14

9 3 1
                                    

"Ra, kakak Lo cantik juga buat gua ajah nggak papa kan." Ucap Bayu sambil senyum-senyum.

"Tanya ajah sama orangnya."

"Aku salting dilihatin kaya Gituh haha."

"Kamu Bisa ajah."

"Beneran ini ka."

"Jangan dengerin dia ka.., dia makannya banyak nanti kakak rugi haha." Ucap raffan sambil merangkul pundak Bayu.

"Emang Iyah Bayu."

"Jangan dengerin dia ka, dia emang suka iri sama gua."

"Um, kamu kenapa Ra?..habis nangis kenapa?."

"Nggak ada apa-apa ka."

"Nggak ada apa-apa gimana, jelas-jelas Lo kaya habis nangis Gituh..., Kamu apain dia arka."

"Nggak di apa-apain kok ka."

"Apaansih, orang aku tadi habis kelilipan ."

"Hemm, yaudah ayok pulang Ra "

"Iyah ka."

"Semuanya kakak duluan yah, kalian pulang sana istirahat."

"Siap ka." Ucap mereka semua

"Guys, gua duluan yah." Pamit aku lalu pergi dengan ka Mita.

"Iyah Ra hati-hati di jalan okey." Ucap Bayu .

Meski merasa begitu, hatiku tak pernah merasa tenang dimanapun sebelumnya. Aku merasa gelisah, baik di dalam rumah atau di tengah-tengah orang ramai.
Mengapa aku, tak bisa tersenyum ceria seperti yang lain?
Mengapa hatiku terus sedih?
Dan mengapa semuanya membosankan, kita tidak bisa tahu siapa diri kita sebenarnya dan hanya hidup dengan bersandiwara dengan kebohongan.

Aku duduk di depan dan ka Mita yang menyupir mobilnya, dia masih menanyakan soal tadi kenapa aku menngis, namun aku masih tetap tidak mau menjawabnya. Ka Mita selalu menekan aku agar aku bisa menjawab semua itu, hatiku sangat muak dengan semua ini dan di titik dia sudah tidak mau lagi menanyakan itu. Aku langsung menjawabnya dengan lantang bahwa aku tadi di tampar oleh mamah.

Ka Mita kaget mendengarnya bahkan dia memberhentikan mobilnya sebentar, dia berubah posisi dengan menghad ke aku. Dia menanykan kembali apa yang sebenarnya terjadi sehingga aku di tampar oleh mamah.

"Apa kamu buat salah sama dia Ra?."tanya ka Mita dengan wajah yang serius.

"Nggak."

"Terus kenapa bisa seperti itu?."

"Mela ka, anak tirinya mamah dia yang sudah ngadu ke mamah bahwa dia di permalukan dengan aku.., aku bukan mempermalukan dia kok.., aku cuma membela diriku sendiri dan apa yang aku katakan semuanya benar adanya."

"Bentar, rupanya ini serius.., sekarang kita pulang dulu ke rumah habis itu kamu lanjutin ceritanya."

"Um."

Keheningan di dalam mobil membuat hatiku semakin kacau, aku tidak tahu harus bagaimana. Bukanya aku mempermalukan orang tua aku sendiri di depan umum, namun perlakuan mamah tadi sudah kelewat batas. dan apalagi dia berbuat seperti itu hanya untuk membela anak tirinya doang, aku benar-benar nggak habis pikir kenapa mamah kandung aku jadi seperti ini.

Aku dan ka Mita turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah, di dalam kami berdua duduk di ruang tengah melanjutkan cerita tadi. kali ini ka Mita bener-bener kelihatan kecewa dengan mamah.

ArkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang