saat ia baru saja sampai di bibir pintu supermarket. Kedua mata Safrina membola, jantungnya seolah melompat keluar saat itu juga. Ketika ia melihat ramainya orang-orang mengerbungi tragedi kecelakaan, beserta dengungan ambulans yang baru datang ke lokasi.
Kepala Safrina terasa berat. Apa jangan-jangan Zira tahu, lalu ia penasaran dan melihat kejadian itu?
"Tapi buat apa, Zira gak akan peduli hal lain kalau aku sudah menyuruhnya kembali menemuiku." Safrina bergumam. Air matanya mulai menggenang.
"Bagaimana ini, bagaimana kalau dia beneran menghilang? Apa yang harus aku lakukan?"
Tapi Safrina tahu ia tidak boleh diam saja. Segera ia menemui salah satu staf supermarket untuk melaporkan keponakannya yang hilang sembari menyebutkan ciri-ciri fisiknya.
Mereka tentu bergegas melakukan pencarian. Pasalnya kasus penculikan zaman sekarang tidak hanya menimpa anak-anak, tetapi remaja pun turut bisa menjadi korban di manapun mereka berada.
"Baik, Bu. Kami juga akan segera mengecek CCTV. Kalau tidak ada yang melaporkan karena melihat ciri-ciri keponakan Ibu."
"Iya, Pak. Dua puluh menit lalu keponakan saya menghilang. Dia masih baru di Jakarta. Saya takut dia kenapa-napa."
"Baik, Bu. Tenang. Kami akan segera membantu," ujar si manager.
Selang lima belas menit kemudian salah satu petugas datang. Safrina segera berdiri, harap-harap cemas andai mereka tidak menemukan Zira.
"Saya melihat ciri-ciri seorang gadis yang ibu sebutkan tadi. Anak itu berlari meninggalkan lokasi setelah berbicara dengan seorang lelaki ber-stelan putih."
"Seorang lelaki?" Safrina terkejut. Ia sudah tidak bisa berdiri dengan benar, bagaimana jika gadis malang itu diculik.
"Iya, Bu. Dan pada saat kejadian sebelum kecelakaan itu. Kami melihat di bagian kecil rekaman CCTV kami di luar, keponakan ibu membantu seseorang yang hendak menyebrang. Kami tidak tahu setelahnya karena tidak terekam, tetapi jika terjadi sesuatu, kemungkinan bisa saja dia dibawa ke rumah sakit terdekat?"
Safrina terdiam. Tidak tahu harus melakukan apa. "Tapi, apa saya boleh melihatnya sendiri?" tanya Safrina kemudian. Tidak bisa langsung percaya jika hanya dijelaskan tanpa melihatnya sendiri.
Staf keamanan itu mengangguk, lantas mengarahkan Safrina ke ruangan CCTV. Dan benar saja, di rekaman layar CCTV tersebut Zira berlari mengikuti pemuda asing yang beberapa saat terlihat membantu Zira mengambil kotak susu.
Kaki Safrina mulai lemas rasanya, bagaimana ia mencari Zira. Setelah gadis itu menolong seseorang, rekamannya pun berhenti.
Tidak lama kemudian beberapa anggota polisi datang bersama salah seorang manager supermarket untuk melihat rekaman CCTV perihal kecelakaan tadi. Seusai berucap terima kasih Safrina berlalu keluar dengan langkah lunglai. Matanya sudah memerah.
Hingga ketika Safrina sampai di parkiran. Ia melihat gedung mewah dan tinggi milik perusahaan AD Group. Bertanya-tanya, apakah ia perlu melaporkan bahwa salah satu keluarga mereka, putri dari putra bungsu keluarga terpandang itu hilang karenanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Azeera & Brother's Story
Teen FictionIni tentang Zira, dan kelima pemuda dari keluarga Adinaja. Yang tidak akan pernah menyerah, membawa adiknya kembali pulang ke istana mereka. Sampai suatu hari, Zira berpapasan dengan kelima pemuda itu di koridor sekolah. Lalu yang tertua di antara...